Saturday, February 24, 2007

Doa Hafalan, Doa Akal dan Doa Hati


Setiap kali saya diminta untuk memimpin doa spontan saya merasa sangat enggan. Alih-alih merasa sukacita. Bukan karena saya tidak mampu untuk menyusun kata-kata melainkan lebih karena ada keterlibatan unsur ketulusan hati. Bagi saya apa artinya rangkaian kata-kata yang "indah buat telinga manusia" padahal doa itu sesungguhnya ditujukan kepada Allah sendiri dan bukan untuk manusia. Lagi pula bagaimana mungkin seorang manusia mewakili orang lain dengan niat ingsun yang beragam dan berbeda-beda kepentingannya, dan diyakini seolah-olah telah terwakili semuanya oleh doa seseorang saja? Saya juga tidak menyukai doa hafalan.
Formula doa yang sudah dibakukan itu bagi saya terasa sedikit kaku, terekayasa dan tidak langsung keluar dari lubuk hati saya sendiri yang terdalam secara tulus dan sebenarnya.

Saya akui selalu merasa kagum kepada mereka yang mampu berdoa secara spontan dengan vokal menggelegar berapi-api, panjang lebar, dan mencakup berbagai masalah yang sangat bervariasi. Keluarnya begitu lancar-gencar seperti rentetan tembakan senapan mesin AK-47 (Avtomat Kalashnikov keluaran 1947). Aduhai betapa lancar dan fasihnya doa seperti itu. Lebih
merupakan untaian puisi lirik daripada prosa biasa. Puisi hukum-ganda yang mengulang-ulang kata-kata yang sama mirip orang mendaraskan mazmur. "Kami berdoa ya Tuhan, bla bla bla... Maka dari itu Tuhan, bla bla bla... sungguh Tuhan..., Hari lepas hari... bla bla bla... pribadi lepas pribadi... bla bla bla... Berkatilah acara ini, ya Tuhan... Dari awal, pertengahan, sampai akhirnya ya Tuhan, bla bla bla... Kami mohon ya Tuhan, urapilah kami dengan Roh KudusMu bla bla bla... Urapilah juga hambaMu, pembicara Si Polan ini ya Tuhan, urapilah lidahnya dengan bara api Roh KudusMu, bla bla bla... Supaya semua yang diucapkannya sungguh-sungguh berasal dariMu sendiri, ya Tuhan, bla bla bla... "

Dalam doa seperti itu unsur RASIO memegang peranan sangat penting. Mengapa? Terutama supaya tetap terpelihara kesinambungan dan rangkaian kalimat-kalimat yang masuk akal. Sangat lucu kalau sampai terjadi "slip of the tongue" dalam suatu doa resmi.

Pertanyaannya ialah apakah pendoa benar-benar memaksudkan semua kalimat doa yang diucapkannya? Apakah ada ketulusan hati yang sungguh-sungguh dalam doa itu?

Cobalah simak doa ini (hanya rekayasa kreatif spontan saja):

"Bapa, kami berdoa agar kami semakin memiliki semangat berkorban. Kami ingin sungguh-sungguh mengabdikan diri kami bagi kepentingan sesama. Yaitu sesama kami yang kini sedang ditimpa oleh berbagai musibah di negeri tercinta ini. Mereka yang tertimpa musibah banjir, tanah longsor, puting beliung, ya Tuhan. Mereka yang mengalami kecelakaan jatuhnya pesawat terbang, ya Tuhan, yang karam kapal dan kereta api yang terjun masuk ke dalam jurang. Kasihanilah mereka, ya Bapa. Berilah rakhmat dan berkat kasihMu, ya Tuhan, agar mereka mampu melewati cobaan yang sangat berat ini, ya Tuhan. Bla bla bla... dst."

Analisis: Orang tadi berdoa supaya 1) dapat memiliki semangat berkorban - supaya 2) mengabdikan diri kepada sesama -- sesama yang ditimpa berbagai musibah -- tetapi ujung-ujungnya 3) supaya Tuhan sendiri (tokoh bukan aku) berbelas kasih -- supaya 4) Tuhan memberi rakhmat dan berkat -- supaya 5) korban (orang lain) mampu melewati cobaan.

Ada urutan yang nalar dan ada bunga rampai kata-kata tetapi benarkah doa semacam ini benar-benar tulus disertai niat yang kuat untuk benar-benar melakukan tindakan nyata buat para korban itu? Apakah nyata ada lembaran "bunga mawar merah" yang benar-benar keluar koceknya? Benarkah ia mau menyumbangkan bahkan sekedar baju-baju bekasnya saja yang menumpuk di gudang? Benarkah ia sungguh-sungguh mau terjun ke lapangan membaur berelasi dengan para korban itu secara langsung? Benarkah ia mau dan rela keluar dari cangkang-keong "comfort zone"-nya sendiri dan "menguras energi, keringat dan emosinya" bagi mereka yang sungguh-sungguh sedang menderita? Entahlah! Pasti ada juga bukan tetapi mungkin bukan yang pintar berdoa tadi...

Selain doa formula dan doa spontan terdapat jenis doa lain yaitu doa yang keluar dari batin manusia. Bukan dari otak manusia, apalagi sekedar dari mulut manusia. Doa batin ini tidak dapat keluar begitu saja pada sembarang waktu. Doa batin harus dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan itu terutama pada "penciptaan suasananya" yang kondusif.

Berdoa itu - monolog ataupun dialog dengan Tuhan. Jadi PRASYARAT kehadiran Tuhan harus ada terlebih dahulu. Kalau tidak, lalu berdoa itu dengan atau kepada siapakah? Mampukah manusia dengan sengaja "MENGHADIRKAN" Tuhan ke dalam lingkungan di mana kita berdoa? Bukankah Tuhan berjanji bahwa di mana ada dua atau lebih orang berkumpul dalam namaNya maka di sana Ia hadir? Suatu kehadiran berdasarkan janji (promise-based) dan prasyarat (condition-based) ?

Dari Kitab I Raja-Raja kita merefleksikan bahwa Allah TIDAK HADIR (bukan tidak mau atau tidak bisa hadir; tetapi secara faktual tidak hadir saja!) dalam "angin ribut", atau dalam "gempa", atau dalam "kobaran api". Allah 'de facto' barulah dan hanya hadir saat datangnya "angin sepoi sepot basa". Apakah semuanya itu tanda-tanda yang te rjadipada pada dunia makro-kosmos? Sama sekali bukan! Itulah semua tanda-tanda pada dunia mikro-kosmos. Dunia mikro-kosmos adalah 'dunia kesadaran' dan 'dunia batiniah' manusia itu sendiri. Kita memang dapat saja berdoa sebarang waktu tetapi apakah doa semacam itu efektif atau bermanfaat? Persoalannya bukan apakah Tuhan "dapat atau mau" mendengarkan doa kita. Persoalannya terlebih pada apakah batin kita sendiri benar-benar SIAP untuk menciptakan suatu kondisi kondusif dan intim bagi suatu relasi dan komunikasi yang dialogis dan tulus.

Batin yang penuh haru-biru persoalan hidup yang memusingkan kepala adalah dilambangkan oleh "angin ribut". Batin yang tergoncang oleh kejutan-kejutan peristiwa-peristiwa duniawi yang menggentarkan dan membuat emosi terguncang dilambangkan oleh "gempa". Batin yang penuh hawa amarah, nafsu, dengki, iri hati, dendam, perseteruan dilambangkan oleh "api yang berkobar". Dalam suasana batin seperti itu bukannya Tuhan tidak bisa atau tidak mau hadir, tetapi kehadiranNya belum mungkin tertangkap oleh mata dan telinga batin manusia. Allah tentu saja senantiasa hadir (omnipresent) , tetapi kehadiranNya hanya TERSADARI saat semua huru-hara itu sudah reda dan alam menjadi tenang. Alam tenang kembali ditandai semilirnya angin sepoi-sepoi basah yang membuat hening batin manusia. Sementara itu matanyapun menjadi merem-melek saat menikmati keheningan itu. Saat itu bila Tuhan berkata-kata barulah manusia mampu menangkap suara sub-vokalNya dengan telinga batinnya yang teramat rendah daya tangkapnya.

Secara fisikal dan neural dapat dijelaskan sebagai berikut. Orang diajak berdoa pada saat mereka baru saja datang berkumpul dengan membawa berbagai persoalan hidupnya. Persoalan-persoalan itu begitu memenuhi seluruh isi otaknya dan menggema keras di dalam batinnya. Gelombang otaknya saat itu berada pada frekuensi yang tinggi yaitu bergelombang pendek. Akibatnya, bila saat itu orang berdoa maka ia hanya berdoa dari otak sadarnya saja. Batin manusia dengan "kecerdasan spiritual"-nya (spiritual intelligence) hanya berfungsi saat otaknya lebih tenang saat sedang mengeluarkan denyut gelombang dengan frekuensi yang lebih rendah (beramplitudo gelombang panjang). Hanya dalam situasi seperti inilah barulah batin manusia menjadi siaga dan siap mendengarkan atau siap berbicara. Secara fisikal situasi ini sangat nyaman dan membuat orang setengah mengantuk -- merem-melek persis seperti orang sedang rehat di kawasan pegunungan di bawah pohon yang rindang atau berbaring di padang rumput yang lembut dan dibelai oleh angin sepoi-sepoi basa. Betapa indahnya bahasa metaforik Alkitab yang menggambarkan pola "kesadaran alfa" yang sedang dialami oleh (otak) manusia.

Solusinya ialah sebelum berdoa orang hendaknya sungguh-sungguh dengan sepenuh hati mengheningkan batinnya terlebih dahulu sejenak. Sekitar kurang lebih setengah menit. Tetapi sebegitupun akan terasa sangat lama kalau dilakukan di depan publik bagi merka dengan hati serba tergesa-gesa; yang menantikan kata-kata doa apa yang bakal keluar dari mulut seorang pendoa syafaat tersebut. Hatinya tertuju pada mulut pendoa dan masih belum terbuka dan tertuju kepada Tuhannya.

Jakarta, 22 Februari 2007.

Mang Iyus

Rokok Mengubah Otak Seperti Obat Bius


Washington (ANTARA News) - Merokok dapat mengakibatkan perubahan jangka-panjang pada otak, sama seperti perubahan yang terlihat pada hewan ketika mereka diberikan kokain, heroin dan obat lain yang menimbulkan kecanduan, kata beberapa peneliti AS, Selasa.

Suatu studi mengenai jaringan otak orang yang perokok dan bukan perokok yang telah meninggal memperlihatkan bahwa perokok memiliki perubahan, sekalipun mereka telah berhenti merokok bertahun-tahun sebelumnya, demikian laporan tim dari National Institute on Drug Abuse (NIDA).

"Data tersebut memperlihatkan bahwa terjadi perubahan kimiawi jangka-panjang pada otak manusia," kata Michael Kuhar dari Emory University di Atlanta, yang tak terlibat dalam studi itu.

"Perubahan kimiawi tersebut saja menunjukkan dasar psikologis bagi kecanduan nikotin," katanya, seperti dilaporkan Reuters.

Satu tim yang dipimpin oleh Bruce Hope dari NIDA, salah satu Lembaga Kesehatan Nasional AS, menganalisis tingkat dua enzim yang ditemukan di dalam sel otak yang dikenal sebagai syaraf.

Kedua enzim itu membantu syaraf menggunakan sinyal kimiawi seperti yang dihasilkan oleh susunan pengantar-pesan "dopamine".

Perokok dan mantan perokok memiliki tingkat tinggi enzim itu, kata para peneliti tersebut dalam Journal of Neuroscience.

Hope berkata studi lain telah mendapati keadaan yang sama pada hewan yang diberikan kokain dan heroin --dan jelas bahwa obat bius itu menimbulkan dampak samping.

"Ini dengan kuat menunjukkan bahwa perubahan serupa yang diamati pada perokok dan mantan perokok memberi sumbangan bagi kecanduan mereka," kata Hope dalam suatu pernytaan.

Banyak ahli mengeni rokok telah lama mengatakan nikotin setidaknya menimbulkan kecanduan seperti yang ditimbulkan oleh heroin.

U.S. Centers for Disease Control and Prevention memperkirakan bahwa 20,9 persen dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merokok, atau sebanyak 45 juta orang. Dan 23 persen murid sekolah menengah merokok.

Joke

The Four Ghosts of the Republic of BBM

This story was supposed to be occured in the Republic of BBM (RoBBM).
One night, Sastro bin Yono, the President of RoBBM is tossing restlessly in his Presidential Palace bed. He awakens to see Bung Karno standing by him. Sastro asks him, “Bung Karno, what’s the best thing I can do to help the country?”
“Set an honest and honorable example, just as I did,” Bung Karno advises, and then fades away...
The next night, Sastro is astir again, and sees the ghost of Bung Hatta moving through the darkened bedroom. Sastro calls out, “Bung Hatta, please! What is the best thing I can do to help the country?”
“Respect the Constitution, as I did,” Bung Hatta advises, and dims from sight...
The third night sleep still does not come for Sastro. He awakens to see the ghost of KH. Achmad Dahlan, the founder of Muhammadiyah, hovering over his bed. Sastro whispers, “Pak Kiai, What is the best thing I can do to help the country?”
“Help the less fortunate, just as I did,” The highly respectful cleric replies and fades into the mist...
Sastro isn’t sleeping well the fourth night when he sees another figure moving in the shadows. It is the ghost of Munir, the prominent human rights activist. Sastro pleads, “Mas Munir, what is the best thing I can do right now to help the country?”
Munir replies, “Just take a Garuda flight to Amsterdam with PolyBrutus.”

Injil Minggu Prapaskah I/

Tanggal 25 Februari 2007

DIGANDENG ROH ATAU DIGENDONG SETAN?

Rekan-rekan!
Dalam Injil Minggu Prapaskah I tahun C ini (Luk 4:1-13) dikisahkan bagaimana Yesus dicobai di padang gurun selama 40 hari. Marilah kita dalami terlebih dahulu beberapa pengertian pokok ini: dibawa Roh, padang gurun, dicobai 40 hari, dan saat kembalinya Iblis.

DICOBAI SELAMA 40 HARI DI PADANG GURUN

TANYA: Hari ini kita mendengarkan Yesus "dibawa oleh Roh ke padang gurun" ini. Tentunya untuk diuji kekuatannya. Begitu kan?

JAWAB: Lukas sengaja mengatakan Yesus "terbimbing Roh di padang gurun", bukan "ke" begitu saja. Jadi di padang gurun ia tidak ditinggalkan Roh begitu saja. (Lihat Mrk 1:12, harfiahnya "Roh menggerakkannya sampai ke dalam padang gurun." Bandingkan dengan Mat 4:1 "diantar sampai ke dalam padang gurun oleh Roh".)

TANYA: Bila kekuatan ilahi tetap menyertainya, apa artinya berada di padang gurun?

JAWAB: Yesus memang berada di tempat yang sepi dari keramaian dunia agar menjadi makin peka akan kehadiran Roh. Tapi di situ jugalah ia makin melihat Iblis dalam ujud yang paling kuat. Di padang gurun orang menemukan tempat senyap dan saat hening mendalami pengalaman batin berjumpa dengan dua kekuatan itu.

TANYA: Jadi percobaannya ialah bersiteguh bersama Roh atau mengikuti cara berpikir yang lain.

JAWAB: Ya, memilih digandeng Roh atau digendong kekuatan lain. Dalam pilihan pertama orang perlu berusaha jalan terus. Pilihan yang lain bisa membuat orang enak-enak, tapi tak lagi bersama Roh.

TANYA: Lalu apa maksudnya ia dicobai Iblis selama 40 hari?

JAWAB: Kurun waktu 40 hari menandai masa yang cukup lama yang mematangkan suatu pengalaman batin. Begitu pula nanti para rasul selama "40 hari" berulangkali melihat Yesus yang telah bangkit dan mendengarkannya berbicara mengenai Kerajaan Allah (Kis 1:3).

TANYA: Lukas mengatakan setelah dicobai 40 hari tanpa makan apapun, ia lapar. Dan di saat ini terjadi dialog antara Iblis dengannya. Manakah sebenarnya percobaannya? Yang ditawarkan Iblis pada akhir 40 hari itu atau yang dialaminya selama 40 hari?

JAWAB: Pertanyaannya menarik. Begini. Dalam pewartaan Injili paling awal, seperti dalam Mrk 1:12-13 disebutkan Yesus yang digerakkan Roh itu dicobai Iblis 40 hari, tak diceritakan percakapan antara keduanya. Tetapi kemudian Matius (Mat 4:1-11) dan Lukas (petikan hari ini, Luk 4:1-13) juga melaporkan tradisi mengenai percakapan pada akhir masa itu. Di situ dirincikan tiga godaan: mengenyangkan diri dengan menyuruh batu menjadi makanan (Luk 4:3-4 bdk. Mat 4:3-4), mendapat kuasa duniawi asal mau menyembah Iblis (Luk 4:5-8 4 bdk. Mat 4:8-10), dan menuntut Allah menolongnya bila ia menerjunkan diri dari wuwungan Bait Allah - jadi menuntut mukjizat (Luk 4:9-12 bdk. Mat 4:5-7; urutan kedua dan ketiga dibalik dalam Matius tanpa perubahan arti).

TANYA: Wah teringat kembali kuliah Injil Sinoptik nih. Tapi Injil Yohanes tidak menyampaikan perkara ini?

JAWAB: Yohanes mengutarakannya dengan cara lain. Yesus Sang Firman ilahi itu diwartakannya sebagai terang yang bersinar di dalam wilayah kegelapan dan kegelapan tak berhasil menindihnya (Yoh 1:5) karena Firman itu sejak awal ilahi sifatnya.

TANYA: Kembali ke Lukas. Ketika jelas ia tetap memilih berada dengan Roh, maka mundurlah Iblis menantikan saat yang tepat. Kapan saat yang tepat itu?

JAWAB: Beberapa ahli tafsir beranggapan saat tepat itu terjadi ketika Iblis memasuki Yudas (Luk 22:3). Yesus yang sebentar lagi akan sendirian mengalami pergumulan batin di Getsemani itu diberatkan dengan pengkhianatan salah satu dari murid-murid yang paling dekat dengannya. Ini ujian terbesar. Di situ ia mengalami godaan untuk meninggalkan semua yang dibuatnya hingga saat itu. Tetapi kita tahu bahwa ia terus.

ROH: KEKUATAN ILAHI YANG MENGGERAKKAN

Dalam alam pikiran Kitab Suci, Roh ialah kekuatan yang tak kelihatan yang menggerakkan dan mengikutsertakan siapa dan apa saja yang ditemuinya. Maka sering dibayangkan sebagai angin, karena memang angin bergerak dan menggerakkan tapi tak bisa dilihat begitu saja. Sebelum ada penciptaan ada gerakan-gerakan ilahi, dalam bahasa Alkitab, "Roh Allah melayang-layang di permukaan air." (Kej 1:2), yang kemudian menggerakkan apa saja. Ciptaan ialah ujud yang kelihatan dari gerakan-gerakan itu. Juga dalam Kitab Suci kerap dijumpai ungkapan Roh Tuhan turun ke seorang tokoh, artinya tokoh itu mulai digerakkan oleh kekuatan-kekuatan ilahi dan oleh karenanya akan mengerjakan hal-hal luar biasa. Para Hakim dulu begitu. Juga ketika Yesus mulai mengajar di sinagoga di Nazaret, ia menerapkan Yes 60:1 "Roh Tuhan ada padaku" kepada dirinya. Dalam peristiwa percobaan 40 hari itu, ia dibimbing Roh, artinya gerakan-gerakan Roh memimpinnya dan menyertainya dalam perjalanan yang menentukan pilihan hidupnya selanjutnya. Meskipun disertai dan dipenuhi Roh, Yesus tidak membuat Roh ke sana atau ke sini. Roh tidak bisa dipaksa-paksa. Maka dalam godaan ketiga dalam petikan Lukas, ia tidak mau mencobai kekuatan ilahi untuk melihat apa betul akan menyelamatkannya bila ia menerjunkan diri dari atap Bait Allah seperti disarankan Iblis.

LINGKUP KUASA YANG JAHAT

Disebutkan dalam godaan kedua (Luk 4:5-6) bahwa semua kekuasaan dan kemuliaan kerajaan dunia telah diserahkan kepada Iblis dan ia dapat memberikannya kepada siapa saja. Ia menawarkannya kepada Yesus asal ia mau menyembahnya. Memang dalam kesadaran orang zaman itu, dunia manusia memang ada dalam kuasa yang jahat. Oleh karena itu kebutuhan akan datangnya Penyelamat makin terasa pula. Pendapat bahwa yang jahat telah memperoleh kuasa terhadap semua orang juga tampil dalam Why 13:7. Di situ ditegaskan bahwa setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa telah diberikan kepada binatang dari laut yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduknya bermahkota dengan tuliskan gaib, lambang yang jahat. Terlebih lagi, seperti tersurat dalam ayat berikutnya, semua orang akan menyembahnya, kecuali orang yang diselamatkan oleh kurban Anak Domba. Berarti yang jahat betul-betul berpengaruh besar di dalam dunia kehidupan manusia. Orang bisa terluput bila diselamatkan kurban diri Yesus. Maka dalam petikan Lukas tadi, Sang Penyelamat digoda agar tidak jalan terus bersama Roh. Jadi godaan menerima kekuasaan dan kemuliaan itu godaan yang teramat besar. Kejadian di Getsemani menggemakannya kembali. Yesus memang ingin lepas dari kesengsaraan yang bakal dialami asalkan memang demikian kehendak Bapanya. Ia tetap tidak menyerah kepada kekuatan yang jahat. Dan kelanjutannya kita ketahui. Beberapa waktu sebelum itu Yesus juga menghardik Petrus dengan kata-kata "Enyahlah Iblis!" karena berusaha menghalaunya dari jalan ke arah penderitaan penebusan itu (Mrk 8:33 Mat 16:23).

Selama berjalan ke Yerusalem tempat ia nanti menderita, wafat dan bangkit, ia menunjukkan bahwa ia mampu merenggut orang-orang dari kuasa yang jahat (menyembuhkan orang sakit, mengusir setan), mengajarkan bagaimana orang bisa berharap pada kuasa yang baik ("Kerajaan Allah"), membawakan wajah Tuhan yang bukan maha penuntut melainkan yang maha murah (Bapa), memilih orang-orang yang menjadi rekan sekerja (murid-murid) . Ini semua dilakukannya karena ia mantap berjalan bersama dengan Roh.

MENGENALI GERAKAN-GERAKAN BATIN

Pengalaman Yesus di padang gurun dapat juga terjadi pada banyak orang lain. Makin dalam orang menghayati pengalaman batin, makin jelas orang merasakan gerakan-gerakan yang ada di situ. Ajaran ulah batin para mistikus sejak Abad Pertengahan, baik di kalangan Yahudi (kabbalah) atau Kristen (asketika) maupun Islam (tasawuf), acap kali memuat latihan untuk membuat orang menjadi peka akan gerakan-gerakan batin sehingga dapat mengenali apa asalnya dari Roh atau dari kekuatan yang jahat. Dengan demikian orang makin dapat mendekat kepada yang baik dan menjauhi yang jahat. Ajaran ini terus berkembang pada zaman-zaman kemudian. Dalam Latihan Rohani Santo Ignatius Loyola (sesudah Abad Pertengahan) dikenal pula serangkai pegangan untuk membeda-bedakan roh menurut keadaan batin orang, apa baru mulai mengenali kedua-duanya (LR 313-327) atau sudah lebih dekat kepada yang baik (LR 328-336). Ajaran ini dimaksud untuk menolong orang memperoleh kejernihan budi sehingga keputusan dan tindakannya menjadi makin seirama dengan Roh.

Salam hangat,
A. Gianto

Politik Barongsai

Politik Barongsai Gagal Menyelamatkan Ekonomi Indonesia !!!

Sejak anak2 saya selalu mengingat kata2 uztad yang mendidik agama Islam kepadaku. Islam itu anti-Cina karena Cina itu orang kafir dan orang kafir itu diharamkan dalam Islam bahkan dihalalkan darahnya !!! Sebagai umat Islam kita tidak bisa hidup satu atap dengan orang kafir, orang murtad, maupun para penyembah berhala, haram mereka semuanya.

Demikianlah, setelah Suharto berhasil meracuni mati Bung Karno, maka pak Harto membutuhkan dukungan massa, dan massa yang tersedia jauh sebelumnya adalah massa Islam. Organisasi2 Islam diseluruh Indonesia sudah merupakan network yang dibiayai oleh CIA dalam rangka menggulingkan Diktator Jawa Sukarno. Suharto lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Islam Kejawen, meskipun sama sekali berbeda dari Islam Arab, namun jiwa Islam Arab sangatlah dipahaminya. Demi menarik dukungan massa Islam inilah, Suharto menciptakan berbagai UU-anti Cina, antara lainnya adalah:

Dilarang menggunakan nama Cina,
Dilarang menggunakan askara Cina,
Dilarang merayakan hari2 besar Cina,
Dilarang mempertunjukkan budaya2 Cina,
Dilarang membangun sekolah2 Cina,
Dilarang menerbitkan cerita2 silat Cina,

Pokoknya, semua yang berbau Cina itu dilarang, bahkan muka2 Cina juga dilarang. Orang2 yang bukan Cina tapi bermuka Cina akan dipensiunkan, secara politis semua yang terkait gaya maupun bau2 Cina pasti disingkirkan. Hubungan dengan Cina diputuskan, bahkan dengan Taiwan, Jepang, Hongkong, Singaopore, dan Phillipina dimana banyak wajah2 Cina meskipun bukan Cina menjadi renggang hubungan diplomatik maupun perdagangannya.

Secara pribadi, pak Harto bukanlah seorang yang anti-Cina seperti yang sebaliknya terlihat dalam menjalankan roda politik pemerintahannya. Semua kebijakan politik anti-Cina se-mata2 untuk mengambil hati umat Islamnya. Namun akibatnya kebablasan, hubungan dengan semua negara yang rakyatnya bermuka rada ke-Cina2an menjadi buruk, saat inilah Suharto kebingunan. Namun berbesan dengan pak Sumitro si ahli ekonomi yang dizaman Bung Karno dilabelkan sebagai pengkhianat bangsa, semua kesulitan ekonomi berhasil diatasi, dan Indonesia tidak perlu tergantung kepada negara2 tetangga yang bermuka rada2 ke-cina2an tadi. Kita tak membutuhkan tetangga2 sama sekali karena Sumitro berhasil membawa pundi2 uang dari IMF, IGGI, World Bank, dll yang kesemuanya berasal dari Barat. Semua makanan import dari negara yang ke-cina2an dilarang pemerintah. Indonesia cuma mengimport makanan2 kaleng dari Australia, Belanda, Denmark, Jerman dan berbagai negara2 Eropah lainnya.

Sebagai juga Sukarno, Suharto merasa bukan hal yang sukar untuk menjadi presiden seumur Hidup. Merekayasa setiap pemilu dengan calon tunggal menjamin selalu terpilih menjadi presiden. Wajar, kalo rakyatnya akhirnya jadi muak, nasibnya sama dengan Sukarno, akhirnya
dijatuhkan. Ekonomi negara hancur luluh, hutang tak mampu terbayar, kas negara kosong karena semua emas2 dan devisa negara di BI dipindahkan keluarga Cendana ke bank2 di Swiss. Bukan cuma begitu, anak2 Suharto, masing2 mencetak uang sendiri dan gubernur BI bertugas
melegitimasinya, akibatnya bisa dibayangkan inflasinya gila2an.

Setelah terjadinya terorisme September 11, dunia Islam makin terkucil, dan Indonesia makin hancur perekonomiannya. Amerika dijadikan kambing hitam baik oleh pendukung Suharto maupun oleh umat Islam di Indonesia. Saudara2 seiman di Timur Tengah dan Arab Saudia dianggap anjing2 Amerika, namun sewaktu ekonomi terjeblos makin parah, dicoba juga mengemis ke timur tengah dengan modal sama2 seiman dalam islam. Namun cara2 ini gagal menyentuh belas kasihan the big mosleem brotherhood.

Saat inilah baru terpikir bahwa negara China yang ekonominya booming akibat investor Amerika menanamkan sahamnya secara besar2an. Kalo dulu China ini dianggap setan kafir yang harus dijauhi, sekarang berubah jadi harapan masa depan ekonomi Indonesia. Namun pemerkosaan massal terhadap amoy2 telah me-robek2 perasaan seluruh keturunan China diseluruh dunia ini, mulai dari Singapore, Hongkong, Taiwan, hingga ke Shanghai, semua transaksi dagang dengan Indonesia dibatalkan, negara ini makin terjerumus kedalam kegelapan yang lebih pekat.

Dizaman guz Dur para pemuka Islam banyak mendapat kesempatan duduk dalam pemerintahan, untuk memperbaiki ekonomi cukup memperbaiki hubungan dengan orang2 Cina ini karena hanya inilah satu2nya harapan. Ter-buru2 dirubah semua UU yang anti-orang2 Cina menjadi UU-pro orang2 Cina. Barongsai dibolehkan lagi, namun jarang orang2 keturunan Cina di Indonesia yang berani menyimpan barongsai. Akhirnya Muhammadiah tak segan2 mengimport barongsai dari Hongkong untuk dimainkan oleh para muslim di Jogya yang meskipun bukan orang2 Cina tapi ber-muka ke-cina2an sehingga cukuplah Departement Penerangan menggunakannya untuk kampanye pro-cina dalam kerangka memboosting perekonomian yang sudah dijurang kehancuran ini. Mulai dari Gus Dur, Megawati, dan terakhir juga SBY, kesemuanya sudah bolak balik merayu Cina mengharapkan bantuan ekonomi, sayangnya mereka melakukan rayuan kepada Cina sambil mencaci maki Amerika. Tololnya, mereka masih menganggap orang2 Cina itu membenci Amerika akibat perang dimasa lalunya. Hasilnya kita sama2 tahu, politik permainan barongsai gagal dalam memancing simpati orang2 keturunan Cina diseluruh dunia. Tidak ada satupun investor keturunan Cina darimanapun didunia ini yang belum merasakan penjarahan modal2nya di Indonesia.

Setelah gagal dengan Timur Tengah, gagal dengan Cina, gagal dengan Jepang, kembali SBY mulai merayu Amerika lagi. Caci maki kepada Amerika mulai dikurangi, dan bantuan Amerika mulai mengalir baik di Aceh hingga ke korban bencana di Jawa. Namun secara managerial sama
sekali tidak berubah yaitu systemnya tetap korup bahkan makin korup akibat aplikasi system yang makin islamiah. Kalo dulu ada Bank Eksim, maka sekarang bank Eksim tidak ada lagi dan muncul Bank Syariah yang merupakan bank Muslihat. Bank Islam meskipun dalam agama Islam tidak dikenal organisasi ataupun management perbankan. Katanya beda dari bank biasa yang memungut riba, bank syariah ini tidak memberi bunga kepada nasabahnya, jadi simpanan nasabah oleh bank syariah disimpan lagi dibank mandiri dengan mendapatkan bunga tentunya, tetapi kepada nasabah penyimpan atau pemilik uangnya sama sekali tidak perlu diberi bunga. Keuntungannya berlipat ganda, tapi sama sekali bukan untuk keuntungan umat ataupun nasabah melainkan untuk mereka yang ulama yang menjadi komisaris pemegang2 saham tanpa menanamkan saham.

Entah kapan di Indonesia bisa kita saksikan pertunjukan tarian aseli barongsai dari budaya Cina yang benar2 barongsai bukan barongsai yang islamiah yang bersyariah !!!!

(Kiriman dari Bu Silvi)

Tiga Senjata untuk Memerangi Kejahatan

Paus Mengemukakan 3 Senjata untuk Memerangi Kejahatan

Aksi Puasa Pembangunan (APP), Doa dan Berpuasa

Roma, 22 February 2007 (zenith.org) - Karya-karya sosial (APP), doa dan berpuasa adalah senjata spiritual untuk memerangi kejahatan, kata Paus Benediktus ke XVI pada misa Rabu Abu.

Dalam homilinya yang disampaikan di Basilika St. Sabina di Aventine Hill, Roma, Bapak Suci menyampaikan "perangkat yang berguna" ini sebagai syarat "untuk hidup dalam pembaharuan komunitas yang sesungguhnya"

"Ke 3 bentuk paling dasar inilah, yang juga diakui oleh tradisi Yahudi, karena bisa menjadikan manusia suci di mata Allah" kata Paus. "Sikap-sikap ini, dimana seharusnya dilakukan untuk membahagiakan dan bukan untuk dipuji orang, menyenangkan hatiNya jika dilakukan dengan kehendak sepenuh hati untuk melayani Dia semata, dengan kesederhanaan dan kerelaan hati.

"Berpuasa, yang dianjurkan Gereja pada saat ini, bukanlah lahir dari motifasi jasmani atau estetika semata tetapi tumbuh dari kebutuhan yang di rasakan manusia untuk menyucikan jiwa, untuk membersihkan diri dari kontaminasi dosa dan kejahatan.

Paus Benediktus ke XVI mengatakan bahwa berpuasa mengajarkan penyangkalan diri yang sehat yang membebaskan umat beriman dari ke "aku" an dan membuatnya menjadi lebih memperhatikan dan siap mendengarkan Tuhan dan melayani saudara/i nya.

"Untuk alasan ini, berpuasa dalam masa prapaskah" merupakan doa dan kerja sosial, khususnya zakat "dianggap sebagai senjata tradisi spiritual Kristiani untuk memerangi kejahatan, kejahatan yang meracuni dan yang asusila" Kata Paus

Ditengah hujan pada sore hari, Bapak Suci pergi dari Vatican ke Aventine Hill untuk melakukan tradisi prosesi dari Basilika St. Anselm ke St. Sabina.

Kardinal, wali gereja, biarawan orde Benediktin dari St. Anselm, pastor dari St. Sabina, dan juga semua orang yang beriman, mengambil bagian dalam prosesi ini.

Paus menerima abu dari Kardinal Josef Tomko, pensiunan prefect dari kongregasi Evanjelisasi dan dianggap sebagai kardinal dari St. Sabina.

Dan kemudian, Bapak Suci memberikan abu pada umat yang hadir.

diterjemahkan oleh Lucya Yamin untuk Mirifica
============ ========= ========= ========= ========= ======

Pope Cites 3 Weapons to Combat Evil

Promotes Lenten Charity, Prayer and Fasting

ROME, FEB. 22, 2007 (Zenit.org). - Works of charity, prayer and fasting are spiritual weapons to combat evil, Benedict XVI said during Mass on Ash Wednesday.

In his homily, delivered in the Basilica of St. Sabina on Rome's Aventine Hill, the Holy Father presented these "useful instruments" as the condition "to live authentic community renewal."

"They are the three fundamental practices, also appreciated by the Jewish tradition, because they contribute to purify man before God," the Pope said. "These external gestures, which should be done to please God and not to win the approval and praise of people, are pleasing to him if they express the heartfelt determination to serve him alone, with simplicity and generosity.

"Fasting, to which the Church invites us during this time, is not born from motivations of a physical or aesthetic order, but springs from the need the person feels for interior purification, to be detoxified from the contamination of sin and evil."

Benedict XVI said that fasting educates in "those healthy self-denials that free the believer from his 'I,' and make him more attentive and ready to listen to God and to serve his brothers."

"For this reason, fasting and the Lenten practices" of prayer and works of charity, in particular almsgiving, "are considered by the Christian tradition spiritual 'weapons' to combat evil, evil passions and vices," the Pope said.

On a rainy afternoon, the Holy Father went from the Vatican to the Aventine Hill, for the traditional procession from the Basilica of St. Anselm to that of St. Sabina.

Cardinals, prelates, Benedictine monks of St. Anselm, and Dominican priests of St. Sabina, as well as some faithful, took part in the procession.

The Pontiff received ashes from Cardinal Jozef Tomko, retired prefect of the Congregation for the Evangelization of Peoples and titular cardinal of St. Sabina.

Afterward, the Holy Father imposed ashes on some of those present.

Thursday, February 22, 2007

Ingatlah Manusia


"Memento homo, quia pulvis est et in pulverem reverteris"
"Ingatlah manusia bahwa kamu itu debu akan kembali kepada debu."

Kata-kata itu selalu diucapkan pada setiap Hari Rabu Abu. Sudah lebih dari empat dekade saya mendengar ucapan imam itu dalam bahasa Latin kini dalam bahasa kita -- tetapi relevansinya tetap abadi dan terus mendengung di telinga kita. Kita adalah debu !

Adam, lambang substansi awal "kemanusiaan" kita "dibentuk" dari tanah (adamus) , dari debu, dari sesuatu yang hanya pantas buat diinjak-injak oleh orang banyak, sesuatu yang sama sekali tidak mempunyai nilai intrinsik. Adam menjadi hidup, menjadi "sama dengangambaran Allah" setelah Tuhan menghembuskan nafas (nefesh) yang menjadi roh (ruakh) yaitu "roh Allah" yang secara immanental tinggal di dalam tubuhnya 'bak kenisahNya sendiri. Bila roh itu sudah kembali kepada Bapa, maka yang tinggal hanyalah unsur debu itu sendiri - yang tanpa makna dan tanpa fungsi - karena tubuhpun langsung akan mengalami proses dekomposisi dan terurai kembali secara organik menjadi zat-zat kimia biasa: zat kapur, zat besi, garam-garaman mineral, zat arang dan hidrogen dioksida alias air.

Liturgi Rabu Abu pentingkah? Penting tidak penting bukan soal utama. Walaupun setiap hari kita harus sadar akan status "keabuan" kita namun pada awal Masa Prapaskah ini Gereja mengajak kita secara khusus untuk mengingatkan diri kita masing-masing betapa "tidak bernilainya" manusia di hadapan Allah kecuali bila manusia yang telah diciptakan sama dengan rupa Allah itu terus menyadari kondisi "keberdosaan" nya yang terus menerus harus mengolah batin dan spiritualitasnya. Betapa beruntungnya kita tetap ada Bunda Gereja yang mau mengingatkan kita secara tetap dan berkala setiap tahunnya sepanjang hidup kita! Kita dimotivasi untuk terus menerus "memelihara sikap tobat" yang artinya terus menerus tetap berdiri menghadap kepada Allah, Sang Matahari yang tak terkalahkan (Sol Invictus) supaya Terang Allah selalu "menyinari jalan dan langkah" kita dan "bayangan kegelapan" selalu berada "di belakang punggung" kita. Kita diminta untuk selalu waspada agar setiap kali kita mulai nakal dan "menoleh ke belakang" dan mulai tergoda untuk "melangkah dalam kegelapan" maka kita diingatkan oleh Roh Kudus untuk berpaling kembali kepada Terang Sejati itu. Karena bila kita terikat pada kenikmatan hidup dalam kegelapan maka kita mulai menapak dalam gelap gulita dan terpaksa mulai meraba-raba. Bayangan yang gelap yang berada di depan kita sungguh pekat -menutupi jalan dan langkah kita sehingga kita mudah tersesat. Tidak lagi berjalan -- boro-boro memenangkan perlombaan iman -- dalam kegelapan karena kita telat "kehilangan orientasi" atau kiblat kehidupan yang menuju Allah. Kita kehilangan Kristus yang adalah "Jalan, Kebenaran dan Hidup" karena kita tergoda oleh bujukan "malaikat terang" yang menawarkan sejuta kenikmatan duniawi sebagai ganti jiwa kita. Betapa mahalnya harga yang harus kita bayar untuk kenikmatan sejenak seperti itu.

Penting tidak penting, Hari Rabu Abu datang secara periodik dan tetap setiap tahun saat kita memulai Masa Prapaskah yang lamanya 40 hari itu. Pada hari ini kita mulai hidup dalam suasana Puasa dan Pantan karena kita segera akan memasuki "masa-masa terpenting dalam kehidupan iman" kita. Kita menapak tilas masa-masa kesengsaraan Tuhan Yesus yang akan berakumulasi sampai titik apex-nya yaitu kematianNya di Kayu Salib. Namun mencapai klimaksnya pada Hari Paskah di mana Tuhan kita bangkit dari kematianNya sehingga maut benar-benar 'de facto' dikalahkan 'bak petinju yang sudah terkapar tetapi kemudian bangkit kembali dan menghajar lawannya sampai KO.

Selamat memperingati liturgi Hari Rabu Abu dengan menerima tanda abu pada dahi kita dan menanamkan kesadaran kita lewat kata-kata imam: "Hai manusia, ingatlah kamu itu debu dan akan kembali kepada debu." Entah kapan, mungkin besok, mungkin tahun depan, mungkin satu atau dua dekade lagi. Tidak terduga memang tetapi pasti terjadi.


Jakarta, 21 Februari 2007.

Mang Iyus

Tuesday, February 20, 2007

Perempuan Yang Ku Suka

Perempuan Yang Ku Suka
Oleh : Mochammad Moealliem

Mungkin benar kata para perempuan kalau laki-laki suka "menggombal" , entah apa makna yang benar tentang "gombal" ini, kalau setahu saya "gombal" adalah pakaian yang sudah tak layak pakai dalam istilah jawa, entah jadi apa ketika menjadi istilah dalam bahasa Indonesia, mungkin sama artinya, ngibul, bohong, dan semacamnya.

Bolehlah jika anda lelaki merasa tersinggung jika dikatakan "gombal-mukiyo" sebab fungsi gombal-mukiyo biasanya hanya sebagai lap, untuk membersihkan debu-debu, baik pada piring, gelas, dan mungkin untuk mengelap perempuan, biar kelihatan menjadi, piring cantik, gelas cantik atau perempuan cantik. Toh pada hakikatnya tetap seperti sediakala bentuknya.

Kini giliran perempuan saya beri peluang untuk tersinggung ketika disejajarkan dengan piring dan gelas, bisa jadi mereka akan berkata "enak aja kita disamakan dengan piring dan gelas, emang kita barang dapur?", namun diakui atau tidak, saya menilai perempuan membutuhkan gombalan para lelaki, "hayoo ngaku aja?", dan seolah memang kegemaran mayoritas lelaki punya daya gombal, diiringi mayoritas perempuan suka dielap dengan gombalan itu.

Dulu saya pernah mempelajari ilmu jiwa, bahwa perempuan lebih suka dianggap cantik, daripada dianggap cerdas, kalau lelaki lebih suka dianggap cerdas daripada dianggap cakep, tapi tentunya itu juga tidak semua, mugkin hanya sebagian besar saja. Saya jadi teringat sejarah perempuan jawa abad 18 dan sebelumnya, konon kabarnya lebih terpuruk ketimbang perempuan dalam peradaban yang sudah maju, belum ada hak bagi seorang perempuan, kecuali sekwilda (sekitar wilayah dapur) tak pernah dianggap sebagai manusia yang bisa berfikir, dan memang ditempatkan pada rak-rak khusus seperti piring dan gelas, akan dielap ketika hendak dibuat pameran ataupun dijual, dan hanya sebagai alat pelengkap yang tak akan didengar pendapatnya, seperti kicauan burung beo.

"Hati-hatilah dalam membawa piring", pernahkah anda mendengar peringatan seorang ibu pada anaknya, kalau boleh saya uraikan seperti ini : Hati-hati membawa perempuan, dia ibarat piring, semakin mahal piring itu, biasanya semakin mudah pecah, berbeda dengan piring di warung kusyari (makanan orang mesir, berisi campuran spageti, kacang hijau, nasi, juga macaroni atau makronah) kalau piring warung itu tentunya tahan banting, sebab biasanya dilempar sana-sini, terlebih dipakai oleh sembarang orang.

Piring yang mahal, tentu hanya untuk pribadi, punya ciri khas mudah pecah, kesalahan kecil terhadap barang yang mahal tak bisa disamakan dengan kesalahan besar pada barang murah, sebagaimana kesalahan kecil pada pemimpin itu lebih besar dari pada kesalahan besar pada orang yang dipimpin. Kalau seorang warga sengaja tidak datang dalam acara, mungkin bisa kita katakan salah, namun lebih salah kalau pengurusnya atau pimpinannya tak datang dengan sengaja.

Pantaskah kiranya kita mengibaratkan perempuan dengan piring? Namun setidaknya bisa saya gambarkan bahwa piring saat ini bukan hanya ada didapur, bahkan mungkin diruang depan, meskipun bagi orang kebanyakan tidak terlalu memberi perhatian terhadap piringnya, namun lebih mementingkan apa yang ada dalam piring itu. Semahal apapun piring itu kalau toh tak berisi, kebanyakan orang kurang suka meskipun piring itu cantik dan menawan, bahkan menyentuhnya pun kalau bisa tidak, agar tetap tak terkotori.

Saya pikir piring lebih terhormat daripada gombal, piring yang mahal biasanya gombal-lap-nya juga bagus dan mungkin juga mahal, sebab logika manusia akan merasa salah jika mengelap piring mahal dengan "gombal-mukiyo" , begitu pula jika mengelap piring kusyari dengan lap yang mewah. Setidaknya lap itu disesuaikan dengan apa yang akan dilapinya, begitu pula piring setidaknya akan dicarikan lap yang sesuai, namun ada pengecualian jika terpaksa apapun akan menyalahi aturan itu.

Allah berfirman : "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji , dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik . Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka . Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia."QS: 24 : 26

Sama-sama piringnya namun berbeda harga, pun juga sama-sama lapnya berbeda harga pula, hanya orang-orang buta dan orang bodoh yang tak dapat membedakannya. Namun kalau sudah pecah biasanya piring mahal itu nggak bisa dikembalikan pada keindahan awalnya, dan hanya akan menjadi serpihan kaca yang membahayakan manusia, maka dari itu hati-hatilah membawa piring, jangan engkau banting, jika sudah pecah dia tak lagi berharga.

Berbeda dengan lap, dibanting pun tak mudah pecah, dan memang fungsi lap adalah menjadi pelindung atas barang yang mudah pecah itu, semakin mahal lap itu, maka semakin tebal dan semakin memberi keamanan terhadap barang mudah pecah itu, dan bisa jadi lap itu khusus satu piring saja, tidak seperti lap di warung yang dipakai untuk banyak piring dan mungkin tidak memberi keamanan pada banyak piring sebab fungsinya hanya menjadi lap saja, alias menjadi "gombal-mukiyo" .

Dalam pemilihan perempuan terbaik dunia, hanya seorang perempuan yang tercantum namanya, siapakah dia? Mohon jangan tersinggung dulu, ini benar meskipun jika banyak perempuan merasa dirugikan dengan hanya terpilihnya seorang perempuan ini, dan memang permpuan ini belum ada yang menandinginya, hingga saat ini dan seterusnya, kira-kira otak anda akan mengambil nama siapa? Aisyah?, Khadijah?, Hawa'?, Robiah Adawiyah?, Asiah?, atau siapa?

Kalau saja saya juri pemilihan itu, maka bisa jadi akan ku pilih perempuan yang ku suka untuk jadi pemenang, meskipun tidak adil, sebab mungkin lelaki semuanya akan menjadi bodoh dihadapan perempuan yang disukainya, meskipun toh perempuan juga takluk dengan gombalan-gombalan para lelaki. Huch...memang sudah klop dan nggak bakal berubah, tapi yang jelas anda nggak perlu kecewa dengan keputusan ini, meskipun perempuan seluruh dunia mengadakan pemilihan ulang.

Sebelum saya sebutkan nama perempuan itu, saya hanya mengajak anda untuk melihat sepak terjang perempuan itu, dengan kata lain, seandainya saja anda menjadi dia, (tentunya masa-masa perjuangannya) bukan masa pemilihan, saya pikir tidak ada yang sanggup menjalani derita yang dijalani, dia manusia seperti kita, dan kalau boleh membayangkan, dia secantik gadis iran yang cantik, (maaf saya milih iran), dan punya hati yang cantik, alias cantik luar dalam, jika dari anda ada yang seperti itu, bolehlah kiranya aku masukkan dalam daftar "perempuan yang ku suka".

Jawaban dari semua itu adalah : "Dan ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia" QS: 3 :42

Alliem,
Senin, 19 Februari 2007
Kutulis untuk perempuan yang ku suka


(kiriman dari teman)

uCaPaN sELaMaT

Untuk Saudara dan saudari yang merayakannya:


XIN NIAN HAO
JIN NIAN JIN BU
SHEN TI JIAN KANG
WAN SHI RU YI

Menggugat tanggung jawab ekologis kita

Menggugat tanggung jawab ekologis kita

Oleh Fritz Fios *

BANJIR yang merendam Ibu kota Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia belakangan benar-benar bikin warga takut dan panik. Tidak sedikit orang mengungsi mencari tempat huni lebih aman. Ada korban nyawa malah. Kerugian materi jangan dibilang lagi. Triliunan rupiah raib akibat banjir ini. Benar-benar bencana raksasa bagi negeri ini. Muncul aneka wacana dari pelbagai disiplin ilmu membedah masalah banjir. Intinya ada dua: pertama, konstruksi teknis-mekanis, dan kedua, kotbah humanis-ekologis. Tulisan ini masuk kategori wacana kedua.

Fenomena banjir lumrah dalam kehidupan, laiknya tsunami dan tanah longsor. Meski demikian, ia mesti tetap disikapi secara bijak. Caranya tiada lain selain melakukan perenungan kritis atasnya. Perenungan penting untuk mendeteksi adakah kesalahan (sebab) manusiawi yang memicu munculnya (akibat) banjir? Sesudahnya, mari kita sama-sama mengubah diri, melakukan metanoia (pertobatan) dalam relasi dengan alam. Fokus perenungan soal gugatan atas tanggung jawab ekologis kita.

Istilah ekologi diorbitkan pertama kali oleh Haeckel pada tahun 1866. Kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Inggris ecology yang diturunkan lagi dari bahasa Yunani oikos (tempat tinggal) dan logos (ilmu). Jadi, ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari relasi timbal balik organisme-organisme dan hubungan organisme-organisme itu dengan lingkungan hidupnya. Organisme-organisme itu terdiri dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Bicara soal fakta, jujur saja, paradigma perilaku kita belum mencerminkan tanggung jawab ekologis maksimal. Kita membuang sampah seturut suka. Atau membersihkan lingkungan rumah sendiri, kita menunggu petugas kebersihan alias "pasukan kuning". Inisiatif kita masih lemah. Kita menebang pohon tanpa reboisasi. Kita doyan menghisap enaknya alam sambil lupa memikirkan kebaikan alam.

Cara kita memperlakukan alam dapat dikerangkakan dalam konsep filosofis filsuf Perancis, Rene Descartes (1596-1650) yang merumuskan manusia modern sebagai "Sang Penguasa dan Penguasa Alam Semesta". Konsep ini menjadikan manusia sewenang-wenang terhadap alam. Istilah-istilah yang dihidupi manusia adalah menguras alam (eksploitasi) untuk memenuhi kerakusan kita. Alam tidak dihargai sebagai sesama ciptaan Tuhan yang juga bermartabat, tetapi dilihat sebagai obyek yang dimanfaatkan demi kebutuhan manusia.

Terhindar dari semua bencana alam (banjir), kita perlu memodifikasi pola relasi yang lebih seimbang dan harmonis dengan alam. Paradigma relasi itu adalah sebuah tanggung jawab ekologis. Ini pilihan yang niscaya kita jika memang takingin terus direndam banjir bandang setiap tahunnya.

Paradigma etika ekologis itu tampil dalam tiga tanggung jawab. Pertama, hormat terhadap alam lingkungan. Alam merupakan ciptaan yang sama diciptakan Tuhan seperti halnya manusia. Alam memiliki kualitas kebaikan in se (pada dirinya sendiri). Kualitas itu tampak dalam keindahan dan sifat keibuan alam yang setia menyediakan kebutuhan untuk makhluk hidup. Jika demikian, alam layak dihormati, dihargai, dan dicintai. Manusia mesti mengusahakan alam demi kebaikan alam dan bukan mengikhtiarkan kebinasaannya. Tanggung jawab ekologis mewajibkan manusia menghormati alam. Suatu sikap "sungkan" dan "segan" terhadap alam perlu mengkristal dalam diri manusia.

Kedua, menjaga keseimbangan alam. Keseimbangan artinya adil, tidak berat sebelah. Manusia perlu memandang alam sebagai partner yang memiliki posisi sejajar dengan manusia. Manusia tidak boleh eksploitatif dan arogan terhadap alam. Istilah eksploitasi mesti diganti dengan istilah lebih elegan seperti eksplorasi, integrasi, dan rehabilitasi. Karena istilah-istilah ini menunjukkan kepemihakan pasti manusia terhadap kebaikan dan masa depan alam. Manusia perlu mengolah alam tanpa lupa mengabaikan kebaikan alam. Menebang pohon untuk membangun mal raksasa atau perumahan elit misalnya, boleh, namun sesudahnya perlu menanam kembali pohon pengganti agar hutan lestari.

Ketiga, mengembangakan sikap cinta lingkungan hidup. Alam semesta mengkristalkan kekayaan alam yang tak ternilai bagi makhluk hidup. Ketika Tuhan menciptaan alam, Tuhan memperuntukkan semuanya bagi manusia. Dari alamlah manusia hidup dan mempertahankan eksistensinya. Konsekuensinya, alam perlu disayang dan dicintai. Alam perlu dicintai karena ia berharga bagi masa depan manusia. Tanpa alam, manusia punah dan binasa. Maka tanggung jawab ekologis menuntut manusia mencintai lingkungan hidup hic et nunc (kini dan di sini). Artinya, manusia mesti memberi diri, memikirkan nasib masa depan alam dan berbuat konkrit demi kebaikan alam.

Di atas segalanya, kita pun perlu mendekonstruksi doktrin filsafat Descartes tadi tentang konsep manusia sebagai penguasa atas alam. Manusia bukan penguasa mutlak alam. Alam tidak pernah dimiliki seutuhnya oleh manusia. Pemilik alam adalah alam itu sendiri dan Sang Khalik. Manusia tidak berhak sedikitpun atas alam, tidak berkuasa mutlak apalagi memiliki alam secara sempurna. Tanggung ekologis mendesak manusia mencipta surga pertama di dunia sebelum malaikat maut datang memisahkan roh dari raga kita dan menerbangkannya menuju surga abadi di alam nun sana.

* Penulis, dosen Universitas Bina Nusantara, Jakarta

UU Kewarganegaraan baru

Puluhan ibu serta aktivis beberapa LSM yang hadir pada pengesahan Undang Undang Kewarganegaraan baru pada 11 Juli 2006 lalu di gedung DPR/MPR Jakarta bersorak gembira.
Peluk cium juga tangis kebahagiaan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dan kibaran merah putih memeriahkan pemandangan di luar ruang sidang.
Hari itu DPR mengesahkan UU Kewarganegaraan baru menggantikan UU No 62 tahun 1958 yang mengacu pada Staanblad 1910-296 warisan pemerintah Kolonial Belanda.
UU baru baru yang sangat berarti bagi anak-anak hasil perkawinan wanita WNI dengan pria WNA, juga anak-anak yang lahir dan tinggal di luar negeri.
Menurut UU No.62/1958 yang menganut asas Ius Sanguinis (kewarganegaraan mengambil garis darah ayah), anak yang dilahirkan dari perkawinan antara wanita WNI dengan pria WNA, otomatis mengikuti kewarganegaraan ayahnya.
Dalam UU kewarganegaraan baru disebutkan bahwa WNI yang menikah dengan pria WNA tidak lagi dianggap otomatis mengikuti kewarganegaraan suaminya, melainkan diberi tenggang waktu tiga tahun untuk menentukan pilihan, apakah akan tetap jadi WNI atau melepaskannya.
Selain itu, apabila istri memutuskan tetap menjadi WNI, atau selama masa tenggang 3 tahun itu, ia bisa menjadi sponsor izin tinggal suaminya di Indonesia.
Bagian yang paling penting dari UU baru ini adalah dianutnya asas campuran antara Ius Sanguinis dan Ius Soli (kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran), dan mengakui kewarganegaraan ganda terbatas pada anak-anak (dari pasangan kawin campur dan anak-anak yang lahir dan tinggal di luar negeri) hingga usia 18 tahun.
Artinya, sampai anak berusia 18 tahun, ia diizinkan memiliki dua kewarganegaraan. Setelah mencapai usai tersebut, plus tenggang waktu 3 tahun untuk mempersiapkannya, barulah di anak diwajibkan memilih salah satunya.
Berapa teman di Inggris, yang sudah berstatus permanent resident (PR) banyak yang tidak sadar bahwa anak mereka yang lahir setelah status PR keluar, menurut UU Kewarganegaraan Inggris otomatis si anak menjadi WN Inggris.
Dan menurut UU Inggris itu, si anak baru bisa pindah kewarganegaraan lain setelah usia 18 tahun.
Kerepotan ini terjadi ketika kedua orang tua anak tersebut (berencana) meninggalkan Inggris sebelum anak berusia 18 tahun. Dengan UU Kewarganegaraan baru ini, anak-anak tersebut bisa memiliki kewarganegaraan ganda (WN Inggris dan WN Indonesia) sampai usai 18 tahun.
Dan bagusnya lagi, UU Kewarganegaraan baru ini juga berlaku bagi-anak anak yang lahir sebelum tanggal 11 Juli 2006. Artinya, anak-anak Indonesia di luar negeri yang karena peraturan negara mereka tinggal telah menjadi warga negara tsb bisa apply menjadi WNI dan mempunyai kewarganegaraan ganda sampai usai 18 tahun + 3 tahun masa peralihan.
Masih 9 Bulan lagi
Meskipun UU kewarganegaraan baru telah ditetapkan 11 Juli lalu, namun UU ini baru bisa dipraktekkan paling cepat 9 bulan lagi. Mengapa?
Untuk implementasi sebuah Undang-Undang, masih diperlukan peraturan pemerintah (PP) serta petunjuk pelaksana (juklak), berikuit sanksi-sanksi hukumnya bila terjadi pelanggaran atau penyelewengan yang dilakukan para petugas di lapangan.
Sebuah UU disahkan, setidaknya diperlukan enam bulan untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Barulah setelah itu dirancang lagi PP dan juklak-nya, yang paling cepat membutuhkan waktu tiga bulan.
Setelah PP dan juklak diresmikan, barulah UU Kewarganegaraan yang baru itu benar-benar implementatif dan mengikat.
Jadi setidaknya masih dibutuhkan sembilan bulan lagi.***
BAB II
WARGA NEGARA INDONESIA
Pasal 4
Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia.
e. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asala ayahnya tidak memberikan kewargaanegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun dan/atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Pasal 5
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
Pasal 6
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf f, huruf m, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.
(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
http://susilo. typepad.com/ nurani/2006/ 08/uu_kewarganeg ar.html
(sumber: femina. Tempo dan dokumen UU Kewarganegaraan)

Sunday, February 18, 2007

BE A GOOD MOM!

Ya, ampun ternyata aku perlu waktu yang lebih panjang untuk menyesuaikan diri sebagai ibunya Bas dan Van. Ini adalah minggu pertama aku bersama mereka pasca aku di PHK.

Hari pertama tidak ke kantor, aku menikmati sebagai liburan. Bangun siang, santai-santai karena tidak dikerjar apa-apa. Begitu pukul sembilan, Van bertanya, "Apa mama tidak mandi?" tanyanya
"Mama tidak mau kemana-mana, sayang!" jawabku sambil tetap di tempat tidur menonton tv. Saat itu hari Selasa dan van tidak sekolah karena sekolahnya hanya senin, Rabu dan Jumat.

"Kata mama, walau tidak kemana-mana, kita tetap harus mandi!" kata Van.
Senjata makan tuan, ucapanku pada Bas dan Van sekarang berbalik di lempar Van untukku.
"Sebentar lagi!" jawabku geli.Soalnya Van sedang serius melihat ke arahku.
"Apa itu artinya, aku boleh main keluar?" tanyanya
"Ya tidak dong. kan belum mandi!" jawabku
"Kalau gitu, sekarang kta mandi!" desak Van.

Oh la la tak bisa pula aku mau santai. Ku tatap Van dan Van balik menatapku.
Bening matanya dan seulas senyum mampu meluluhkan perasaanku.
"Ok. ayo kita mandi!" ajakku.

Usai mandi, Van bersiap main keluar. Aku berpesan agar jangan main kotor. Van melesat keluar bagai bola bekel dengan berteriak "Aku tahu, aku sudah mandi!"
Pekerjaan sudah di mulai dengan memandikan Bas, aku sudah tak bisa berhenti. Mulailah aku melirik tumpukkan baju.

Sambil bersiul-siul, aku memilah baju berwarna-warni dengan baju putih. Setelah itu aku memasukkan baju warna-warni terlebih dahulu ke mesin cuci. Teknologi memang banyak membantu. Saat mesin bekerja aku tak lagi bisa bersantai. Tetap saja ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan secara manual.

Membersihkan dan membereskan tempat tidur, menyapu dan mengepel, me-lap semua perabotan berdebu dan belanja di tukang sayur. Ternyata sekitar pukul sembilan pagi ada tukang sayur keliling yang lewat depan rumah. Aduh kasihan deh, aku tidak tahu. Aku terbiasa belanja akhir pekan di pasar tradisional atau supermarket jika hari-hari biasa, itu pun sepulang kerja.

Harga di tukang sayur agak mahal sedikit di banding harga di pasar tradisional tapi lebih murah di banding harga supermarket. Cuma enaknya, aku tak perlu berganti pakaian, berbelanja dengan memakai daster, tidak ada yang melirik bingung. Tukang sayur paham benar busana ibu-ibu yang belanja.

"Wah tante libur yah?" tanya si tukang sayur sok akrab
"Sudah berhenti, cape!" jawabku asal.
Ya ampun tante, gini hari berhenti kerja. Apa gak sayang/" tanya Tukang sayur bengong.
"Ssst jangan tanya terus, aku mau belanja" ujarku lagi
"Eh tante tahu gak? kalau jadi perempuan gak kerja nanti gak dihargai tetangga loh!" kata si tukang sayur sambil membungkuskan belanjaanku
"Apa masalahnya?" tanyaku heran
"Soalnya perempuan gak kerja identik dengan tukang gosip!' jawabnya sambil tersenyum
"Sok tahu!" kataku
"Eh benar, tapi tante pasti bukan perempuan seperti itu kan?" ujarnya lagi. Sebetulnya telingaku geli mendengar iya menyebutku tante, pada ibu-ibu yang lain si tukang sayur memanggil Mpok atau mba atau ibu" entah mengapa memanggilku tante.
"Berapa?" tanyaku
"Rp. 27.000" jawab si tukang sayur. Setelah membayar dan meerima kembalian, aku segera berlalu dan masuk ke rumah.

Dalam hati aku bepikir, benarkah kalau aku tidak bekerja tidak dihargai para tetangga? Apa masalahnya? Memang selama aku bekerja, waktuku sangat sedikit sekali dalam berinteraksi dengan tetangga. Bahkan aku agak terheran-heran kalau berjalan dengan Bas atau Van lalu ada yang menyapa "Mama Bas mau kemana?"
Bas akan menjelaskan identitas si penanya karena aku biasanya bingung. "Itu mamanya Yudha"

Bukan aku tak mau berinteraksi, ketika kerja waktuku hanya akhir pekan dan biasanya itupun sudah terjadual dengan acara keluarga. Tapi aku berjanji akan lebih banyak menyediakan waktu untutk para tetangga. Ups....tapi itu membenarkan pendapat si tukang sayur, bahwsannya perempuan tak bekerja identik dengan tukang gosip. nah loh?"

Benarkah? Ah aku tak mau memikirkan, sementara ini biarlah aku menikmati peranku sebagia ibu rumah tangga. Melihat senyum Bas dan Van serta pujian dari mereka untuk masakanku, adalah penghiburku saat ini. Gosip tetangga? Besok-besok saja! Saat ini tak bergabung tak berati aku sombong, masih ada pekerjaan lain yang lebih bermanfaat. Dan menjadi istri serta ibu yang baik masih menjadi obsesiku (Icha Koraag, 18 Februari 2007)

Merawatmu di Usia Senja

Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai rektor diUniversitas Internasional Columbia dengan alasan merawat istrinya Muriel yang sakit alzheimer yaitu gangguan fungsi otak.Muriel sudah seperti bayi,tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan,mandi dan buang airpun ia harus dibantu.

Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dgn tangannya sendiri,karena Muriel adalah wanita yg sangat istimewa baginya.

Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran, Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, sehingga Robertson kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya,walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya.

Selama 44 tahun kami menikah,saya belum pernah menyentuhnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya,saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan." Tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.

Pada tanggal 14 Februari 1995, hari itu adalah hari istimewa untuk Robertson dan Muriel, karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel.Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikatMu. Amin."

Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga dengan menggunakan sepeda statisnya,Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel tidak pernah berbicara, memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku ... sayangku ..." Robertson melompat dari sepedanya dan segera
memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu. "Sayangku, kau benar2 mencintaiku bukan ?" tanya Muriel. Setelah melihat anggukan dan senyum diwajah Robertson, Muriel berbisik, "Aku bahagia !" Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.

Memelihara dan membahagiakan orang-orang yang berarti dalam hidup kita adalah suatu ibadah di hadapan Tuhan. Mengurus suami atau isteri yang sudah tidak berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah/ibu atau mertua adalah tugas anak ataupun menantu. Mengurus kakek atau nenek yang sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu. Jangan abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa berbuat apa2 lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih.

(Kiriman dari Roti Chandra...ha...ha...)

Hari Valentina?

Tanggal 14 Februari adalah hari yang dinanti-nantikan oleh para kawula muda di seluruh dunia. Pada hari itu, para remaja biasanya merayakan Hari Valentine, suatu hari di mana digunakan sebagai momen penting untuk menumpahkah kasih sayangnya kepada orang yang dicintai. Ada bunga, kado, sampai pesta mewarnai perayaan hari itu. Tidak heran bila Hari Valentine ditunggu-tunggu orang, khususnya kaum muda, sepanjang tahun.

Perayaan Hari Valentine juga identik dengan kartu, gambar hati, warna merah muda dan Cupid (malaikat kecil bersayap yang selalu membawa panah asmaranya ke mana-mana). Dia sering dipakai untuk lambang cinta di hari kasih sayang. Hal itu karena menurut mitologi Romawi, Cupid adalah anak laki-laki Dewa Venus, dewa cinta dan kecantikan. Mungkin kita banyak yang tidak mengetahui asal-usul dan latar belakang perayaan Hari Valentine. Kapan sebenarnya perayaan ini dimulai? Asal-usulnya? Apa sesungguhnya yang dikabarkan Valentine buat kita? Kalaupun kita terlibat dalam perayaan setidaknya kita bukan hanya sebagai penggembira yang tidak memahami makna Valentine.

Selama ini, orang mengenal Valentine sebagai suatu budaya yang lahir dari Roma dan secara perlahan-lahan menjadi budaya milik dunia, tak terkecuali Indonesia . Awalnya pada 15 Februari sekitar abad ke-4 SM diadakan festival bangsa Roma yang disebut Lupercalis untuk memuja Dewa Lupercus, dewa pelindung tanaman obat dan hasil bumi. Pada malam sebelum festival, para pemuda Roma akan mencari pasangan mereka selama festival hingga pesta Lupercalia berikutnya. Mereka saling bertukar hadiah. Para wanita akan menerima sarung tangan harum atau perhiasan mahal. Tidak jarang mereka berhubungan asmara hingga satu tahun, jatuh cinta dan akhirnya menikah. Setelah berlangsung selama 800 tahun, gereja di Roma menentang perayaan tersebut, dan belakangan uskup dari Interamna yang bernama Valentine memulai kembali kebiasaan tersebut dengan cara yang berbeda.

Setelah Roma dikristenkan, para rohaniwan menggeser sehari ke belakang, dari yang sebelumnya 15 Februari menjadi 14 Februari sebagai hari kasih sayang, Hari Valentine. Hal ini dimaksudkan sebagai tanda untuk memperingati dua orang martir. Nama Valentino yang pertama dihukum mati oleh Kaisar Claudius II pada 14 Februari 270 M. Sang Kaisar menganggap bahwa bala tentaranya akan makin besar dan kuat jika mereka tidak menikah, sehingga melarang pria untuk menikah dan tinggal bersama keluarga. Seluruh pertunangan dan perkawinan di seluruh Romawi dibatalkan demi memperkuat militernya.

Saat itu, Uskup Valentine (seorang pastor) bersama dengan Uskup Marius dan para martir Kristiani lainnya menikahkan pasangan Romawi secara sembunyi-sembunyi. Ketika ketahuan, Uskup Valentine ditangkap dan dipenjarakan (lihat boks). Akhirnya ia dihukum, dipukuli dengan tongkat, dilempari batu, dan dipenggal kepalanya hingga tewas.

Hukuman ini terjadi pada 14 Februari 270 M ketika orang-orang Romawi mempersiapkan festival Lupercalia, yang jatuh pada 15 Februari. Untuk mengenang jasa dan pengorbanan Uskup Valentine serta menghormati tradisi rakyat, maka para pastor Romawi menentukan tanggal 14 Februari sebagai Hari Valentine. Sedangkan Valentino yang kedua adalah seorang bishop dari Interamna ( Terni modern). Dua martir ini lalu diberi gelar santo karena pengorbanannya --santo pelindung bagi pasangan yang sedang jatuh cinta. Hingga pada 469 M, Paus Gelasius mengumumkan setiap tahun pada 14 Februari sebagai Hari Valentine.

Kisah Asmara Valentine

Pada bulan musim semi, burung-burung mulai mencari pasangan dan Dewa Cupido, dewa berbentuk anak kecil bersayap, mulai mengarahkan anak panahnya pada hati muda-mudi.

Sebelum Valentine ditangkap, ia suka memberikan bunga di tamannya pada anak-anak. Saat ia berada di dalam penjara, berbondong-bondong anak-anak mengunjunginya, melempar sejumlah besar bunga segar ke ruang tahanannya. Selama dalam kurungan itu pula, ia berhasil menyembuhkan mata seorang gadis buta, anak penjaga menara, berkat imannya yang teguh dan kasihnya yang besar. Valentine jatuh cinta lalu secara kontinyu menulis surat cinta pada sang gadis. Sebelum ia menghadapi saat terakhirnya, sepucuk surat terakhir yang ditandatanganinya, ia tuliskan sebuah kalimat "From Your Valentine" kepada gadis itu. Sebuah ekspresi kasih sayang yang hingga sekarang digunakan banyak orang. Setelah Valentine meninggal, di atas makamnya, tumbuh sebatang pohon ginko warna pink yang berdaun lebat, melambangkan cinta yang abadi.

Kalimat inilah yang menjadi ungkapan yang sering dipakai untuk mengungkapkan kasih sayang atau cinta pada seseorang di Hari Valentine. Kebiasaan mengirimkan kartu Valentine sekarang ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Uskup Valentine atau pesta Lupercalia. Konon kartu Valentine ini adalah kartu yang pertama keluar untuk jenis kartu ucapan. Pada saat itu orang belum mengenal jenis kartu ucapan yang lainnya. Saat pesta Lupercalia mulai ditinggalkan, para pemuda Romawi tetap menggunakan kebiasaan ini untuk mengajak kencan gadis idamannya dengan memberikan kartu tulisan tangan di tanggal 14 Februari. Tapi kartu Valentine yang sebenarnya pertama kali dikirim oleh Charles, seorang bangsawan dari Orleans , di tahun 1415 untuk istri tercintanya. Saat itu Charles sedang dipenjara di Tower of London yang sekarang sudah menjadi museum. Dari sanalah kemudian kebiasaan mengirim kartu itu terus berkembang sampai sekarang.

Kisah Valentine merupakan tragedi yang berhubungan antara hidup dan mati. Kisah kasih sejati yang bisa terekspresi oleh siapa pun. Setragis kisah Valentine, kisah tentang sebuah tindakan yang menggemparkan seluruh penjuru yang dilakukan oleh Zhen Xueli, seorang istri terpidana mati. Setelah divonis mati karena kesilapan membunuh orang, ia memohon pengadilan sipil tingkat dua setempat untuk memiliki anak dari sang suami dengan cara inseminasi buatan sebagai sebuah bukti cintanya, dan sekaligus agar dapat menghibur kepedihan sang mertua. Namun, harapannya akhirnya putus di tengah jalan. Tepat pada 18 Januari, untuk selama-lamanya Zheng Xueli kehilangan orang yang dicintainya. Orang yang dicintainya itu telah melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan, dan untuk selama-lamanya dengan terpaksa meninggalkan kekasih dan keluarganya.

Mungkin ketika para pasangan sekarang sibuk membeli bunga dan cokelat, tanpa mengetahui makna Hari Valentine dan nilai nilai di balik sejarah Valentine. Tidak mengherankan, apabila di zaman yang dimabukkan oleh dekadensi moral yang mengkhawatirkan, sejarah telah dilupakan hingga pelita hancur seiring dengan renungan dan perasaan di dalam sanubarinya. Valentine membuat Hari Valentine, memberi tahu pada kita, bahwa cinta adalah suatu perasaan yang murni dan berharga. Sebuah hari besar dan makna cinta yang dikandungnya didapat dari seseorang yang mengorbankan jiwanya untuk kita.

Di zaman sekarang ketika Hari Valentine telah sepenuhnya menjadi perdagangan, hingga sejumlah besar orang Amerika tidak mengetahui di balik kepedihan Hari Valentine. Jadilah 'From Your Valentine' bisa sesukanya diucapkan, dan telah dianggap sebagai suatu mode. Seperti halnya di China sekarang, ada sejumlah besar orang, bagaimana secara kreatif memanfaatkan Hari Valentine, bermain dengan apa yang disebut permainan percintaan, memainkan acara sebagai orang ketiga dengan riang gembira, Hari Valentine berubah menjadi hari besar kekasih diluar istri. Ada berita mengatakan, bahwa sekitar 30% orang yang berkunjung ke Hongkong, pada saat Hari Valentine merasa menyesal karena tidak dapat mendampingi beberapa kekasih secara bersamaan. Di RRC, mungkin juga mempunyai jumlah yang sama atau mungkin lebih banyak lagi orang merasakan kerisauan yang sama, tanpa mengetahui bagaimana perasaan Valentine di atas sana jika mengetahuinya.

Tanpa mempermasalahkan asal-usul Hari Valentine, terkandung makna yang diakui banyak orang, baik yang merayakan atau tidak, bahwa cinta dan kasih sayang patut kita pupuk sepanjang masa. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong kehidupan lebih bergairah dan harmonis. Ada yang sedang romantis mempersembahkan bunga, ada yang saling mempercayakan seumur hidupnya, ada yang berjanji dengan setulusnya, dan ada juga yang diam-diam sendirian meneteskan air mata. Ada yang berkorban demi cinta sejati, ada juga yang mempermainkan cinta. Sementara ginko pink di atas makam Valentine mekar sendiri, demi perasaan cinta yang sejati dan murni manusia sebagai dasar persembahan cinta.

(Kiriman dari Roti Chandra....Ha...ha....)

ABU

Enambelas Februari 2007. Dingin Paris hingga sungsum di jam 10:00 winter. Aku bergegas mengenakan mantel tebal pembungkus tubuh, meninggalkan apartemenku yang terletak di Montmartre, tempat tertinggi bagian utara ibukota Perancis, menunju ke Pemakaman Umum Père Lachaise di mana jenazah Sobron Aidit akan diperabukan. Ketika memasuki ruangan upacara, kebaktian secara Kristen -- sesuai dengan permintaan terakhir Bung Sobron -- sudah dimulai. Pandangan kulayangkan ke seluruh ruangan yang dipenuhi oleh teman-teman berdatangan dari Negeri Belanda, Swedia dan Jerman untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Pandanganku kemudian berhenti di sebuah patung Yesus disalib yang diletakkan dibagian kepala peti jenazah terbuat dari kayu mengkilat. Mungkin sejenis jati. Di antara taburan rangkaian bunga antara lain dari Radio Nederland berbahasa Indonesia, dari Yayasan Wertheim, dari Koperasi Restoran Indonesia, dari milis Aksarasastra, di bagian kaki, terpampang foto besar Bung Sobron. Pandanganku lama melekat di patung Yesus disalib yang senantiasa memberi makna besar bagiku. Patung dan kisah kehidupan yang menyetiai cinta sebagai suatu konsep hidup-mati dengan segala resiko hingga akhir. Konsep ini lalu kutautkan dengan pesan terakhir Bung Sobron. Pikiranku yang liar menghamburkan sekian banyak pertanyaan tanpa jawab seperti sekawanan burung mengepakkan sayap-sayapnya ke segala penjuru. Penulis adalah pohon di mana bersarang kawanan ribuan tanya yang mencari dan mencari sesuatu di cakrawala kehidupan . Cakrawala itu masih saja menyimpan misteri.

"Adakah misteri di patung Yesus di salib Golgota itu?", tanyaku pada Dini, seorang ibu muda, sobat lama yang berdiri di sampingku. Dini menatap lurus ke mataku:

"Kematian agaknya tidak merupakan jawaban terakhir bagi segala tanya. Barangkali hidup merupakan kalimat yang berhenti pada koma semata. Hal ini jugalah yang mengusik benakku detik ini", ujar Dini yang kemudian melanjutkan keterangannya dengan rangkaian cerita demi cerita penguat hipotesanya.

"Lalu?".

"Karena itu aku sesungguhnya sangat mencintai hidup betapa pun hidup sangat tak ramah-tamah" .

Sementara masmur dan litani terus berkumandang mengisi ruang menambah khusuk upacara . Lagu-lagu yang pernah pada suatu saat sering kunyanyikan juga di gereja-gereja berbagai negeri dan kota. Isi dan melodinya padu, ujud dari keselarasan antara isi berupa pujian serta komitmen dalam bentuk yang artistik hingga menimbulkan riak ke lubuk nurani yang mendengar.

Pidato duka dan selamat jalan disampaikan oleh anak-cucu disusul oleh Soejoso, wakil dari Koperasi Restoran Indonesia Paris dan Pascal LUTZ , mantan direktur Koperasi yang bekerja sukarela tanpa sepeser bayaran selama puluhan tahun.
Kemudian hadirin dipersilahkan melihat wajah Bung Sobron untuk terakhir kali sebelum ia diabukan. Setengah jam aku menatap wajahnya dari sebuah jendela kaca kecil peti jenazah. Bersih dan putih. Mengenakan baju batik dengan warna dasar putih. Perasaan sedih tiba-tiba menyembur tanpa kusadari dalam bentuk genangan air di kedua bola mataku. Membuatku terdiam. Malas bicara dengan siapa pun. Anak bangsa yang terbuang dari negeri kelahiran dan mati di negeri orang sementara cintanya pada negeri kelahiran itu tak juga surut dan suram hingga akhir hayat.

Apakah kematian begini merupakan gugatan pada keadaan negeri dan perlakuan yang mereka hadapi? Apakah ini salah satu resiko menyetiai cinta? Kepada diri sendiri kujawab: "Ya! Ya!". Lalu pandang, kembali kuarahkan ke patung Yesus yang disalib. Hidup kurasakan seperti suatu perjalanan mengemban sejenis salib ke Golgota ajal tanpa bergeming dari pendirian yang mencintai.

Peti jenazah kemudian diangkat oleh petugas ke atas sebuah panggung. Suasana hening memuncak ketika peti jenazah itu secara pasti diturunkan oleh sebuah lift ke bawah ke tempat perabuan. Aku menggunakan bayanganku sendiri, menduga-duga apa-bagaimana jenazah Bung Sobron dibakar hingga tinggal abu.

Wajah yang baru saja beberapa menit lalu kutatap. Kurang lebih dua setengah jam kemudian, yang dibawa ke hadapan keluarga dan teman-temannya hanyalah berupa abu. Butiran-butiran abu yang ditaruh di dua buah guci. Aku mendekati dua buah guci abu itu. Benar. Hanya abu yang kulihat dan bukan berbentuk wajah yang beberapa menit lalu kusaksikan. Ada keanehan tiba-tiba muncul di hatiku melihat Bung Sobron akhirnya berujud dalam bentuk abu. Aku merasa sedang hadap-hadapan dengan suatu keganasan tak berhati. Ada keniscayaan tak terbantah. Ada keterbatasan mimpi. Ada keterbatasan daya. Tiba-tiba kenakalan masa bocahku di Katingan dahulu menyeruak ke hati. Aku ingin mengepal tinju kecilku di hadapan ajal bertaring penuh darah. Aku mau melawannya seperti dahulu aku mengepal tinju sebelum menerjunkan diri ke gelombang dan melihat langit menurunkan topan di sungai kelahiran. Aku mau bertarung habis-habisan dahulu sebelum tiba di kediaman abadi, untuk memperlihatkan bahwa manusia tak gampang-gampang angkat tangan. Dengan semangat begini jugalah aku melihat Indonesia dan hidupku sebagai pengembara. Inikah hidup? Apakah arti hidup jika mati akhirnya mencengkram menyergap tanpa permisi di tiap tapak diayun? Dengan pikiran-pikiran begini, aku berkata pada diri: "Kalau aku tak sampai kepadamu, Manis, Manis, mimpi akan kutinggalkan padamu sebagai kalung tanda mata kasih sayang untukmu. Kata-kataku akan bersama angin mengetok tingkap jendela dan pintumu".

Di hadapan dua guci abu jenazah Bung Sobron ini, aku merasa diri berada di tengah-tengah lembah sunyi yang dalam. Pertanyaan serupa angin menderu di sekitarku di dalam lembah itu. Di antara deru angin itu yang tertinggal akhirnya adalah kata yang kita tulis dan kita ucapkan. Ajal tak meremukkannya jadi abu. Kata inilah yang terus menggaung sekali pun barangkali merupakan kalimat tak usai, belum mencapai titik. Pada upacara pelepasan Bung Sobron secara Kristen, kata-kata Bung Sobron digaungulangkan oleh dua penyair Indonesia yang tinggal di Negeri Belanda: Mawi dan Heri Latief. Sementara itu, pada hari yang sama Tossi, sohibku dari Radio Nederland yang khusus datang ke upacara penghormatan terakhir pada Bung Sobron, di Harian The Jakarta Post menyiarkan tulisannya berjudul: "Sobron's Fate Highlights Nation Tragedy". Kukira Tossi menyentuh salah satu masalah hakiki yang sedang menimpa bangsa dan negeri ini. Patutkah tragedi dan dampak-dampaknya kita pelihara seperti memelihara macan yang lapar? ***

Paris, 16 Februari 2007.
------------ --------- --------- --
JJ. Kusni

(Kiriman email dari teman)

Poem: Perih bukanlah jawaban atas setiap kesakitan

Untuk yang tak pernah mengerti mengapa aku dijalanku..
Perih bukanlah jawaban atas setiap kesakitan..
Cinta pun kadang memerlukan perih sebagai imbalan
Perih tidaklah sakit karena perih bukanlah sakit,
perih adalah dirinya sendiri
Perih memang menyiksa.
Tapi, mungkin dia akan menyisakan sesuatu yang berharga nanti.
Bukankah manusia berasal dari rasa itu juga dulu Walaupun Tuhan tidak menciptakan kita untuk itu
Yah..perih
memang seperti diriku saat ini ..
Tapi aku bukanlah manusia perih..
Bukan ragaku perih, tapi jiwaku merindukan kesempurnaan dan ketiadaan..
Aku telah membelinya dengan perih
Aku telah mengorbankan waktu dan kesempatan menjadi kaya untuk mencoba perih ini.. Apakah ini jalanku menujukesempurnaan. .
Jawabnya ada bersama kesenangan yang pergi, jawabnya bersama kekasih yang sampai saat ini tak sekalipun pernah ku ucapkan padanya "aku mencintaimu"
Aku tidak membenci materi,
aku tidak membenci kesenangan,
aku tidak membenci kekasih,
tapi tak ingin ia mempengaruhiku terlalu dalam
Karena jiwa akan mencari sejatinya sendiri tanpa paksa,
Perih telah membawa jiwaku terbebas dari keterikatan terhadap materi dan kesakitan yang mungkin akan datang karena keduanya.
Meski perih tidak mesti berasal dari keduanya,
bahkan mungkin tak berhubungan dengan keduanya.

Gong Xi Fa Cai

OPINI
”Gong Xi Fa Cai”
Oleh MOH. SYAFRI TAMBUNAN

TAHUN Baru Imlek 2558 kali ini jatuh pada tanggal 18 Februari 2007. Menandai masuknya Tahun Babi Api Negatif, atau sebagian ada juga menyebut Tahun Babi Tanah. Shio Babi bertarikh 1995, 1983, 1971, 1959 dan 1947. Perputaran ini 60 tahun sekali, sehingga untuk kali ini jatuh pada Tahun Babi.

Menurut Neil Somerville (Arcan, 2001), Babi dilahirkan di bawah lambang kejujuran. Shio ini mempunyai watak yang baik hati dan penuh pengertian, serta terkenal akan kemampuannya untuk bertindak sebagai juru damai. Babi membenci segala bentuk pertengkaran atau pertentangan, dan akan berusaha sebisa mungkin untuk membereskan perbedaan pendapat atau untuk mendamaikan pihak-pihak yang saling bertentangan. Shio ini membenci segala bentuk kepalsuan dan kemunafikan, dan merupakan penjunjung keadilan dan taat terhadap hukum serta segenap peraturan.

Manakala kita lihat ke belakang, menukil pada karya Nio Joe Lan dalam buku Tiongkok Sepanjang Abad (Balai Pustaka, 1952) disebutkan, umumnya orang Tionghoa memulai zaman pencatatan sejarahnya yang disebut sebagai zaman "tiga raja" dan "lima kaisar". Zaman itu kira-kira 3000 tahun sebelum masehi, masih zaman dongeng. Maka tidak mengherankan kalau kepala-kepala pemerintahan digambarkan sebagai mahluk yang aneh, yakni separuh manusia dan separuh naga.

Tiga raja itu adalah, Sui Jen, Fu Shi, dan Shen Nung. Shui Jen adalah pencipta api, Fu Shi mengajarkan rakyat bagaimana cara menangkap bintang, cara membuat alat musik, menyusun sistem huruf-huruf bergambar, dan mengatur tata cara perkawinan. Sementara Shen Nung, mengajarkan ilmu pertanian, tata cara membuat obat dari rerumputan. Oleh karena itu tidak heran kalau patung Shen Nung sampai sekarang dipuja-puja, terutama bagi mereka yang membuka usaha toko obat.

Sesudah tiga raja, masih menurut Nio Joe Lan, muncullah pemerintahan lain yang sampai sekarang masih menempati kedudukan yang mulia dalam hati orang Tionghoa. Mereka adalah, Huang Ti, atau Kaisar Kuning. Kemudian, Kaisar Yao. Pada masa Yao inilah di istananya terdapat dua pohon amnaka. Pohon yang satu mengeluarkan sehelai daun setiap hari. Pohon yang satu mengeluarkan sehelai daun setiap bulannya. Dari jatuhnya daun tersebut jalannya bulan dapat dihitung, dan setiap tanggal 15 jatuh pada saat bulan penuh, yang sampai kini disebutCap Go Meh. Setelah Yao, pemerintahan diserahkan pada Shun, yang bukan putranya, tetapi menantunya. Setelah Sun meninggal, maka berakhirlah zaman lima kaisar.

Bagaimana ceritanya kalau tahun ini kita memasuki Tahun babi?

Ada beberapa versi dan referensi yang penulis temukan. Versi pertama, berbeda dengan kalender Masehi yang mengacu pada putaran bumi mengelilingi matahari. Bagi masyarakat Tionghoa berpatokan pada putaran bulan mengelilingi bumi selama dua belas periode sebagai kurun satu tahun seperti kalender Islam. Kalender ini perpaduan perhitungan ilmiah rotasi bulan. Ceritanya, suatu ketika Kaisar Langit (Tian Gong) memanggil seluruh hewan dalam sebuah sayembara untuk menentukan penanggalan. Lomba tersebut berbarengan dengan ulang tahun kaisar. Hewan yang menang dalam perlombaan akan diabadikan menjadi tanda penanggalan tahun.

Sayembara cukup berat, karena setiap hewan harus menyeberangi sungai lebar berarus deras. (seperti penilaian kemampuan dan kepatutan). Maka terpilihlah secara berurutan: tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, anjing, ayam jantan, dan babi. Penggantian tahun ditentukan setiap awal musim semi yang kemudian diperingati sebagai Festival Musim Semi (Chun Jie) hingga saat ini (2007) jatuh pada Shio Babi.

Versi kedua, pada tahun baru Tionghoa Budha mengundang semua hewan untuk datang merayakannya. Sayangnya yang datang hanya 12 hewan. Hewan yang datang pertama kali adalah, tikus, disusul kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi. Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, Budha memutuskan untuk menamai setiap tahun sesuai dengan nama hewan-hewan tersebut secara beruntun. Kalau kita mengikuti cerita kenapa hanya 12 hewan, sebenarnya tidak semudah yang kita ketahui sekarang. Di antara hewan-hewan yang ingin diabadikan sebagai lambang tahunan tersebut bersaing cukup ketat, penuh licik, dan intrik.

Kedua versi agak berbeda, tetapi keduanya sama dalam perputaran tahun yang merupakan daya tarik horoskop Tionghoa. Kedua belas lambang shio tersebut dibarengi lima elemen, yaitu, logam, air, kayu, api, dan tanah. Itu sebabnya berbagai sumber menyebutkan bahwa tahun ini disebut juga tahun babi api, walau ada yang menyebutnya tahun babi tanah. Untuk hal ini tentu kita serahkan saja pada ahli perbintangan, dan keyakinan dari kalangan saudara kita, etnis Tionghoa.

Yang menarik dari apa yang ditulis Hermina Sutami (Intisari, Januari 2004). Kita katanya, terbiasa menyebut Gong Xi Fa Cai sebagai Selamat Tahun Baru. Padahal, arti sesungguhnya "Selamat Semoga Kaya". Karena "Kungsi" sendiri berarti selamat. Fa berarti berkembang, dan cai berarti kekayaan. Fa cai berarti berkembang menjadi kaya. Sementara kita sering pula mendengar Sin Cun Kiong Hi. Kiong Hi berarti selamat, sin berarti baru, dan cun artinya musim semi. Maksudnya, "Selamat Menyambut Musim Semi". Imlek itu sendiri artinya penanggalan bulan, tidak ada sangkut pautnya dengan perayaan.

Kini saat saudara-saudara kita banyak berduka, dan dalam keprihatinan, kita tentunya mengimbau saudara-saudara kita etnis Tionghoa untuk tidak merayakan tahun baru kali ini dengan berlebihan. Pengalaman penulis yng pernah bermukim di Singapura, dan Hong Kong, perayaan tahu baru seperti ini sangat dinanti-nantikan, karena suasananya terasa sangat marak, dan meriah. Yang pasti, imlek sangat identik dengan angpau (Hokkian), atau hong bao (Mandarin). Yaitu amplop merah berisi uang atau qian/cien yang diyakini mendatangkan nasib baik serta dapat menekan kekuatan jahat atau Ya Sui Qian. Lambang kemerahan tersebut diyakini dapat menekan kekuatan roh jahat bernama sui.

Imlek juga identik dengan kue yang lekat liat, manis, gurih, yang disebut kue kerajang (dodol cina). Di Cina disebut nian gao. Nian berarti tahun, dan gao berarti kue (kue tahun), yang bermakna peningkatan kemakmuran. Kalau kue tersebut disusun bertingkat yang bermakna memberikan keberuntugnan (fu xing gao zhao), keberhasilan dan panjang umur (duo fu duo shou), dan harapan perdamaian (zhuo bao pin an). Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan penulis mengucapkan Gong Xi Fa Cai! Sin Chun Kiong Hie, Xin Chun Gong Xi (Selamat Musim Semi) Wo shiwang nimen Kouai le!***

Penulis, mantan pembawa acara Ganesha Mandarin di Radio Ganesha, Bandung.

RENUNGAN : RODA KEHIDUPAN

Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu mengangap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, menggangu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya. Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia selalu berkata, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."

Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar-wajar aja. Semua begitu saja dijalaninya
sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya.

Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."

Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur.

Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan.

Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik. Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia ketemu seorang cewek yang sangat cantik dan baik. Cewek ini kemudian menjadi pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata, "Ah, aku capek, besok saja aku hubungin mereka."

Ini tidak terlalu mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja selalu mau diajak keluar. Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon teman-temannya.

Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya.

Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya "Aku cinta kamu", tapi dia tidak pernah melakukannya.

Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti besok akan mengatakannya. "

Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan perpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.

Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari.

Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata "Aku cinta kamu", istrinya telah meninggal dunia. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya setelah kematian istrinya. Tapi, dia baru sadar bahwa anak anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya.Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun keluarganya masing-masing.

Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka. Saat mulai renta, Dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik.

Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70.

Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New Zealand, dan negara-negara lain bersama istrinya, tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut.
Sejak itu sampai dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya.Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, "Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu...." Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir,

Dia meninggal dunia dengan airmata dipipinya.

Apa yang saya ingin coba katakan pada anda, waktu itu nggak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum benar-benar menyadari, anda ternyata telah maju terlalu jauh.

Jika kamu pernah bertengkar, segera berbaikanlah!

Jika kamu merasa ingin mendengar suara teman kamu, jangan ragu-ragu untuk meneleponnya segera.

Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa kamu ingin bilang sama seseorang bahwa kamu sayang dan cinta dia, jangan tunggu sampai terlambat. Jika kamu terus pikir bahwa kamu lain hari baru akan memberitahu dia, hari ini tidak pernah akan datang.

Jika kamu selalu pikir bahwa besok akan datang, maka "besok" akan pergi begitu cepatnya hingga kamu baru sadar bahwa waktu telah meninggalkanmu.