Sunday, May 23, 2010
SEMINAR KEBANGSAAN dan BUDAYA
Pasuruan - Ibu Shinta Nuriyah Wahid membuka Seminar Kebangsaan dan Gelar Budaya Lintas Agama di Pondok Pesantrean Ngalah, Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu.
Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Universitas Yudharta Pasuruan dalam menyambut Hari Kebangkitan Nasional ke-102.
Selain itu juga atas kerjasama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Timur, Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Jawa Timur, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jawa Timur.
Seminar yang bertema "Memperkokoh Nilai-nilai Pluralisme dan Multikultural Menuju Peradaban Dunia yang Damai dan Bermartabat" menampilkan pembicara Ibu Shinta Nuriyah Wahid dan Rev. Jasperp Slob dari Bekanda.
Selain itu juga Ketua Umum Parisada Hindu Jawa Timur, I Made Gde Erata, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (1993-2002), Chandra Setiawan, dan Ketua Umum Majelis Budhayana Indonesia, Sidhamek (diwakilkan).
Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja, Romo Antonius Benny Susetyo, dan Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj.
Ketua Panitia Seminar, KH Moh. Sholeh Bahrudin yang juga Pengasuh Pondok Pesantrean Ngalah Purwosari mengatakan, seminar digelar untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ia menyebutkan, di Indonesia tidak mengenal sebutan minoritas dan mayoritas. "Yang ada pluralisme," katanya.
Ia menjelaskan, tidak ada perbedaan, tapi yang ada adalah kebersamaan demi NKRI, sehingga wajar jika umat beragama di Indonesia bisa melaksnakan ibadahnya dengan aman dan tenang.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf berharap, kegiatan semacam ini bisa dikembangkan lebih luas lagi hingga daerah-daerah lain di Jawa Timur. Sehingga kegiatan yang diprakarsai Pondok Pesantrean Ngalah Purwosari ini sangat membantu meringankan tugas pemerintah, karena kerukunan kehidupan beragama tetap berjalan dan lestari.
Ibu Shinta Nuriyah Wahid bersama para tokoh lintas agama juga membacakan Ikrar Kebangsaan yang isi lengkapnya sebagai berikut.
Dengan rahmat Tuhan Yang Mahaesa, kami para tokoh Agama, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu menyatakan, pertama, wajib mempertahanakan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di bawah naungan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Kedua, wajib ikut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Ketiga, wajib menciptakan pranata kehidupan yang rukun dan damai diantara umat beragama.
Sebelumnya dalam kesempatan tersebut juga digelar berbagai kesenian dan kebudayan yang ditampilkan dari berbagai latar belakang etnis, maupun agama. Diantaranya, atraksi Barongsai, serta Tari Bali.
Sunday, May 16, 2010
VIRUS TEKNOLOGI
Pengembara dalam ruang dan waktu …..
Suatu ketika seorang suami datang pada saya sambil “ngudha rasa” (baca ngudo roso) atau bahasa kerennya curhat: “Waduhh payah banget setelah istri saya punya BB (bukan Bau Badan, tapi Blackberry) sekarang bener-bener tidak punya waktu untuk saya dan anak-anak. Kayaknya sekarang udah kecanduan BB. Tiada waktu terlewatkan jempol dan jari-jarinya mencet-mencet tombol BB. Anak-anak nangis dibiarin, sapaan-sapaan saya dicuekin. Urusan pekerjaan terbengkelai, waktunya tidur malah begadang. Ck ck ck ck payah…payah”.
Ungkapan seorang suami ini bagi saya sangat menarik menjadi suatu permenungan yang mendalam. Yahh…kebetulan saja, beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel “The power of the individual in the information age” mengenai kedahsyatan teknologi untuk orang jaman sekarang. Seorang pakar teknologi “Giddens” menyebut bahwa masyarakat kita dewasa ini adalah masyarakat “pengembara dalam ruang dan waktu.” Artinya dalam hidup dengan segala pernik-perniknya kita tetap berpetualang dengan ruang dan waktu. Tentu saja pengembaraan tersebut pasti ada dampak positif dan negatifnya. Sekarang tergantung bagaimana kita memiliki disposisi batin untuk melihat segala sesuatu dengan jernih. Secara tidak sadar, kita akan diperbudak teknologi kalau kita tidak tahu diri dengan keberadaan kita. Kita masih ingat beberapa perkembangan teknologi: berawal ditemukannya telepon di tahun 1876, secara tidak langsung sangat mempengaruhi dunia yang semakin meng-global dengan segala pernik-pernik teknologi. Kemudian dengan ditemukannya komputer elektronik pertama pada tahun 1942 di Amerika Serikat. Berlanjut dengan Rusia yang meluncurkan satelit bumi pertama Sputnik pada tahun 1957. Tahapan tersebut, sampailah pada suatu perkembangan yang semakin inovatif dan canggih. Hingga sekarang berbagai peralatan teknologi media digital dapat dengan mudah ditemukan dimana-mana dengan harga yang mulai terjangkau. Dan menurut pemahaman saya pribadi, kesemuanya itu pada intinya sampailah pada satu titik simpul yang bermuara pada sebuah revolusi teknologi komunikasi dan teknologi informasi bagaikan bom yang meledak dengan molekul-molekul dan atom-atom di dalamnya yang akan tercerai-berai. Siapkah kita sebagai orang beriman menangkap peluang dan kesempatan menggunakan teknologi?
Pesan Paus Benediktus XVI …
Menarik sekali apa yang dipesankan Paus Benediktus XVI dalam Minggu Komunikasi sedunia hari ini, yang secara khusus pada tahun imam menjadi permenungan para imam:
Perkembangan dunia digital dan teknologi baru merupakan sumber daya yang besar bagi manusia secara keseluruhan dan setiap individu sebagai daya dorong untuk perjumpaan dan dialog. Perkembangan ini juga memberikan peluang besar bagi orang beriman. Tidak ada pintu yang dapat dan harus ditutup bagi setiap orang yang atas nama Kristus yang bangkit, memiliki komitmen untuk semakin mendekatkan diri kepada orang lain. Secara khusus bagi para imam, media baru ini memberikan kemungkinan pastoral yang baru dan kaya, mendorong mereka untuk melibatkan diri ke dalam universalitas perutusan Gereja, membangun persahabatan yang luas dan konkrit serta memberikan kesaksian di dunia jaman kini tentang hidup baru yang berasal dari mendengar Injil Yesus, Putra Abadi yang datang demi keselamatan kita. Seiring dengan itu, para imam mestinya mengingat bahwa keberhasilan utama dari pelayanan mereka datang dari Kristus sendiri, yang ditemukan dan didengar dalam doa, diwartakan dalam kotbah, dihidupi lewat kesaksian; dan diketahui, dicinta dan dirayakan dalam sakramen-sakramen, khususnya sakramen ekaristi dan rekonsiliasi.
Kasih Allah kepada semua orang dalam Kristus mesti diungkapkan dalam dunia digital bukan sekadar sebagai benda kadaluwarsa atau teori orang terpelajar tetapi sebagai sesuatu yang sungguh nyata, hadir dan melibatkan diri. Oleh karena itu, kehadiran pastoral kita di dalam dunia seperti itu harus bermanfaat untuk memperkenalkan orang-orang jaman sekarang teristimewa mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, ‘bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki' (Benediktus XVI, Untuk Curia Romana, 21 Desember 2009)
Dampak positif dan negatif dari Teknologi ….
Tidak bisa dipungkiri bahwa, pesatnya perkembangan teknologi media digital misalnya seperti pada komputer yang terkoneksi pada jaringan internet, handphone, televisi digital, kamera digital, radio digital dan lain sebagainya, hal tersebut akan membawa dampak positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Mari sejenak kita liat beberapa dampak positif dan negatif dari teknologi saat ini:
Dampak Positif …
Pesatnya perkembangan media digital secara nyata akan membawa suatu pola pikir, sikap dan tindakan / perilaku bagi setiap individu. Dalam wacana praktis, perubahan tersebut paling tidak, akan membawa individu ke dalam pola hidup yang menurutnya efektif dan efesien. Alasan dasar inilah bisa dipahami bahwa perkembangan media digital merupakan media pencerah peradaban yang lebih maju. Yang jelas pada arah ini, perkembangan media digital akan membawa dampak positif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Media digital sebagai sebuah aset terutama dalam hal revolusi teknologi komunikasi dan informasi, maka ada kecendrungan membawa harapan-harapan berupa:
- Kemajuan dalam pengolahan informasi dapat memperluas daya bakat dan kemampuan manusia (human talent).
- Sistem-sistem yang baru akan menjamin kenyamanan pribadi yang lebih besar pada individu, suatu rumah yang lebih aman, dan bahkan” kesepian yang dialami bekurang.”
- Masyarakat akan menulis lebih baik dan lebih cepat dan menyimpan dan berhubungan dengan ide sacara lebih baik.
- Individu akan menikmati bukan sekedar effisiensi yang lebih tinggi dalam melakukan tugas harian, tapi interaksi yang lebih besar dengan orang dan kepentingan yang lain, jadi merangsang kreatifitas dan partisipasi pribadi.
- Pendidikan dapat dibuat lebih demokratis: metoda mengajar dengan menggunakan computer akan bersifat responsive kepada individu, kepada kebutuhan dan gaya belajar siswa tertentu.
- Karakteristik sebagian besar dari penanganan informasi saat ini yang membosankan akan dapat disembuhkan, membebaskan untuk menggunakan waktu pada kreatifitas yang tinggi.
- Teknologi yang lebih efesien akan membantu pekerjaan informasi lebih produktif.
- Informasi pasar lebih mudah diperoleh, menghasilkan transaksi yang lebih efesien dan langkah yang lebih persis untuk memperbaiki kegagalan.
- Penyampaian jasa akan menjadi lebih murah, sebab sistem baru memperluas “kehadiran” penyedia jasa dan membantu dalam membangkitkan pasar.
Dampak Negatif
Apabila kita menjadi realistis dengan situasi teknologi saat ini, dampak pesatnya media digital paling tidak akan membawa beberapa dampak perubahan negatif seperti:
- Membudayanya budaya massa dalam suatu komunitas masyarakat, dimana pola kehidupan yang dinamis ditimbulkan karena adanya keinginan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Rasa sosial terhadap lingkungan sekitar menjadi acuh. Media digital (Handphone/ BB, internet bisa mendekatkan yang jauh, tetapi bisa menjauhkan yang dekat.
- Terjadinya polusi informasi.
- Merebaknya kejahatan teknologi seperti pelanggaran hak cipta / pembajakan, cybercrime (kejahatan maya).
- Tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumtif. Mentalitas sikap ini akan merebak begitu pesat dalam diri anak-anak, ibu-ibu dan siapa saja yang tidak menyadari akan disposisi batin atas “keberadaan-nya”.
Masih ada Harapan …
Kita masih tetap dalam pengharapan bahwa bagaimanapun dunia yang semakin mengglobal dengan disertai pesatnya perkembangan media digital apabila disikapi secara arif, cerdas dan bijaksana, maka yang terjadi adalah dampak positif akan berpihak pada diri kita, begitu pula sebaliknya kalau penggunanya tidak lagi memanfaatkan dengan benar dan bertanggung jawab pasti buah-buah negatifnya yang didapatinya. Oleh karena itu, tampaknya kita harus berkontemplasi/ merenung sejenak bahwa, “sebenarnya perkembangan globalisasi yang salah satunya ditandai adanya perkembangan media digital yang serba canggih tidaklah berbahaya, ketika kita tahu bagaimana memposisikannya dengan tepat. Tentu saja ini akan menjadi kunci “alat control” yang sangat penting. Bagaimanapun disposisi batin “keberadaan” kita, entah itu sebagai imam, biarawan-biarawati, suami, isteri, orang tua, pelajar, anak, pekerja tertentu, dsb. Maka apa yang dipesankan Paus Benediktus XVI mengajak kita semua untuk selalu melihat dan menyikapi dengan jernih setiap kehadiran perkembangan teknologi. Teknologi yang serba canggih bisa menjadikan kita berkualitas dan hidup baik, ketika kita memanfaatkan dengan baik dan bertanggung jawab. Akan tetapi bisa terjadi sebaliknya, ketika kita tidak memanfaatkan teknologi dengan tidak baik dan tidak tanggung jawab runyamlah kualitas hidup kita. Sudahkah dengan teknologi media digital kita semakin dekat dengan Tuhan dan sesama (suami, istri, anak-anak, rekan kerja, sahabat, dsb)??? Awas Virus !!! Teknologi apapun bisa mendekatkan orang yang jauh, tetapi bisa menjauhkan orang yang dekat.
Dominus Vobis Cum.
(Sumber: Buletin Mingguan "Aggiornamento" Edisi 58 - Paroki St. Antonius Padua)