Wednesday, January 31, 2007

Sakit Jantung dan Minum Air Hangat.....

Artikel ini sangat bagus. Tidak hanya mengenai minum air hangat setelah makan, tapi juga tentang serangan jantung. Ini masuk akal... orang Cina dan orang Jepang minum teh panas dengan makanan mereka.. bukan air dingin.. mungkin sudah waktunya kita mengadaptasi kebiasaan minum air hangat seperti mereka..

Nggak rugi..... malah untung...... ...

Untuk mereka yang suka minum air dingin, artikel ini cocok untuk anda.

Memang enak untuk minum secangkir minuman dingin setelah makan. Tapi, air dingin akan mengeraskan makanan berminyak yang baru saja dimakan. Dan memperlambat pencernaan makanan. Ketika endapan ini bereaksi dengan asam lambung, endapan akan terpecah dan diserap oleh usus lebih cepat daripada makanan padat. Ini akan memenuhi usus. Sebentar saja, ini akan berubah menjadi lemak dan bisa mengakibatkan kanker.

Paling baik meminum/memakan sup panas atau air hangat setelah makan.

Catatan serius mengenai serangan jantung: Tidak semua gejala searngan jantung adalah sakit pada lengan kiri. Waspadalah jika ada rasa sakit yang terus menerus pada rahang.

Mungkin kita tidak akan mengalami rasa sakit dada pertama ketika terjadinya serangan jantung. Rasa mual dan keringat yang berlebihan juga adalah gejala yang umum dijumpai. 60% dari mereka yang terkena serangan jantung ketika tidur tidak terbangun.

Rasa sakit di rahang bisa membangunkan kita dari tidur nyenyak. Berhati-hatilah dan berwaspada. Semakin banyak kita tahu, semakin baik kesempatan kita untuk selamat.

Seorang ahli jantung mengatakan jika mereka yang membaca ini memberitahukan ke 10 orang lainnya, kita bisa menyelamatkan sedikitnya 1 nyawa. Maukah Anda menyelamatkan orang lain di sekitar Anda?

Injil Minggu Biasa V/C, Tgl. 4 Februari 2007

APA ARTI "MENJALA MANUSIA"?


Rekan-rekan yang budiman!

Nabi Yesaya terpukau oleh para makhluk surgawi yang khidmat memuji kebesaran Tuhan yang Maha Kudus. Saat itu juga ia merasa segera akan luluh binasa karena mendapati diri "kotor". Ayat-ayat dari Yes 6:1-2a.3-8 itu diperdengarkan dalam bacaan pertama bagi Minggu Biasa V tahun C. Kemudian Injil Luk 5:1-11 diceritakan bagaimana Simon menyaksikan keajaiban yang terjadi serta-merta kata-kata Yesus diturutinya. Tetapi ia saat itu juga merasa diri pendosa dan mohon agar Yesus - yang disapanya sebagai Tuhan - menjauhinya. Tidak tahan ia berdekatan dengan Yang Ilahi. Yesaya dan Simon sama-sama dilanda kekuatan sabda ilahi dan merasa tak pantas.

Bagaimanapun juga pada saat-saat itu juga mereka dikuatkan. Bibir Yesaya dibersihkan. Yang kotor di-"bakar" habis, kesalahannya dihapus. Kepada Simon berkatalah Yesus, "Jangan takut!" Sapaan ini menghibur dan memberi kekuatan. Mereka boleh merasa lega di hadapan Yang Ilahi tanpa dirundung rasa gentar. Kini mereka mampu berbuat sesuatu. Yesaya bersedia diutus untuk menghadirkan Tuhan. Simon meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus sepenuhnya. Pengalaman batin berjumpa dengan Tuhan dapat betul-betul menggerakkan orang dan membukakan lembaran baru dalam kehidupan. Orang tidak berhenti pada rasa terpukau atau gentar yang pasif melulu.

Ada tiga tahap pokok dalam mengalami kehadiran ilahi. Pertama-tama orang mendapati diri dipenuhi kehadiran itu, kemudian orang akan langsung merasa tak pantas, namun akhirnya tertolong sehingga dapat menerima kehadiran itu dengan ikhlas, tanpa takut-takut. Orang juga terdorong berbuat sesuatu yang cocok. Pengalaman ini menjadi inti panggilan menjadi orang suruhan Tuhan yang bakal membawa orang-orang kepadaNya, bukan hanya membawakanNya kepada manusia. Injil hari ini menggambarkannya sebagai panggilan untuk menjala manusia. Marilah kita teliti maknanya lebih jauh.

PANGGILAN UNTUK "MENJALA MANUSIA"

Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia" berbunyi "anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan". Bila dipikirkan lebih lanjut, kata-kata Yesus itu berisi suruhan kepada Simon agar merenggut umat manusia dari kuasa maut. Penugasan seperti ini berarti pula ajakan ikut serta menjalankan karya Sang Juru Selamat sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dicatat bersangkutan dengan panggilan ini dalam Injil-Injil. Dalam Injil Markus, panggilan Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes (Mrk 1:16-20) dikisahkan setelah Yesus mengumumkan kedatangan Kerajaan Allah (Mrk 1:15). Matius mengambil alih Markus, juga dalam hal menaruh peristiwa panggilan keempat murid pertama (Mat 4:18-22) setelah kedatangan Kerajaan Surga diumumkan (Mat 4:17; Matius memakai istilah Kerajaan Surga bagi Kerajaan Allah). Markus dan Matius hendak menunjukkan bahwa murid-murid dipanggil agar ikut mewartakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Injil Lukas mengolah bahan ini lebih jauh:

- Pertama-tama pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah dibedakan dengan panggilan para murid pertama. Panggilan mereka diceritakan terjadi baru setelah Yesus mengajar orang banyak, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit (Luk 4:14-44). Lukas rupa-rupanya ingin menunjukkan bahwa murid-murid pertama itu sebetulnya sudah mendengar tentang Yesus sebelum terpanggil mengikutinya secara penuh. Perjalanan menjadi pengikut Yesus dikisahkannya setapak demi setapak.

- Kemudian digarisbawahi satu arti "menjala manusia" , yakni agar manusia menemukan sumber kehidupan - yakni Tuhan sendiri. Markus dan Matius memakai ungkapan Yunani "halieis anthropou" yang harfiahnya "nelayan/penjala manusia", tanpa penjelasan lebih jauh mengenai tujuannya.

- Akhirnya disoroti tokoh Simon Petrus secara khusus. Dan dalam hal ini ia memakai kisah penangkapan ikan secara menakjubkan yang tidak ada dalam Injil Markus dan Matius, tetapi yang muncul dalam bagian belakang Injil Yohanes (Yoh 21:4-14). Dalam Injil Yohanes kisah penangkapan ikan yang berlimpah-limpah itu dikaitkan langsung dengan penugasan Simon Petrus untuk memelihara domba-domba Yesus serta mengusahakan tempat hidup bagi mereka (Yoh 21:15-17). Ia tidak diangkat menjadi gembala mereka; Yesus sendirilah gembala mereka dari awal sampai akhir!

Peran khusus Simon Petrus itu ditampilkan Matius dalam hubungan dengan kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Di situ Matius menambahkan Simon disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun, tak bakal terkalahkan oleh maut, dan pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan seperti ini tidak didapati dalam Injil lain.

Jelas bahwa Matius, Lukas dan Yohanes sama-sama mengetengahkan peran utama Simon Petrus, tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Markus tidak mengolahnya secara khusus. Maklum ketika Injil Markus selesai ditulis, yaitu pada paruh kedua tahun 60-an, peran utama Simon Petrus dalam Gereja Perdana diterima tanpa perlu diceritakan asal usulnya. Selang sepuluhan tahun kemudian ada upaya untuk menjelaskan bahwa peran ini memang berasal dari penugasan oleh Yesus sendiri. Upaya ini tercermin dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes. Penjelasan historis ini terasa lebih bermanfaat daripada pembicaraan yang beranjak dari hal penerusan peran apostolik Petrus kepada uskup Roma.

AKTUALISASI

HAR: Uraian tentang "menjala manusia" menarik. Tapi Injil-Injil tidak sama dalam menyebutkan pelakunya. Bagaimana menjernihkan hal ini?

GUS: Sabar. Justru dengan menyebut macam-macam orang itu mau diisyaratkan bahwa sebetulnya yang mengemban tugas itu bukan orang perorangan melainkan kelompok orang yang mempercayai Yesus dan bersedia mengikutinya.

HAR: Maksudnya kelompok murid-murid yang pertama-tama dipanggil?

GUS: Betul. Dan kemudian Gereja sampai zaman kita ini. Tugas "merenggut umat manusia dari maut" itu tugas Gereja.

HAR: Dijalankan dengan membaptis? Mewartakan sabda?

GUS: Antara lain. Tetapi kita jangan hanya berpikir mengenai Gereja dengan ukuran-ukuran ritual tok. Membaptis juga berarti mengubah wajah kemanusiaan dari yang bisa dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk mengenal Yang Baik dan mengikutiNya. Banyak macam bentuk mewartakan Injilnya Kerajaan Allah. Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan zaman sekarang.

HAR: Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam masyarakat?

GUS: Tentu. Lihat tuh terobosan di dalam program kerja Gereja Indonesia yang tentunya terdorong oleh kepedulian sosial yang makin peka. Ini satu bentuk "merenggut umat manusia dari kuasa maut" tadi.

HAR: Dan kita para pemerhati sabda ilahi ini jangan membiarkan sorot sabda itu pudar. Kepada orang di sekitar jangan hanya kita berikan lip service alias mung kelangan abab.

GUS: Kembali ke "menjala manusia" dalam pengertian "merenggut umat manusia dari kuasa maut". Kenyataan "maut" itu panjang: kemelaratan, kebodohan, ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dan banyak lagi, you name it.

HAR: Gereja bisa mengajak orang-orang yang berkehendak baik untuk bersama-sama merenggut manusia dari serentetan ujud "maut" itu kan?

GUS: Bila bisa mengentas orang dari situ, integritas Gereja akan makin besar.

HAR: Setuju. Dan orang-orang yang kita layani akan menjadi pribadi yang merasa tak dilupakan Tuhan.

GUS: Dan tentunya juga tidak memperlakukan mereka sebagai komoditi bagi kerasulan. Begitulah tanggapan orang beriman terhadap Kristus yang bangkit yang dibicarakan Paulus dalam 1Kor 15:1-11. Bila tidak bisa mewujudkan keselamatan yang dapat dialami secara nyata, maka kata Paulus, kita ini "sia-sia saja menjadi percaya" (ayat 2).

DARI BACAAN KEDUA

Dari bacaan kedua, yakni 1Kor 15:1-15, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi Paulus kebangkitan Kristus ialah anugerah ilahi. Allah membangkitkan Kristus, Mesias utusan resminya, dari maut yang benar-benar telah mencengkeramnya. Inilah yang diwartakan di kalangan umat pertama. Ada gambaran bahwa Yang Mahakuasa merenggut Mesiasnya dari dari kuasa maut dan memberinya kemuliaan. Yang terjadi pada Yesus Kristus ini akan terjadi pula pada semua yang percaya padanya: tidak akan lagi dikuasai maut selama-lamanya. Yang Maha Kuasa akan membuat mereka terenggut dari wilayah itu. Bagaimana?

Ada titik temu warta Injil dengan pokok kepercayaan mengenai kebangkitan. Bila kebangkitan itu benar-benar pengalaman manusiawi, maka bisa dijalani oleh semua orang. Tentu tidak selalu terjamin pasti demikianlah yang terjadi. Ada yang terikut ada yang tertinggal. Apa yang mengerti ini diam saja? Injil hari ini justru mengajarkan kepada mereka yang sudah paham agar ikut serta mengusahakan makin banyak orang terenggut dari kuasa jahat dan berbagi kehidupan baru. Inilah makna menjala manusia.

Salam hangat,
A. Gianto

(diambil dari milist APIK yang masuk ke Email gua)

Tuesday, January 30, 2007

MITOS DAN FAKTA TENTANG TELUR


Telur sumber protein terbaik sekaligus termurah. Namun, masih banyak yang perlu Anda ketahui lebih jauh tentang telur. Rasanya tak ada orang yang tak kenal bahan makanan yang kaya protein ini. Hampir semua orang pernah menyantapnya dalam aneka hidangan lezat, seperti nasi goreng, aneka kue, mi, dan sebagainya. Sedemikian merakyatnya telur ini sampai ada begitu banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai telur. Sebagian ada yang benar dan dapat dipertanggungjawabk an secara ilmiah, namun tidak sedikit yang salah kaprah. Simak penjelasan mengenai mitos tersebut dari Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

TELUR OMEGA3 BIKIN CERDAS

Informasi "bikin cerdas" ini tidak sepenuhnya salah karena kandungan omega dalam telur Omega3 memang 15x lipat lebih tinggi dibanding telur biasa. Mengapa demikian? Tak lain karena untuk menghasilkan produk telur yang kaya akan kandungan asam lemak Omega3, pakan ayam petelurnya pun khusus. Asam lemak Omega3 memang sangat penting untuk kecerdasan. Itulah sebabnya, telur Omega3 sangat baik dikonsumsi balita. Namun harus diingat, kecerdasan seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor nutrisi. Akan tetapi ditentukan oleh faktor genetik dan sejauh mana stimulasi yang diberikan lingkungannya. Ketiga faktor ini saling menguatkan satu sama lain.

Selain itu, telur jenis ini juga memiliki kandungan kolesterol yang rendah. Ini karena kandungan telur Omega3 anatara lain lemak tak jenuh yang mampu menurunkan kadar kolesterol. Perlu diketahui, kadar kolesterol yang tinggi potensial menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah. Sumbatan inilah yang akan menyebabkan terjadinya serangan jantung maupun stroke. Hingga tidak berlebihan bila dikatakan telur Omega3 merupakan pilihan makanan yang sangat cocok untuk mencegah penyakit jantung. Kandungan Omega3-nya pun mampu memperkuat otot-otot jantung.

TELUR MENTAH/SETENGAH MATANG LEBIH BERKHASIAT

Tidak sedikit orang yang sedemikian percaya bahwa mengonsumsi telur mentah atau telur setengah matang bisa meningkatkan stamina mereka. Anggapan mereka, telur mentah lebih fresh sehingga amat baik untuk dikonsumsi.

Tentu saja anggapan ini hanya mitos. Pasalnya, telur mentah dan setengah matang merupakan telur yang belum siap dicerna tubuh. Lo, kenapa? Karena dalam kondisi mentah maupun setengah matang, ikatan proteinnya masih begitu kuat. Tubuh sulit memecahnya menjadi asam amino sehingga proses untuk mencernanya pun berlangsung amat lambat. Makanya telur mentah mampu membuat yang bersangkutan merasa kenyang lebih lama. Boleh jadi berawal dari sinilah muncul mitos bahwa mengonsumsi telur membuat seseorang merasa lebih kuat beraktivitas, termasuk berolahraga.

Kebiasaan menambahkan madu ternyata memang membantu proses pencernaan. Madu mampu membantu telur agar bisa dicerna lebih baik oleh tubuh. Akan tetapi orangtua tetap harus memerhatikan masalah keamanan pangan. Apalagi saat ini banyak penyakit yang timbul akibat bahan makanan yang tidak dimasak hingga matang, dari tifus sampai flu burung. Ingat, bakteri yang mungkin ada dalam telur mentah bisa saja masuk ke tubuh dan menyebabkan si kecil jatuh sakit. Terlebih jika daya tahan tubuhnya sedang buruk.

PUTIH TELUR SEBAIKNYA DIBUANG

Ditinjau dari kandungan gizinya, kuning telur memang lebih baik daripada putih telur. Semua jenis protein, kolesterol, lemak, vitamin A yang terkandung di kuning telur tidak dimiliki oleh putih telur. Selain itu, dalam kondisi mentah, putih telur memang bisa menghambat proses penyerapan vitamin A. Namun meski kandungan gizinya tidak sebaik bagian kuning, putih telur tetap layak dikonsumsi, asalkan dimasak matang. Lagi pula putih telur bisa dijadikan olahan lezat lainnya seperti kue. Sayang bukan jika dibuang?

TELUR AYAM KAMPUNG LEBIH BAIK DARIPADA TELUR AYAM NEGERI

Telur ayam kampung memang lebih baik karena mengandung asam amino yang lebih baik dan sekaligus lebih tinggi dibanding ayam ras maupun ayam negeri. Inilah yang menyebabkan semua kandungan gizi pada ayam telur kampung bisa diserap tubuh dengan lebih baik. Meski begitu, dari segi kandungan gizi, seperti lemak, kolesterol, vitamin, dan lainnya, tidak ada perbedaan mencolok antara telur ayam kampung dan ayam ras maupun ayam negeri.

TELUR MERUPAKAN MAKANAN TERBAIK SETELAH SUSU

Semua makanan mengandung protein tinggi atau rendah dalam 100 gramnya tergantung kadar airnya. Artinya, mengonsumsi susu sebanyak 100 cc dibanding telur ayam 100 gram, tentu saja nilai gizinya lebih baik telur ayam. Ini karena susu lebih banyak mengandung kadar air daripada telur. Sebagai gambaran, susu mengandung protein sekitar 3%, sedangkan telur sekitar 12%. Padahal harga 100 cc susu relatif jauh lebih mahal ketimbang 100 gram telur. Apalagi jika dibandingkan dengan daging. Karena itu, telur meru-pakan sumber protein hewani yang terbaik sekaligus termurah.

JANGAN MAKAN TELUR SETIAP HARI

Cukup banyak orangtua yang tak membolehkan anaknya mengonsumsi telur setiap hari. Mereka khawatir gara-gara hobi makan telur, kadar kolesterol dalam darah anaknya meningkat secara drastis dan menimbulkan gangguan/penyakit serius. Pandangan ini tentu saja keliru, apalagi jika diterapkan pada anak-anak Indonesia. Pasalnya, pola makan mayoritas anak Indonesia masih kurang bagus karena jarang minum susu, sementara makan daging pun belum
tentu seminggu sekali. Nah, kalau telur pun dijauhi, maka sangat mungkin kekurangan gizi bakal menjadi masalah serius bagi generasi penerus.

Ini tentu amat berbeda dengan kondisi anak sebaya di negara-negara maju yang dalam menu sehari-harinya sering tersaji steak atau olahan daging lainnya dan secara teratur minum susu. Tak heran jika ada yang membatasi konsumsi telur hanya 4 butir dalam seminggu. Yang penting diingat, masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan. Agar tumbuh kembangnya optimal, kecukupan asupan nutrisi yang baik tentu saja harus diperhatikan. Selain itu, kalau asupan gizinya kurang baik bukan tidak mungkin kecerdasannya tak berkembang semestinya.

Masalah kolesterol umumnya justru banyak muncul kala seseorang berumur 40 tahun ke atas dan bukan di usia anak. Ini bisa dimaklumi karena di usia tersebut biasanya hidupnya lebih makmur. Mereka inilah yang justru harus membatasi asupan makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi. Kalau tidak, mereka akan terancam oleh gangguan jantung dan sejenisnya yang amat jarang dialami oleh anak-anak. Kalaupun ada, biasanya bukan karena hobi
makan telur, melainkan karena faktor genetic.

TELUR HAMBAT KEPIKUNAN

Kepikunan terjadi karena sel-sel otak mengalami kelaparan glukosa ataupun oksigen. Glukosa ini didapat dari sumber karbohidrat seperti nasi atau roti dan bukan dari protein seperti telur. Dengan demikian tidak ada kaitannya antara konsumsi telur dan kepikunan. Itulah mengapa, dengan sarapan nasi atau roti, otak seseorang akan lebih siap untuk bekerja. Selain itu, kepikunan juga terjadi jika kekurangan asupan oksigen. Entah karena aliran pembuluh darahnya banyak yang tersumbat atau sebab lain. Aliran darah yang terhambat inilah yang membuat indvidu bersangkutan sulit mencerna informasi.

TELUR MERUPAKAN KONDISIONER YANG BAIK

Kondisioner memang ada kaitannya dengan protein dan zinc seperti yang banyak diiklankan oleh banyak produk sampo. Kurangnya asupan protein akan memunculkan gangguan dan aneka masalah rambut, dari rambut rontok, bercabang, kemerah-merahan, mudah patah, dan sebagainya. Tidak heran bila orang yang melakukan diet ketat dengan membatasi asupan lemak dan protein, rambutnya jadi gampang rontok. Karena itu, konsumsilah telur supaya rambut sehat dan kuat.

JOKE obat Sakit Jiwa


1. Penyanyi dunia asal Aceh yang tewas bunuh diri... Cut Cobain.
2. Dua artis yang sangat tinggi... Lulu Tebing dan Jeremy Monas.
3. Ayam terbesar adalah... Ayam semesta.
4. Bakso yang wangi... Baksona Roll On Deodorant.
5. Bangsawan Inggris yang terkenal dengan acara lawaknya di TV...SirMulat.
6. Fisikawan terkenal dari Batak... Sir Isaac Nasution.
7. Bebek yang terkenal... Bebekstreet Boys.
8. Bola yang disukai anak kecil... Bolaemon.
9. Buah yang bikin bingung... Strawberry (bingung, kan?)
10.Setelah bulan yang ada sekarang ini, kelak ada bulan apalagi?...Bulan depan.
11.Apa itu cemilan?... Cebelum cepuluh, cecudah celapan.
12.Emping yang khusus buat UMPTN... Emping-sil 2B.
13.Mengapa dalang membawa keris ketika pertunjukan wayang?... Sebab kalau bawa kompor, istrinya gak masak.
14.Daun yang lucu... Dauno, Kasino, Indro.
15.Error yang bisa nyanyi... Errorsmith.
16.Es yang bikin panas dingin dan pusing-pusing. .. Essai.
17.Gajah apa yang belalainya pendek?... Gajah pesek.
18.Kenapa babi bau?... Karena keteknya ada 4.
19.Kenapa Superman nggak kawin ama wonderwoman? ... Ya, nggak jodoh.
20.Rambut putih namanya uban, rambut merah namanya pirang, kalo rambut hijau namanya apa? ... Rambutan belum mateng.
21.Kenapa sepatu Superman warnanya merah? Biar matching ama sayapnya.
22.Kopi apa yang bisa menggigit?.. . Kopiting
23.Bulu apa yang warnanya kuning semua?... Bulubend.
24.Bisnis apa yang terkenal di Amerika dan seluruh dunia?...Bisnispear.. Itu lo, penyanyi yg sexy
25.Daun apa yang nggak bisa dipegang?... Daun touch me!
26.Kenapa meja bagian bawahnya selalu kasar, tidak sehalus bagian atasnya?...Karena bagian bawah meja banyak upil yang udah kering.
27.Sambel apa yang ada di pinggir jalan?... Sambel Ban
28.Apa bahasa Cinanya sepi?... Zun yi Zen yap
29.Kenapa anjing laut berkumis? karena mo nakutin kucing laut
30.Daun apa yang paling keras dan sakit? smack daun.
31.Apa bahasa Arabnya diam di tempat? Ta'kabur
32.Kenapa superman bisa terbang?... Kalau bisa nyopir namanya bukan superman, tapi sopir..man.. !!
33.Putih, kecil, tapi kalo dipukul ngebangunin orang sekampung?.. .Nasi nempel di bedug
34.Kenapa anak kucing dan anak anjing suka berantem?... Namanya juga anak-anak !!
35.Dikocok, tegang. Pas keluar jerit senang..Hayo apaan?... Ibu-ibu undian arisan.
36.Siapa nama kecilnya jendral sudirman?... sudirboy.
37.Negara apa yang paling banyak muncul dalam peribahasa? ...Swedia, dalam peribahasa "swedia payung sebelum hujan"
38.Orang apa kalau dipukul gak sakit-sakit? ... Orang gak kena, yeeeeeeeeee!
39.Jus apa yang turun dari langit?... Jus...tru itu saya ngga tau.
40. Bagaimana suara kucing kalo jalannya mundur? ...gnooooem ...

Monday, January 29, 2007

Hayoo TebaK- Lucu

Sama-Sama Tidak Tahu.

Pada suatu hari Rini menghadap bapaknya. Dia melaporkan tentang Rudi, pacarnya, yang hendak mempercepat rencana perkawinan mereka. Pak minggu depan Rudi mau melamar saya” katanya. “Apa? Kamu mau kawin dengan Rudi? Jangan!” kata bapaknya dengan nada tinggi, kamu boleh kawin dengan pria mana saja asal jangan dengan Rudi.” “Kenapa saya tidak boleh kawin dengan Rudi?” kata Rini dengan nada bertanya. Sambil celingukan sang bapak ber bisik :”Ssst jangan sampai ibumu tahu ya, Rudi itu adalah kakak kamu.”

Rini lalu pergi mencari ibunya. “Bu, kenapa bapak melarang saya kawin dengan Rudi” tanyanya. “Kamu tidak usah dengarkan perkataan bapak kamu. Kamu boleh menikah dengan pria mana saja,” kata ibunya menjelaskan. Rini kaget bercampur senang, “Kata bapak Rudi itu kakak saya Bu.” Bapak kamu juga tidak tahu kalau kamu bukan anaknya, kata ibunya dengan ketus.

Agama, Identitas dan Perubahan

Agama, Identitas dan Perubahan

(Mikhael Dua *)


Setelah tiga hari Presiden Bush meninggalkan Indonesia dalam kunjungan enam jamnya, The International Center for Islam and Pluralism (ICIP) bekerja sama dengan Kedutaan Finlandia menyelenggarakan sebuah konferensi internasional dengan topik: "Challenging Stereotypes in Europe and the Islamic World: Working Together for Constructive Policies and Partnership," sebuah konferensi yang menghadirkan banyak kalangan baik dari dunia Barat maupun Islam.

Urgensi konferensi terletak pada maknanya yang berbeda dari makna kunjungan Bush ke Indonesia. Meskipun agenda pembicaraan antara Presiden Bush dan Presiden Yudhoyono menyangkut bidang- bidang sosial seperti pendidikan dan pengembangan teknologi, kunjungan tersebut masih tetap dilihat dalam perspektif politik. Itu berarti pernyataan-pernyata an apa pun yang keluar dari mulut Bush masih tetap dilihat dalam kerangka kepentingan politik luar negeri AS.

Hal semacam ini tidak dapat dilihat dalam motif dasar konferensi internasional tentang kemungkinan kerja sama untuk "partnership" tersebut. Saya memperkirakan semua yang hadir di sana, termasuk juga saya sendiri, menilai pertemuan antara tokoh-tokoh Islam dan tokoh-tokoh Barat merupakan sebuah langkah positif bagi terciptanya sebuah dunia yang damai. Dalam semangat untuk berdialog, banyak orang mengharapkan agar sebuah masa depan umat manusia dapat ditata kembali dengan baik.

The Clash of Civilizations?
Apa yang ingin dikembangkan konferensi tersebut dapat dilihat sebagai sebuah antitesis terhadap pemikiran Samuel Huntington mengenai kemungkinan terjadinya benturan kebudayaan. Tesis yang dikembangkan sejak tahun 1993 ini menegaskan bahwa perbedaan kebudayaan dan agama merupakan konflik potensial yang jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi aktual. Apa yang digambarkan Huntington tentu mencemaskan semua orang. Namun, konferensi tersebut mengungkapkan bahwa ada sejumlah alasan mendasar sebagai motif untuk mengembangkan sebuah global ethics.

Pertama, nampak dengan jelas bahwa di mana-mana terjadi semangat dialog dan proses penyatuan tradisi dan kebudayaan yang berbeda. Proses asimilasi ini dapat dilihat dalam interaksi kultural antara shintoisme dan budhisme di Jepang, kekristenan di dunia Barat, dan proses penentuan diri sebagai bangsa Slovakia (bukan dalam gereja ortodoks) di Eropa Timur.
Kedua, globalisasi di satu sisi membuat tembok-tembok kultural dan agama terbongkar, namun di sisi lain muncul fragmentasi baru dalam lingkaran kebudayaan dan agama yang sama. Sebagai contoh, dalam Islam kita bertemu pertentangan antara yang ortodoks dan yang modern; bahkan Turki misalnya mengambil jalan lebih sekuler dengan mendirikan sebuah negara sekuler, sehingga menjadi lebih dekat ke Eropa daripada ke Arab Saudi. Begitu juga sebaliknya, liberalisme tidak hanya menjadi karakter kekristenan dan Yahudi, tetapi juga Islam, Hindu, dan Budha.
Berhubungan dengan fenomena tersebut, globalisasi juga mendorong setiap kebudayaan dan agama untuk melakukan pengembangan diri secara transkultural. Melalui gerakan Pemuda Sedunia misalnya kita melihat bagaimana orang- orang muda dari Peking, Jakarta, Moskwa, Kairo dapat bertemu dengan orang-orang muda dari Berlin dan New York.
Dengan demikian, setiap agama dan kebudayaan selalu ingin memperbaharui diri dengan seluruh ingatan akan kejayaan agamanya di masa lampau untuk menjadi terbuka secara kreatif. Tentu upaya ini tidaklah tanpa kesulitan.

Nadeem Elyas di Jerman pernah mengatakan bahwa agama Islam tidak ingin menjadi agama monolit, yang hanya taat pada satu penafsiran; tetapi pada saat yang sama Soheib Bencheikh justru menuntut agar agama Islam harus kembali kepada teks aslinya. Yang sama terjadi juga dalam kekristenan. Sejarah penafsiran kitab suci menunjukkan adanya tegangan yang tidak kalah rumitnya antara semangat fundamentalisme dan kajian-kajian kritis atas kitab suci.

Maka yang terjadi bukanlah benturan kebudayaan dan agama. Sebaliknya, setiap kebudayaan dan agama ditantang untuk menjawab sendiri masalah yang mereka hadapi, seperti jurang yang semakin tajam antara kota dan pedesaan, antara kaya dan miskin, yang terdidik dan yang tak terdidik. Dan persoalan ini, menurut hemat saya, menjadi masalah internal yang harus dihadapi dalam masyarakat agama dan kebudayaan yang sama.

Hak untuk Berbeda
Dialog bukan proses alamiah yang secara spontan terjadi, melainkan suatu tugas untuk mencapai pemahaman bersama. Orang-orang Muslim di Eropa, misalnya, harus dapat mengintegrasikan dirinya sebagai bangsa Eropa sehingga ia tidak menjadi elemen asing. Begitu juga setiap agama dan kebudayaan yang ada di Indonesia harus dapat mengintegrasikan dirinya sebagai Indonesia yang pluralistis. Ini berarti setiap kebudayaan dan agama diminta untuk mengembangkan dirinya menjadi bagian terelakkan dari perjuangan bangsanya.
Bagi saya prinsip kebebasan beragama dan berkebudayaan menuntut agar tidak satu pun agama di dunia memiliki hak mutlak untuk menyebarkan agamanya kepada orang lain, dan pada saat yang sama memaksakan pemeluknya untuk tetap bertahan dalam komunitas agamanya. Sebaliknya, setiap agama harus mendorong agar setiap orang mengenal kemanusiaan secara interkultural dan keadilan, termasuk di sini larangan untuk bertindak sewenang-wenang dan bertindak dengan prinsip persamaan di hadapan hukum.
Tuntutan ini memang tidak terlalu populer, karena setiap agama selalu misioner dan selalu berusaha mengikat setiap warganya untuk tetap menjadi penganutnya. Tetapi sifat misioner juga harus tunduk pada prinsip inkulturasi, dalam arti bahwa agama sendiri tidak tepat lagi untuk berada di atas kebudayaan, melainkan sudah harus sungguh-sungguh meresap ke dalam kebudayaan, sehingga kebanggaan sebagai manusia sungguh-sungguh diberi tempat dan dihargai.

Begitu juga jika kita berbicara tentang perpindahan agama. Berdasarkan konsep kebebasan beragama, rupanya tidak etis lagi jika kita sekarang masih menganggap perpindahan agama sebagai kemurtadan. Setiap agama memiliki hak yang sama untuk berkembang sebagai agama di mana pun ia berada. Namun berkaitan dengan ini agama sendiri harus dapat membatasi diri pada apa yang menjadi urusannya. Pemisahan antara agama dan negara menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep dasar ini: Caesari Caesaris, Deo Dei. Berikanlah kepada masyarakat dunia apa yang menjadi urusannya, dan berikanlah kepada gereja, mesjid, vihara atau sinagoga, apa yang menjadi urusannya, tentu dalam semangat kebebasan, religiositas dan spiritualitas.

Sekularisasi menjadi tak terhindarkan jika kita melihat hal-hal mendesak yang ada di depan mata kita, terutama tentang masalah persamaan kedudukan antara pria dan wanita dalam kebudayaan kita yang sangat paternalistik. Namun persoalannya adalah upaya ini akan menghadapi tantangan yang datang dari pihak para pemeluk agama, karena merasa khawatir akan kehilangan identitas berdasarkan agama.

* Penulis adalah Kepala Pusat Pengembangan Etika Atma Jaya, Jakarta

Lagu Jagalah Hati jangan Poligami



Ini ada lagu bagus, dinyanyikan bersama-sama
saat Orasi Bersama Hari Ibu

"Perempuan Indonesia Bersatu Tolak Poligami".


Lagu:
"Jagalah Hati Jangan Poligami"
Arrange By unknown


Jagalah hati jangan poligami
Jaga hati istri janganlah disakiti
Jagalah hati jangan poligami
Jaga hati istri janganlah dilukai
Bila cinta telah berpaling
Hidup ini seperti maling
Kepada istri berbohong sering
Anak-anak menjadi pusing
Tapi bila tetap setia
Keluarga aman sentosa
Hidup rukun sejahtera
Dunia akherat bahagia

Jagalah hati jangan poligami
Jaga hati istri janganlah disakiti
Jagalah hati jangan poligami
Jaga hati istri janganlah dilukai
Bila hati telah mendua
Hidup bagai dalam neraka
Anak-anak hatinya luka
Keluarga teraniaya
Tapi bila kuatkan iman
Tak terbujuk rayuan syetan
Ibadah tentram serta nyaman
Dunia akhirat ada di tangan



Triangular Love

Artikel ini bagus banget untuk jadi bahan renungan setiap orang.... Apa pun status Anda saat ini.... menikah, cerai, belum menikah, ingin menikah, pacaran menuju pernikahan, dalam perselingkuhan, dan apa pun itu deh....

Segitiga Cinta
Ada banyak alasan orang untuk menikah. Ada yang bilang bahwa pasangannya enak diajak bicara. Ada yang bilang pasangannya sangat perhatian. Ada yang bilang merasa aman dekat dengan pasangannya. Ada yang bilang pasangannya macho atau sexy. Ada yang bilang pasangannya pandai melucu. Ada yang bilang pasangannya pandai memasak. Ada yang bilang pasangannya pandai menyenangkan orang tua. Pendek kata kebanyakan orang bilang dia COCOK dengan pasangannya.

Ada banyak alasan pula untuk bercerai. Ada yang bilang pasangannya judes, bila diajak bicara cenderung emosional. Ada yang bilang pasangannya sangat memperhatikan pekerjaannya saja, lupa kepada orang-orang di rumah yang setia menunggu. Ada yang bilang pasangannya sangat pendiam, tidak dapat bertindak cepat dalam situasi darurat, sehingga merasa kurang terlindungi. Ada yang bilang pasangannya kurang menggairahkan. Ada yang bilang pasangannya gak nyambung kalau bicara. Ada yang bilang masakan pasangannya terlalu asing atau terlalu manis. Ada yang bilang pasangannya tidak dapat mengambil hati mertuanya. Pendek kata kebanyakan orang bilang bahwa dia TIDAK COCOK LAGI dengan pasangannya.

Kebanyakan orang sebetulnya menikah dalam ketidakcocokan. Bukan dalam kecocokan. Dr. Paul Gunadi menyebut kecocokan-kecocokan diatas sebagai sebuah ilusi pernikahan. Dua orang yang pada waktu pacaran merasa cocok tidak akan serta merta berubah menjadi tidak cocok setelah mereka menikah.

Ada hal-hal yang hilang setelah mereka menikah, yang sebelumnya mereka pertahankan benar-benar selama pacaran. Sebagai contoh, pada waktu pacaran dua sejoli akan saling memperhatikan, saling mendahulukan satu dengan yang lain, saling menghargai, saling mencintai. Lalu apa yang dapat menjadi pengikat yang mampu terus mempertahankan sebuah pernikahan, bila kecocokan-kecocokan itu
tidak ada lagi? Jawabannya adalah KOMITMEN.

Seorang kawan saya di Surabaya membuat sebuah penelitian, perilaku selingkuh kaum adam pada waktu mereka dinas luar kota dan jauh dari anak / isterinya. Apa yang membuat pria-pria tersebut selingkuh tidak perlu dijabarkan lagi. Tetapi apa yang membuat pria-pria tersebut bertahan untuk tidak selingkuh? Jawaban dari penelitian tersebut sama dengan diatas yaitu : KOMITMEN.

Hanya komitmen yang kuat mampu menahan gelombang godaan dunia modern pada waktu seorang pria berada jauh dari keluarganya. Begitu pula sebaliknya, pada kasus wanita yang berselingkuh.

Komitmen adalah sebagian dari cinta dalam definisi seorang psikolog kenamaan bernama Sternberg. Dia menyebutnya sebagai "triangular love" atau segitiga cinta dimana ketiga sudutnya berisi : Intimacy (keintiman), Passion (gairah) dan Commitment (komitmen). Sebuah cinta yang lengkap dalam sebuah rumah tangga selayaknya memiliki ketiga hal diatas.

Intimacy atau keintiman adalah perasaan dekat, enak, nyaman, ada ikatan satu dengan yang lainnya.

Passion atau gairah adalah perasaan romantis, ketertarikan secara fisik dan seksual dan berbagai macam perasaan hangat antar pasangan.

Commitment atau komitmen adalah sebuat keputusan final bahwa seseorang akan mencintai pasangannya dan akan terus memelihara cinta tersebut "until death do us apart".

Itulah segitiga cinta karya Sternberg yang cukup masuk akal untuk dipelihara dalam kehidupan rumah tangga. Bila sebuat relasi kehilangan salah satu atau lebih dari 3 unsur diatas, maka relasi itu tidak dapat dikatakan sebagai cinta yang lengkap dalam konteks hubungan suami dan isteri, melainkan akan menjadi bentuk-bentuk cinta yang berbeda.

Sebagai contoh :

Bila sebuah relasi hanya berisi intimacy dan commitment saja, maka relasi seperti ini biasa disebut sebagai persahabatan.

Bila sebuah relasi hanya bersisi passion dan intimacy saja tanpa commitment, maka ia biasa disebut sebagai kumpul kebo.

Bila sebuah relasi hanya mengandung passion saja tanpa intimacy dan commitment, maka ia biasa disebut sebagai infatuation (tergila-gila).


Nah, bagaimana bentuk cinta anda... ???

(diambil dari milist APIK)

PoEm

KENYATAAN

Hidup adalah sebuah kenyataan,
Pahit, getir, manis, pedas & asam !
Adakah hatimu mengerti maksudnya ?
Kadang ........... air mata rindu membutakan mata !
Kadang, cinta meluluhkan ketegaran hati !
Masihkah sebuah kenyataan harus disertai harapan ?
Adakah harapan peduli makna kenyataan ?
Kadang hatiku lelah mengikuti kaki kenyataan,
Tak jarang aku jengah & bahkan ingin mengutuk terhadap nasib
Sinis terhadap bahtera hidup !
Jika kusebut Engkau, Tuhan !
Banyak sekali jawab yang sulit aku cerna dalam alam pikirku.
Ah ........... Kenyataan

(28 Desember 2003)

Konsultasi Iman dan Kehidupan



Tanya:
Ada orang yang berpendapat bahwa orang Katolik menyembah patung. Orang Katolik menyembah berhala dengan berdoa di depan patung Maria, patung Yesus, patung Malaikat, patung orang kudus (santo-santa) yang ada di gereja atau di rumah. Apakah Gereja Katolik menyembah patung? (NN. Umat Paroki St. Albertus)

Jawab:
Pendapat itu tidak benar. Orang Katolik tidak menyembah patung dan menyembah berhala. Orang Katolik tidak pernah menganggap patung itu sendiri sebagai dewa atau Tuhan yang disembah. Orang Katolik hanya menghormati patung (bedakan kata menyembah dan menghormati!). Penghormatan kepada patung hanyalah ungkapan rasa hormat kepada pribadi yang mau digambarkan oleh patung itu. Perlu disadari, manusia itu makhluk yang membutuhkan lambang atau simbol. Untuk menjelaskan lebih lanjut, baiklah kita ambil beberapa contoh. Contoh dari dunia profan adalah bendera. Bendera adalah lambang dari suatu bangsa. Bendera itu bukanlah bangsa itu sendiri. Ini jelas sekali. Semua orang tahu hal ini. Namun orang harus menghormati bendera itu dengan tunduk di depannya, dengan mengacungkan tanda hormat kepadanya, dsb. Orang yang berani menginjak-injak sama saja menghina bangsa Indonesia. Contoh lain yang lebih dekat dengan masalah kita adalah pemakaian foto-foto. Mengapa orang memasang foto orang yang dicintainya, lebih-lebih orang itu berada jauh darinya? Banyak orang menyimpan foto putra/putrinya yang berada jauh dari rumah. Banyak juga orang yang menyimpan foto kekasihnya atau leluhurnya: di dompet, di dinding kamarnya, dimana saja kalau mungkin. Orang itu memperlakukan foto itu dengan baik. Tidak ada orang sehat yang mau menginjak-injak foto orang tuanya atau kekasihnya. Semua orang tahu bahwa foto itu bukan orang yang dikasihinya. Itu cuman gambarannya dan fungsinya hanya untuk mempermudah ingatan pada orang yang dikasihinya itu. Sebenarnya kalau orang memakai akal budi saja, dia bisa mengatakan: “Ah, apa gunanya foto itu! Itu kan bukan orangnya sendiri”. Tetapi manusia tidak hanya punya akal budi, melainkan juga perasaan dan hati yang mempunyai kebutuhan lain. Hati mempunyai hukumnya sendiri yang berbeda dari hukum akal budi. Kebutuhan yang sama terdapat juga dalam diri orang Katolik. Banyak orang Katolik yang memasang gambar atau patung Yesus, Maria atau siapapun juga, supaya mereka mudah ingat pada pribadi-pribadi yang digambarkan di sana. Selain itu, orang dengan memandang gambar atau patung itu dapat berdoa dan mengarahkan budi dan hatinya kepada Yesus dengan lebih baik.
Pemasangan dan penghormatan patung bukanlah penyembahan berhala. Bisa saja patung-patung atau gambar-gambar itu di buang, dihancurkan, tetapi kita tetap mempunyai Tuhan. Penyembahan berhala terjadi bila orang meng-Tuhan-kan patung atau gambar itu sendiri, sehingga kehilangan patung atau gambar itu, berarti kehilangan Tuhan. Laban, mertua Yakub misalnya, lari mengejar Yakup sebab dewa-dewanya yang berupa patung-patung kecil itu dicuri puterinya sendiri, Rakhel (Kej 31:30 dst). Itu baru penyembahan berhala namaNya!
**** 000 ****



Tanya :
• Mengapa pada hari Jumat pertama banyak orang ke Gereja untuk menghormati Hati Kudus Yesus? (NN. Umat Paroki St. Albertus)

Jawab :
Kebaktian kepada Hati Kudus Yesus memang sudah sangat tua, karena dalam pengertian Alkitab, hati itu sumber dan pusat kehidupan manusia. Boleh dikatakan hati itu hampir sama seluruh pribadi manusia. Maka menghormati Hati Kudus Yesus berarti menghormati seluruh pribadi Yesus, utamanya pusat PribadiNya yang Mahakudus, yang memancarkan kasih dan kerahimannya. Adapun penghormatan khusus kepada Hati Kudus Yesus setiap hari Jumat pertama (sebagai silih atas dosa-dosa kita) berasal dari abad XVII. Devosi ini berasal dari penampakkan Yesus kepada Santa Maria Margaretha Alocoque (di Perancis antara th. 1963 dan 1967); waktu itu Yesus memerintahkan agar Suster ini mendorong orang-orang lain untuk menghormati Hati KudusNya setiap hari Jumat pertama. Mengapa hari Jumat? Karena hari Jumat adalah hari Yesus wafat dan disalib dengan lambung (hati) yang tertembus tombak. Mengapa Jumat pertama? Mungkin untuk memudahkan ingatan orang! Tentu saja hal ini tidak berarti kita tidak dianjurkan untuk menghormatinya setiap hari. Devosi umat pada hari Jumat pertama menjadi makin menarik karena orang percaya kepada janji-janji Yesus kepada mereka yang rajin menghormati Hati KudusNya. Yang dijanjikan Yesus antara lain: damai dalam rumah tangga, kekuatan bagi yang lemah, penghiburan dalam duka-cita, pengampunan dosa dan penerimaan sakramen sebelum meninggal bagi mereka yang menerima komuni kudus setiap jumat pertama berturut-turut selama 9 bulan. Janji Yesus yang terakhir ini, menjadikan orang rajin pergi ke misa Jumat pertama.

(diambil dari Buletin Mingguan Paroki St. Albertus de Trapani: Nuansa Kasih)

DEVOSI


DEVOSI MARIA DAN DEVOSI-DEVOSI LAINNYA


1. APA ITU DEVOSI ?

Dalam iman Katolik, devosi didefinisikan sebagai: praktek-praktek rohani yang merupakan ekspresi yang konkrit bagi keinginan untuk melayani dan menyembah Tuhan dengan melalui objek-objek tertentu, seperti misalnya: misteri Ilahi, orang kudus, benda-benda religius, atau bahkan realitas yang berhubungan dengan Allah. Definisi lainnya menggambarkan devosi sebagai suatu bentuk doa di luar liturgi Gereja yang membantu perkembangan iman umat. Dalam Liturgi, Gereja mengungkapkan dan melaksanakan dirinya secara resmi. Liturgi sebagai perayaan gereja dipimpin oleh seorang pemimpin resmi, dengan struktur dan tata perayaan yang baku, berlaku umum, mengikat dan resmi. Sementara itu devosi lebih merupakan praktek pengungkapan iman umat yang spontan dan lebih bebas. Devosi dapat dibawakan secara pribadi atau pun bersama. Ada macam-macam devosi. Beberapa kita bicarakan di sini.


2. DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

Apakah devosi kepada Bunda Maria bertentangan dengan Firman Tuhan dan menjauhkan orang untuk berdevosi kepada Tuhan Yesus Kristus ?
Yesus adalah satu-satunya pengantara kita kepada Bapa. Sedangkan Maria bukanlah pengantara penebusan, pengantara Maria hanya bersifat permohonan. Artinya, kita memohon Bunda Maria berdoa kepada Allah bagi kita, seperti dalam doa Salam Maria: doakanlah kami orang berdosa... Maria selalu mengarahkan kita kepada Yesus, sebagaimana dia lakukan di pesta perkawinan di Kana "apa yang dikatakan kepadamu buatlah itu" (Yohanes 2:5). Devosi kepada Maria atau para kudus mendorong orang untuk mengikuti teladan baik mereka. Dengan meneladani keutamaan-keutamaan mereka kita dibawa lebih dekat kepada Yesus. Bunda Maria unggul di antara manusia lain dalam pengantaraan doa karena di dalam dirinya rahmat Kristus sungguh-sungguh terwujud paling melimpah. Sebagaimana Yesus Penebus yang sempurna maka Bunda Maria adalah orang yang paling sempurna ditebus oleh Yesus Kristus. Haruskah semua orang katolik berdevosi kepada Bunda Maria? Tidak, tapi dianjurkan dan sangat berguna jika melakukannya. Apakah devosi kepada Bunda Maria sesuai dengan kehendak dan rencana Allah dan didasarkan atas Alkitab? Jawabnya YA. Maria berdoa bersama para rasul (Kis 1:14) kejadian ini mengilhami tradisi doa novena 9 hari sejak sebelum Pentakosta. Maria juga diberi julukan: "Maria Dolorosa" yang berarti ibu yang penuh duka cita. Di Kana (Yoh 2:4) Yesus mau mengatakan "Hai perempuan, apa urusanmu dengan-Ku" (Lukas 2:49a). Namun Maria menjawab dengan menyatakan kepada para pelayan "Apa yang dikatakanNya kepadamu, lakukanlah itu" (Yoh 2:5) atau "Lakukanlah apa yang Ia katakan ... ". Dan inilah iman Maria. Setelah peristiwa di Kana, Maria, Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Kapernaum (Yoh 2:22), kemudian Yesus dan murid-murid-Nya pergi lagi dan Maria tetap tinggal di Kapernaum. Maria diceritakan lagi berangkat bersama Yesus pada jalan salib sampai di bawah kaki salib, Maria bersama Yesus ketika kehadirannya dibutuhkan. Devosi kepada Bunda Maria dirumuskan Gereja sebagai “Per Mariam Ad Iesum", melalui Maria sampai kepada Kristus. Artinya, cinta saya kepada Maria, haruslah menghantar saya untuk memperdalam cinta saya kepada Yesus Kristus. 2.1. DOA ROSARIO Sebenarnya doa rosario berasal dari tradisi para rahib/pertapa di abad pertengahan yang mendaraskan doa Bapa kami sebagai ganti mendaraskan ke 150 Mazmur, terutama para rahib yang buta huruf, dengan bantuan tali paternoster. Tali itu kemudia dimanfaatkan juga untuk berdoa Salam Maria. Ke 150 Salam Maria itu kemudian dikelompokkan menjadi tiga “lima puluhan” yang selanjutnya kita kenal sebagai ketiga peristiwa rosario: gembira, sedih dan mulia. Sambil berdoa rosario kita diajak merenungkan misteri-misteri keselamatan dalam diri Yesus Kristus, sehingga melalui Maria, kita sampai kepada Tuhan Yesus (per Mariam ad Iesum). Semangat per Mariam ad Iesum inilah yang kiranya mendorong Paus Yohanes Paulus II pada 16 Oktober 2002 (dlm Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae) menambahkan satu misteri rosario, yakni Peristiwa Terang, yang berkaitan dengan pelayanan Yesus di muka umum. Dengan tambahan peristiwa Terang makin jelaslah keyakinan Paus Yohanes Pailus II bahwa rosario adalah “ringkasan Injil”. Sambil mendaraskan rosario, kita menatap wajah kristus bersama Maria. Surat apostolik ini mengungkapkan kecintaan Bapa Suci pada Maria khususnya pada doa rosario. Melalui alunan Salam Maria, Bapa Suci mendalami peristiwa-peristiwa hidup Yesus Kristus melalui hati Bunda-Nya. Sekaligus, rosario merangkum keprihatinan pribadi kita dan keprihatinan sesama, khususnya mereka yang amat dekat dengan kita yang paling kita kasihi. Maka rosario mencerminkan hidup Yesus dan hidup manusia. Perhatian para Paus pendahulu dan panen kekudusan yang dihasilkan oleh doa rosario mendorong Bapa Suci untuk menggalakkan kembali doa rosario, baik untuk mengembangkan hidup rohani, meningkatkan renungan pribadi maupun untuk pembinaan umat Allah dan evangelisasi baru. Nampaknya doa rosario tidak lagi banyak diajarkan kepada generasi muda karena dipandang seakan bertentangan dengan sentralitas liturgi yang ditekankan oleh Konsili Vatikan II. Padahal, jika rosario dimengerti secara tepat, maka doa rosario dapat membantu umat untuk menghargai liturgi secara lebih baik dan bisa berpartisipasi penuh secara lahir batin. Krisis doa rosario juga terjadi karena adanya kekawatiran bahwa doa rosario menyulitkan pendekatan kepada saudara-saudari Kristen. Bapa Suci menegaskan bahwa jika dihayati dengan tepat, doa rosario akan membantu dan pasti tidak menghamat ekumenisme.

Kelima peristiwa dalam misteri Terang/Cahaya, adalah:
(1) Yesus dibabtis di sungai Yordan (Mat 3:13-17) (2) Yesus menyatakan diriNya dalam pesta perkawinan di Kana ( Yoh 2:1-12) (3) Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (Mrk 1:15; 2:3-13; Luk 7:47-48) (4) Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di gunung tabor (Luk 9:35 par) (5) Yesus menetapkan Ekaristi (Mrk 14:22-24) Pada umumnya, Peristiwa Gembira kita renungkan pada hari Senin dan Sabtu, Peristiwa Cahaya pada hari Kamis, Peristiwa Sedih pada hari Selasa dan Jumat, dan Peristiwa Mulia pada hari Rabu dan Minggu. Tetapi, hal tersebut ditetapkan hanya sebagai pedoman umum. Artinya, peristiwa yang direnungkan tidak baku; kita bebas memilih peristiwa mana yang hendak kita renungkan atau kita anggap cocok untuk situasi tertentu. Misalnya saja, pada Masa Paskah kita cenderung merenungkan Peristiwa Mulia dan bukan Peristiwa Sedih. Contoh lain, pada saat seorang anggota keluarga meninggal, kita tidak akan merenungkan peristiwa gembira meskipun hari itu hari Senin, misalnya. 2.2. ZIARAH Ziarah merupakan fenomena religius yang umum. Setiap agama memiliki tempat ziarahnya masing-masing. Dalam perkembangannya, banyak tempat ziarah lokal yang dulunya adalah tempat keramat bagi masyarakat setempat lalu dikuduskan umat Kristiani. Sejak dahulu hingga sekarang, gereja memahami ziarah sebagai suatu perjalanan tobat. Ziarah juga merupakan ungkapan iman gereja yang musafir yang berjalan menujuh tanah air surgawi. Selalu harus harus diwaspadai bahaya takhayul dalam ziarah. Misalnya, anggapan keliru asal 3 kali berziarah ke situ intensiku pasti terkabul; tempat ziarah tertentu lebih manjur dan tokcer, dsb. Inilah pemikiran magis yang justru bisa menggerogoti iman. Kerap terjadi orang berziarah sekedar mencari hadiah. Mereka suka mengunjungi tempat-tempat ziarah yang dirasa paling tokcer. Dulu tiap malam Jumat legi pergi ke Gunung Kawi. Dengan adanya Puhsarang, mulai beralih ke sana? Ke Puhsarang untuk cari hadiah? Dalam ziarah kita ingin belajar dan meneladan iman Maria. Ziarah-ziarah yang kita lakukan diharapkan mampu mendorong kita meneladan kesabaran, ketabahan, keibuan, kepasrahan, kesetiaan dan kesetiakawanan Bunda Maria. Jangan sampai praktek ziarah justru mempersempit iman kita, yakni sekedar mencari keselamatan individual. Bersama yang lain kita dipanggil mengembangkan dan mewujudnyatakan Kerajaan Allah agar peziarahan iman kita sampai pada tujuan, yakni tanah air surgawi.

3. ADORASI SAKRAMEN MAHAKUDUS

Sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus berkembang mulai abad pertengahan. Pada abad XI, Berengarius menyangkal bahwa Kristus sungguh hadir dalam Hosti Kudus sesudah konsekrasi. Guna menentang ajaran sesat tersebut, maka mulailah digalakkan ditengah umat keyakinan iman akan kehadiran nyata Yesus dalam Ekaristi. Adorasi Sakramen Mahakudus paling ideal dilakukan sesudah Perayaan Ekaristi, sehingga nilai kesatuan antara devosi dan liturgi ekaristi tetap terpelihara dengan baik.


4. JALAN SALIB

Bentuk devosi rakyat yang muncul karena kebiasaan ziarah ke Yerusalem. Devosi ini baru muncul pada abad XIV. Jalan Salib merupakan kebaktian untuk mengenang Sengsara Yesus, yakni dengan cara napak tilas jalan salib Yesus, mulai Benteng Antonia sampai di bukit Golgota. Dalam doa jalan salib kita mengenang dan merenungkan sengsara dan wafat Yesus sebagai jalan untuk menebus dosa-dosa kita. Sebagai murid-Nya kita diundang untuk menanggul salib kita setiap hari. Salib mana yang mesti kita panggul? Apa salib itu identik dengan penderitaan? Tentu tidak semua penderitaan adalah salib. Suatu penderitaan disebut salib apabila kita konsisten dengan ajaran Kristus. Jalan salib mengajarkan banyak hal kepada kita. Tradisi jalan salib ini memudahkan imajinasikita memperkaya apa yang sudah kita ketahui. Dalam semangat tradisi ini, perhentian-perhentian jalan salib bisa menjadi sarana bagi kita untuk mendengarkan Kristus yang berbicara dari hati-Nya kepada kita.


5. NOVENA

Berasal dari kata Latin `Novem' yang berarti sembilan. Angka sembilan bukan khas Kristen, tetapi sudah ada dalam tradisi religius masyarakat waktu itu. Tradisi Kristen memberi arti baru, yaitu menghubungkannya dengan peristiwa di mana para rasul bersama Bunda Maria berdoa selama sembilan hari lamanya menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 2:12-14). Semangat doa dari novena adalah berdoa tak kunjung putus, seperti janda miskin yang mengetuk pintu hakim yang tidak benar (Luk 18:1-8). Maka, yang terpenting dalam novena ini adalah sikap berdoa yang terus menerus, bukan soal tepatnya jam doa. Bukankah masih ada yang beranggapan keliru bahwa doa novena harus didoakan pada jam jam tertentu dan tidak boleh diubah-ubah. Yang terpenting bukan soal jam-nya, melainkan semangat untuk berdoa tak kunjung putus.

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM DEVOSI :


(1) Yesus Kristus, dalam keilahian dan kemanusiaan-Nya, merupakan satu-satunya pengantara Allah dan manusia.
(2) Devosi kepada Bunda Maria dan para kudus lainnya, pada akhirnya merupakan devosi kepada Kristus, karena anugerah rahmat-Nya sudah jaya dalam diri Maria dan para kudus. Berdasarkan iman dan ketaatannya pada Sabda Allah, Maria merupakan model yang istimewa bagi gereja dan anggotanya. Maria adalah seorang murid yang luar biasa.
(3) Devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Hal ini terjadi jika orang memandang kekuatan dan daya pengudusan berasal dari barang, mantra, angka dll.

(4) Penampakan, dan peristiwa-peristiwa luar biasa lainnya yang dihubungkan langsung maupun tidak langsung dengan Maria, boleh dipercaya; boleh tidak dipercaya. Tak satu pun daripadanya pernah boleh dipandang essential bagi iman Kristen, entah itu disetujui oleh gereja atau tidak.
(5) Apa yang menjadi keyakinan devosional pribadi/kelompok tidak selalu harus menjadi iman Gereja Universal.

Oleh karena itu, berhadapan dengan sekian banyak penampakan, gereja selalu mengambil sikap hati-hati. Juga tidak boleh "Isi Pesan, Petunjuk atau sejenisnya" dalam peristiwa-peristiwa di atas dipandang dan ditempatkan sejajar dengan Injil. Isi atau pesan itu seharusnya dinilai dalam terang iman gereja dan hendaknya tidak bertentangan dengan Kitab Suci.
Akhirnya, dalam terang iman dan kecintaan kita terhadap Bunda Maria, kita berharap agar melalui devosi kita kita terbantu dan diperkaya dalam penghayatan iman. Allah tidak pernah mati, jangan pernah berhenti mencari Dia. Dalam usaha itu, mari belajar dari Maria, Bunda Yesus dan Bunda kita.

HANYA WAKTU....

HANYA WAKTU....

Para saudara sudah lama saya dapat kiriman sharing dari seorang Sahabat. Sharing itu mungkin tidak terlalu intelektual, tetapi toh punya rasa dan makna. Mari coba kita simak, baca pelan-pelan dan renungkan. Masihkah aku punya rasa dan makna? Ketika kesibukkan bertubi-tubi tiada henti? Ketika pekerjaan memperbudak kita? Ketika persoalan hidup menggunung? Ketika wajah-wajah kusut menghampiri kehidupan kita? Ketika....ketika... ....???

Seperti biasa Richard, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Malang, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Chyntia, putri pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur?" sapa Richard sambil mencium anaknya. Biasanya, Chyntia memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Chyntia menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"Ah, enggak. Pengen tahu aja." "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-
Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?" Chyntia berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Richard beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Chyntia berlari mengikutinya.
"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Richard. Tetapi Chyntia tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Chyntia kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?" "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek.Dan mau mandi dulu. Tidurlah." "Tapi, Ayah..."
Kesabaran Richard habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Chyntia. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Richard nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Chyntia di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Chyntia didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Richard berkata,"Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Chyntia. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5000,- lebih dari itu pun ayah kasih." "Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Richard lembut.
"Aku menunggu Ayah sampai pulang. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Chyntia polos.
Richard terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat...

Apa yang bisa kita renungkan?
Para saudara mengalami perjumpaan yang berasa dan bermakna dengan orang yang kita cintai membutuhkan waktu. Orang majus dari Timur telah meluangkan waktu untuk seseorang yang dicintai yakni Yesus. Mereka butuh waktu untuk mencari dan menemukannya. Dan mereka tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan khusus berjumpa Yesus. Setelah mereka menemukan orang yang dicintainya, mereka mempersembahkan apa yang mereka miliki.

Apakah kita juga sudah mau mempersembahkan hidup dan waktu kita tatkala menemukan atau bahkan mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai? Sudahkah kita memberikan waktu secara istimewa kepada orang-orang yang kita cintai (orang tua, anak-anak, sanak-kerabat, sahabat, dll.)? Wow apalagi yang ini “ketika kita menemukan Yesus sebagai penyelamat, sumber kedamaian, sumber terang”. Sudahkah kita juga meluangkan waktu untuk Dia?

“Tuhan Yesus jadikanlah aku menjadi orang yang berani memberi kesempatan dan waktu untuk Dikau dan orang-orang yang aku cintai dalam hidupku. Jangan biarkan kesibukkan-kesibukkan memperbudak aku, jangan biarkan persoalan-persoalan hidup membutakan aku, jangan biarkan pula aku menjauhkan orang-orang yang menjadi bagian dari kehidupanku. Yesus, aku menyayangiMu. Yesus, aku menyayangi orang-orang yang menjadi bagian dari kehidupanku. AMIN”

ASA

AMANAT SOSIAL ALKITAB


AWAL KATA

Kesaksian iman Gereja Purba yang tercatat dalam Alkitab diterima sebagai hal normatif bagi iman Gereja sekarang. Maka pemahaman yang benar terhadap pesan Alkitab semakin penting bagi kita sekarang. Namun untuk itu kita menghadapi banyak kendala : dari diri kita sendiri dan dari Alkitab.
Meski sudah banyak kemajuan dibanding beberapa tahun lalu namun kita belum terbiasa dengan Alkitab, situasi yang berbeda antara masyarakat jaman Gereja Purba dan masyarakat kita, mentalitas dan pandangan kita terhadap Alkitab dan sebagainya. Yang tak diperhatikan : adanya tema pokok dan tema-tema besar yang muncul dari tema pokok. Tema-tema ini selalu diulang dengan satu dan lain cara, dijelaskan dengan kata, perumpamaan, kisah dan sebagainya. Bila tema pokok dan maknanya diabaikan maka kita jatuh dalam penafsiran sempit yang menyesatkan.
Di bawah ini kita lihat tema pokok dan tema-tema besar dalam Alkitab, agar membantu pemahaman kita.

1. PADA AWAL MULA : KEBAJIKAN DAN KEJAHATAN

Dalam dua bab pertama Kitab Kejadian, kisah umat manusia diawali dengan lukisan iman mereka. Keadaan yang baik pada awal sejarah manusia itu sering disebut keadaan asli. Penulis Kitab Kejadian tidak bermaksud melukiskan sejarah manusia secara ilmiah, melainkan ingin mengungkapkan kehendak Allah terhadap dunia. Dengan memakai kisah yang ada di jaman itu penulis mau menjelaskan iman dan nilai utama yang diyakininya.
Manusia diciptakan menurut citra Allah, sehingga manusia mampu mengerti dan mengasihi PenciptaNya. Karena manusia diciptakan menurut citra Allah, manusia mempunyai martabat yang menempatkan diriNya di atas cipataan lain (Kej. 1 ; 27). Persahabatan antara pria dan wanita menghasilkan 'bentuk awal' dari persatuan antar pribadi. Manusia saling membutuhkan guna mengembangkan kemampuan mereka, dan mereka dalam keadaan baik (Kej. 1 : 31)
Manusia dunia pada jaman penulis Kitab Kejadian hidup sangat berbeda dari jaman keadilan asli. Pada jaman penulis Kitab Kejadian dunia banyak dipenuhi dengan kekejaman dan ketidakadilan. Maka, dia menghadapi masalah teologis untuk menjelaskan : bagaimana keadaan sosial yang tidak sesuai dengan keadilan asli itu muncul dan berkembang. Satu-satunya penyebab menurut refleksi imannya, karena adanya dosa yang telah meracuni masyarakat. Pemberontakan manusia terhadap Allah merupakan kejahatan penyalaj gunaan kebebasan manusia. Manusia menentang Allah dan lebih suka menuruti kehendak sendiri, yang tidak sesuai dengan rencana Allah. Tindakan ini mempunyai akibat yang luas pada pribadi dan masyarakat manusia. Pria dan wanita mengalami ketegangan dalam hubungan mereka karena adanya dosa (Kej. 3 : 16).
Penulis Kitab Kejadian memperlihatkan bagaimana akibat dosa itu berlipat ganda dalam tujuh bab berikutnya. Kain membunuh Abil, adiknya, dan menghindari tanggungjawab sosialnya terhadap Abil, "Apakah aku penjaga adikku?" (Kej. 4 : 9). Kejahatan manusia terus berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dengan akibat manusia semakin mengalami keterasingan satu dari yang lain. Orang berbangga sebab dapat membunuh musuhnya "tujuh puluh kali tujuh" (Kej. 4 : 17-24). Akhirnya Allah menghukum kejahatan manusia dengan air bah, sebab tak berguna mempertahankan dunia "yang penuh dengan kekerasan" (Kej. 6 : 133).
Keadilan Allah senantiasa diimbangi dengan belas kasihNya. Dia mengadakan perjanjian dengan Nuh. Dalam perjanjian itu Nuh dituntut menurut tatanan sosial baru, " siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah menciptakan manusia menurut citraNya sendiri."(Kej. 9 : 6).

2. RUJUK DAMAI (rekonsiliasi) : JALAN KEADILAN

Setelah itu Kitab Suci banyak mengisahkan usaha manusia untuk dirujuk damaikan dengan Allah dengan menjalankan hidupnya secara adil (dalam Kitab Suci kata benar untuk mengganti kata adil) dalam masyarakat. Abraham menerima janji Allah yang berlaku untuk keturunannya jika setia kepada Allah. Abraham menolak untuk bersengketa dengan Lot, saudaranya, dan memilih jalan damai (kej. 13 : 8-10). Alasan yang diberikan sederhana, "kita ini saudara". Watak Abraham ini bertentangan secara mutlak dengan Kain, yang menggunakan kekerasan dan menolak penyelesaian damai dengan Abil. Iman Abrahan ini tak terlalu 'intelektual', akan tetapi merupakan 'sikap' yang mau mempercayakan sepenuhnya kepada Allah. Karena alasan itu ia disebut orang benar (kej. 15 : 6). Pada Bapa bangsa berikutnya, (Ishak, Yakub dan Yusuf) adalah orang-orang yang melaksanakan iman mereka dalam hidup bermasyarakat. Mereka menerima tanggungjawab sosial sebagai bagian dari kehidupan moral mereka, dan merekapun disebut orang benar.
Pada jaman Yusuf bangsa Yahudi berpindah ke Mesir; dan di sana mereka diperbudak dan ditindas (kej. 37-50; Kel. 7, 1-7). Musa dipanggil Allah untuk memimpin umatNya keluar dari perbudakan di Mesir menuju ke tanah Perjanjian (Kej. 3, 7-12). Usaha pembebasan ini makan waktu empat puluh tahun. Waktu itu digunakan untuk mendidik umat menjadi suatu bangsa selama perjalanan mereka di padang gurun. Kekerasan hidup di Padang Gurun mempersatukan mereka menjadi suatu bangsa dan menanggapi keselamatan bersama-sama.
Allah memperbaharui perjanjianNya dengan umat di Sinai (Kej. 19, 3-11) dan memberikan kepada mereka sepuluh perintah (Kel, 20, 1-11). Dalam perjanjian ini umat dituntut agar memperlakukan budak belian secara adil (kel. 21, 1-11), menghargai milik sesama (Kel. 22, 12-17 ; 21, 18-37). Dan memberikan perhatian khusus kepada orang asing, janda dan yatim piatu (Kel. 22, 20-27). Selain itu mereka dituntut agar memperlakukan khusus dan orang melarat secara layak (Kel. 23, 1-7). Mereka harus istirahat dan mengadakan restorasi pada hari ketujuh, sebab kekuatan Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir harus dirayakan pada tahun itu. (Kel. 23, 10-13). Tanggung jawab sosial harus menjadi ciri pokok mereka sebagai umat Allah (Im. 199, 15).
Setelah bertahun-tahun berjuang, akhirnya mendiami tanah perjanjian (Yos. 1, 21). Mereka mengembangkan peradaban sampai pada suatu saat mereka melihat kebutuhan untuk memiliki seorang raja. Sebagaimana dipunyai oleh bangsa-bangsa disekitarnya. Namun Samuel menentang keinginan rakyat, sebab sistem tersebut menciptakan ketidakadilan dan ketimpangan serta penderitaan umat (I Sam. 8, 10-22). Sistem kerajaan menimbulkan ketidakadilan sebab dalam sistem itu satu orang menguasai seluruh bangsa, sedangkan hanya ada satu penguasa yaitu Allah.
Ketidak adilan sistem kerajaan tidak didiamkan Allah. Dia memanggil sejumlah pria dan wanita untuk menjalankan tugas sebagai nabi, agar keadilan sosial dilaksanakan. Para nabi merupakan pribadi-pribadi ideal masyarakat. Mereka menyerukan pada rakyat agar mereka menjalankan tanggungjawab sosial, sebagaimana telah dialami di padang gurun, yakni dengan menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan masyarakat (Yer. 2, 2 ; Hos. 13, 5; Am. 2, 10). Para nabi mengutuk kenikmatan dan kemewahan hidup masyarakat saat itu (Am. 3, 15; 6, 8) dan melihat keselamatan Allah akan segera datang (Hos. 2, 16-17; 12, 10). Para nabi tidak memandang hidup di padang gurun sebagai ideal untuk pembaharuan sosial, tetapi mereka melihat nilai sosial hidup di padang gurun sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah. Mereka juga melihat pertobatan pribadi maupun masyarakat sebagai hal pokok bagi perujukan-damai yang utuh dalam masyarakat.
Yeremias 22, 15-17 menunjuk tindakan adil sebagai tanda bahwa umat mengasihi Allah. Tuhan bertanya : "Bukankah itu namanya mengenal aku?" Sedangkan Mikha menganjurkan agar umat "berbuat dengan adil, mengasihi dengan tulus dan berjalan dengan rendah hati bersama Allah" (Mik. 6, 9-14). Pertobatan sosial yang dianjurkan para Nabi tidak terlaksana selama mereka hidup, sebab rakyat yang menolak anjuran tersebut membunuh mereka dengan tangan sendiri.
Jesus sepaham dan memperkembangkan pelayanan rujuk damai melalui tindakan adil ini. Dia menyatakan diri sebagai yang harus datang untuk : "menyampaikan kabar baik pada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitahukan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4, 18-19). Dia mendesak umat agar memperlakukan orang lain sebagai saudara. Jesus memperluas panggilan ini tidak hanya untuk orang Yahudi saja, melainkan juga untuk semua orang, sehingga tugas ini sebagai upaya persatuan bagi semua orang. Jesus berdoa agar kita bersatu sebagaimana Dia dan Bapa adalah satu (Yoh. 13, 33-35). Dia juga menyerukan bahwa persaudaraan yang dimaksudkanNya mencakup sikap mengasihi musuh (Mt. 5, 43-45). Dan semua hukum menurut Jesus, terpenuhi dalam hukum utama : cinta kasih (Mt. 22, 34-40). Dalam kasih semuanya menjadi mungkin.
Jesus memperlihatkan perhatian khusus terhadap orang melarat dan tertindas (Mt. 11, 15; 19, 221; Mk. 10, 21; 12, 42-43; Lk. 14, 13; 18,22). Orang melarat dan tertindas adalah alasan utama kehadiranNya di dunia, maka sikap dan perbuatan kita terhadap mereka sama dengan sikap dan perbuatan kita terhadap Jesus. Apa yang kita lakukan terhadap orang kecil menjadi patokan keselamatan kita (Mt. 25, 31-40). Dalam injil banyak dijumpai Jesus mempertemukan diriNya dengan orang-orang, yang oleh masyarakat dipandang tak berharga bahkan berdosa. Juga banyak wanita, yang oleh warga dipandang sebagai warga kelas dua, diikutsertakan dalam perutusan (Lk. 7, 11-17; 7,36-50; 10, 38-42)
Pengajaran Jesus ini membuat banyak orang bertobat, akan tetapi kekuatan kejahatan demikian menyatu dengan dunia, sehingga Dia harus menyerahkan hidupNya melalui salib dan kebangkitan. Warta pertobatan merupakan hal pokok dalam kesengsaraan Jesus. Dia menangisi Jerusalem, "berkali-kali aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau"(Mt. 22, 37). Dia menyadari bahwa kekuatan dosa sungguh besar, tetapi Dia pantang mundur dalam memperjuangkan rujuk-damai ini. Dia sudah melihat sebelumnya apa yang akan terjadi setelah Dia dimuliakan, "Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepadaKu". (Yoh. 12, 22). Wafat Jesus memecahkan kekuatan dosa di dunia dan keadilan hanya dinyatakan dalam kebangkitanNya. Akibat dari penebusan Jesus adalah pengadilan terhadap dunia, sedangkan menurut Paulus, akibat dari rujuk-damai melalui salib : "sebab jikalau mereka masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian anakNya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya" (Rm. 5, 10) dan " semua ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan perdamaian tersebut kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungka pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita perdamaian tersebut kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus , seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami ; dalam nama Kristus , kami meminta kepadaMu; berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (2Kor. 5, 18-20). Rujuk damai berarti berbalikNya umat pada Allah setelah beberapa saat terpisah dari Allah karena dosa. Akibat rujuk damai tersebut adalah kebebasan, keadilan, persatuan dan damai. Orang Kristiani tidak lagi hidup dalam dunia yang bermusuhan, tetapi telah rujuk damai dengan Allah, dan karenanya dipanggil untuk mewartakan rujuk damai tersebut. (2Kor.5, 16-21)

3. PENEBUSAN : ALASAN DASAR TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Makna penebusan berkembang sepanjang proses sejarah keselamatan. Pertama, istilah penebusan dipakai untuk suatu bentuk bantuan dalam hal materiil atau dalam hal bahaya (Hak. 15, 18; 1Sam. 10, 19; 2Sam. 22, 3). Kemudian istilah tersebut diterapkan pada umat Allah yang dibebaskan dari perbudakan dari Mesir (Kel. 14, 13; 15, 2). Pada jaman pembuangan istilah tersebut berarti pembebasan dari pembuangan di Asyiria dan Babylonia (Yes. 45, 17; 46, 13; 52, 10) dan akhirnya setelah jaman pembuangan sangat ditekankan makna pembebasan dari dosa (Yer. 33, 22; Yehez. 26, 28). Penebusan adalah penyelamatan yang dibawa oleh Jesus ke dunia (Hib. 11, 7; 1Pet. 3, 30).
Setiap pengalaman penebusan mengajak umat beriman untuk mengakui pembebasan yang telah diterimanya dan menanggapi dengan rasa syukur dalam tindak nyata. Kitab Ulangan 24 menandaskan rasa syukur ini dengan mengingatkan umat Yahudi bahwa mereka harus melaksanakan tindak keadilan pada orang melarat, orang asing, buruh dan sebagainya, sebab mereka sendiri telah dibebaskan Allah (Ul. 24, 5-11) sebab "haruslah kau ingat, bahwa engkau dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus Tuhan, Allahmu, dari sana ; itulah sebabnya Aku memrintahkan engkau melakukan hal ini (Ul. 24, 18). Peringatan untuk mengenang karya Allah dengan melakukan tidak nyata terhadap orang melarat dan sengsara mendapat perhatian istimewa (Kel. 22, 20 ; 23, 9; Im. 19, 34; 25, 13-16; Yes. 10, 1; Yehez. 45, 10; 47, 22; Am. 8, 5)
Jesus melanjutkan mengajar tanggungjawab sosial berdasar penebusan ini dalam perumpamaan tentang pengampunan (Mt. 18, 23-35). Hamba yang jahat tersebut telah menerima pengampunan, tetapi diri sendiri tidak mau mengampuni sesamanya; oleh karenanya dia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Wafat Kristus adalah contoh utama bagi manusia(1Pet. 2, 21; Mt. 16, 24; Lk. 14, 27) umat Kristiani yang mengikuti Jesus harus mampu melaksanakan hukum kasih yang baru (Rom. 8, 1-11), yang menurut Paulus kita harus berbuat seakan-akan "orang yang sudah terbeli"(1Kor. 6, 20)
Thema penebusan mendorong kita untuk bertindak dengan rendah hati. Kerendahan hati membuat resiko perjuangan demi keadilan, yang kita lakukan , nampak kecil bila dibandingkan dengan kematian Jesus. Kita menghayati pembebasan dari dosa dengna melaksanakan keadilan terhadap sesama, khususnya yang miskin, tertindas dan tersingkirkan.

4. KESETIA-KAWANAN UMAT ALLAH

Membaca hal-hal yang berhubungan dengan kemiskinan dan kekayaan dalam Kitab Suci secara gerambyangan, akan menyebabkan suatu kesimpulan seakan-akan Allah membenci orang kaya dan hanya mengasihi orang melarat dan tidak pernah menyinggung golongan menengah. Kesimpulan ini dapat berbahaya, sebab untuk mengerti maksud kata-kata Jesus, perlulah kita melihatnya lebih teliti. Kitab suci tidak menyatakan bahwa kekayaan tersebut mengubah hubungan sosial dan muncul golongan atas dan menengah, serta akibat penyelewengan yang dilakukan golongan tersebut. Akibat munculnya golongan menengah dan atas, yakni kelompok masyarakat yang mengumpulkan kekayaan lebih daripada yang dibutuhkan, membawa akibat praktis munculnya orang yang tidak kebagian dan menjadi orang yang tergantung pada orang kaya (Am. 5, 7-12). Dalam jaman tersebut orang kaya bahkan tega memeras janda dan memanfaatkan yatim piatu demi kekayaan mereka (Am. 4, 1; 6, 1-14; 8, 4-14; Mik. 3, 2; Yes. 5, 8-24; Yer. 5, 28). Para Nabi menentang tindak kesewenang-wenangan tersebut dengan tegas dan 'mengadili orang kaya yang berbuat tidak adil'
Injil sinoptik melanjutkan corak pengajaran para nabi. Jesus menegaskan bahwa kekayaan ancaman bagi Kerajaan Allah sebagai penguasa tunggal atas segala ciptaan (Lk. 12, 15-20; Mt. 6, 24). Perhatian terhadap kekayaan dapat membekukan hati akan kebutuhan sesama (lk. 16, 19-31) dan menyebabkan orang tersebut kehilangan keselamatan. Di lain pihak orang melarat dapat membawa orang pada keselamatan (Lk. 6, 20; Mt. 5, 3). Orang melarat mempunyai tempat khusus di hati Allah, mereka disebut anak-anak Allah (Am. 2, 7 ; Yes. 3, 13-16; Mik. 2, 8-11; 3, 1-4). Kemelaratan akan menguatkan sikap mempercayakan diri sepenuhnya pada Tuhan daripada pada benda duniawi, tetapi Jesus tidak menganjurkan agar kita menjadi orang miskin, tetapi Jesus menentang keterikatan manusia pada benda duniawi yang fana.
Penulis Kitab Suci tidak mengajarkan kebencian antar golongan (seperti dianjurkan Karl Marx), sebaliknya mereka berusaha untuk mendorong pertobatan semua orang, agar kesetiakawanan antar manusia dapat terwujud. Memiliki kekayaan melimpah di tengah kemelaratan yang merata memperlihatkan tidak adanya kesetiakawanan dalam masyarakat. Setiap orang berebut memenuhi kebutuhan pribadi dan bukan mencari kebaikan bersama. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa rasa belas kasih antar sesama tidak berkembang.
Jesus mengetahui bahwa terlalu memperhatikan pemilikan harta duniawi dapat menciptakan kesukaran besar dalam hidup seseorang (Mt. 19, 23-26). Tujuan Kristus ialah menciptakan persatuan dalam masyarakat, yang bersama-sama berusaha mewujudkan kesetiakawanan di dunia bagai dalam satu keluarga. Sabda bahagia dengan jelas memperlihatkan ajaran kesetiakawanan ini. Dalam Kerajaan Allah (Mt. 5, 3-10) pada empat bagian pertama sabda bahagai ditujukan untuk orang melarat dan tertindas. Mereka ini adalah orang yang mengalami tindak ketidakadilan. Sedangkan empat bagian kedua ditujukan kepada para nabi dan pembela orang melarat. Mereka ini adalah pejuang perdamaian dan mereka harus menderita justeru karena mereka memperjuangkan keadilan. Sabda bahagia mengajarkan bahwa kita seharusnya bersyukur karena karunia Tuhan, dan sekaligus harus senantiasa siap dan rela untuk berbagi karunia dengan orang lain yang membutuhkan. Kesetiakawanan adalah tuntutan dasar bagi masyarakat yang mau melayani sesama.

5. HAMBA ALLAH YANG MENDERITA : RESIKO DEMI PELAYANAN

Lagu hamba Allah yang menderita dalam Kitab Yesaya memperlihatkan gambaran tentang pengorbanan yang perlu bagi seseorang yang mau setia pada Allah. Lagu-lagu tersebut(Yes. 41, 1-4; 49, 1-7; 50, 49-52; 13-53; 12) nenunjuk dua pelaku , yang pertama dan utama adalah mesias sendiri, sedangkan yang kedua adalah orang-orang yang mengikuti mesias tersebut. Hamba tersebut adalah korban yang tidak berdosa yang rela menderita untuk mewujudkan keadilan bagi semua bangsa (Yes. 42, 1)
Perjanjian Baru memandang Jesus, dan juga para pengikutnya sebagai pemenuhan nubuat Yesaya. Bagian teks tersebut dikutip dalam pembabtisan Jesus (Mk. 1, 11) dalam hubungan dengan mukjijatNya (Mt. 8, 17), dalam kerendahan hatiNya (Mt. 12, 18) dan wafatNya (Mk. 10, 45). Paulus memandang dirinya sebagai hamba yang harus menderita guna melanjutkan perutusan Jesus (Gal. 1, 15; Rom. 15, 21).
Thema hamba yang menderita mengingatkan orang Kristiani bahwa perjuangan demi keadilan mungin akan menyeretnya pada penderitaan serupa, tetapi kemenangan terakhir dari keadilan akan tetap tercapai (Yes. 42, 6) Krisus merupakan teladan kita dalam memperjuangkan keadilan dan sekaligus menjadi sumber kita dalam menegakkan keadilan.

6. KERAJAAN ALLAH : HARAPAN KITA

Kita dapat menemukan pokok-pokok dalam Kitab Suci yang sejajar dengan situasi sosial tertentu. Maka itulah sebabnya Jesus mencela orang Yahudi karena mereka tidak melihat 'tanda-tanda jaman' dan kemudian mulai merubah sikap hidup mereka sesuai dengan kehendak Allah (Lk. 12, 54-57 ; Mt. 16, 2-3)
Kitab Suci mengajarkan bahwa Kerajaan Allah merupakan kombinasi antara kenyataan saat ini dan mendatang: suatu misteri yang mempersatukan hidup kita sehari-hari dengan kedatangan Kristus yang mulia. Buah dari kehadiran Kerajaan Allah adalah damai, persatuan keadilan dan kebebasan. Buah-buah ini kini sudah tercicipi dan sekaligus merupakan

KEMANA KITA AKAN PERGI

KEMANA KITA AKAN PERGI :
SORGA ATAU DUNIA BARU



PENGANTAR

Sejak kecil banyak orang dididik merebut, sekurang-kurangnya mengharapkan, kebahagiaan abadi di sorga. Untuk itu ditanamkan jangan-ini-jangan-itu dan harus banyak berdoa atau pokoknya melakukan hal-hal kerohanian. Maka terbentuklah sikap mendambakan keselamatan di akhir jaman.
Alkisah ada seorang wanita yang sangat takwa kepada Allah. Setiap pagi ia mengikuti misa di gereja. Dalam perjalanan ke gereja banyak anak menyapanya dan pengemis meminta sedekah. Namun dalam perjalanan ke gerejapun ia sudah khusuk dalam doa, sehingga ia tidak pernah memperhatikan mereka. Pada suatu hari ia pergi ke gereja dan sampai disana tepat menjelang kebaktian. Namun tidak seperti biasa, ia menemukan pintu gereja masih tertutup. Ia berusaha membukanya, tetapi gagal. Ia mendorong pintu itu lebih kuat lagi tetapi tak berhasil, sebab pintu itu terkunci. Ia sangat sedih, karena terpaksa melewatkan kebaktian pertama kali sejak bertahun-tahun. Ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Setelah beberapa saat tercenung dan bergerak beberapa langkah meninggalkan gereja, sekali lagi ia menoleh dan menatap pintu gereja yang terkunci. Ia terperanjat melihat papan pengumuman di dekat pintu. Di situ tertulis dengan huruf besar : "Aku sedang keluar." (de Mello 1990, 33)
Bahaya terbesar dalam hidup beragama ialah 'menjadi rutin'. Akibatnya hal-hal keseharian terlepas dari perhatian dan terjebak dalam formalitas dan lambang-lambang yang mati. Kerutinan seperti itu akan mematikan daya kreatif, apalagi jika diorganisir demi maksud tertentu. Untuk mencairkan kebekuan ini perlu keberanian guna 'menafsirkan' banyak hal yang sudah kehilangan makna, atau sesuatu yang sudah tidak diketahui maknanya.

1. MASYARAKAT PALESTINA JAMAN JESUS

Waktu itu Palestina adalah dunia ketiga yang dijajah oleh Romawi. Setiap tahun setengah juta penduduk Palestina harus membayar pajak sekitar enam ratus juta dinar (kurang lebih tiga milyar dua ratus juta rupiah) kepada Roma, ditambah iuran wajib, sumbangan sukarela dan pajak kepada pejabat sipil dan agama Yahudi (Houtart, 1976). Pejabat tertinggi agama berasal empat keluarga kaya. Setiap tahun salah seorang dari salah satu anggota keluarga kaya itu dipilih menjadi imam agung. Empat keluarga ini memegang monopoli penukaran uang untuk pajak kenisah. Pajak ini harus dibayar dengan mata uang Yahudi, bukan dengan mata uang Yunani atau Romawi yang beredar di masyarakat. Mereka juga memonopoli penjualan binatang korban (Mk.11:15-19). Sedangkan elite sekuler (orang tua-tua), terdiri dari konglomerat perdagangan di Yerusalem dan para tuan-tuan tanah di pedesaan (Lk. 18:23), menjadi semakin kaya karena monopoli perdagangan hasil perkebunan dan pertanian. Akibatnya pemiskinan rakyat makin meluas. Daerah pinggiran (desa) semakin tergantung pada pusat (kota). Banyak petani gurem terpaksa menjual sawah ladang mereka untuk mempertahankan hidup. Pada hal pemilikan tanah oleh petani kecil merupakan bentuk pemilikan yang berlaku umum di Palestina sebelum penjajahan Romawi; tidak ada tuan tanah dan tidak ada pengusaha pertanian besar (Mk.12:1). Petani yang tak lagi memiliki hanya menjadi buruh tani atau menganggur (Mt.20:1-6). Akhirnya mereka terpaksa merampok (Lk.10:30) atau bergabung dengan kelompok gerilya Zealot melawan Romawi (Lk.23:18-19).
Mereka yang melarat dan tersisihkan ini masuk kategori "kelompok pinggiran", yakni mereka yang diperlakukan di luar hukum oleh pejabat agama (Farisi) dan yang tidak diperhitungkan oleh pejabat sipil (Saduki). Mereka dianggap 'orang kotor' yang tidak perlu diberi tempat dalam ibadat, karena profesi mereka (pemungut cukai, gembala, algojo), karena penyakit khusus (kusta), karena jiwanya kotor (kerasukan roh jahat), karena mereka tak mengerti hukum (orang kecil, hina) atau karena mereka melanggar hukum (pendosa, pelacur).

1.1. ORANG MELARAT DALAM INJIL
Meskipun Injil Mateus sering dirasa memberi nada rohani (Mt.5:3), namun arti asli kata melarat tetap dalam bidang sosial-ekonomi (Prabhu 1985 a: 325-332). Kata "anawim" dalam Injil secara sosiologis berarti melarat (Lk. 6:20), yakni mereka yang oleh karena suatu sebab (ekonomi, sosial, politik, phisik atau psikologi) nilai kemanusiaannya dianggap merosot. Dengan kata lain mereka tidak diperhitungkan secara manusiawi.
Mereka yang melarat ini adalah korban ketidak-adilan. Dalam Injil kemelaratan bukan suatu kondisi alami, melainkan suatu kondisi yang munculkarena penindasan, baik oleh manusia (ekonomi dlsb) maupun oleh roh jahat (penyakit, kerasukan). Dalam masyarakat Yahudi diyakini bahwa setiap orang mempunyai hak atas tanah. Kepemilikan atas tanah tidak hanya simbol penguasaan teritoris, tetapi juga simbol kebebasan, kedamaian, komunitas, kemerdekaan dan kesejahteraan. Dengan kata lain, tanah diperlukan oleh seseorang untuk memperoleh keutuhan sebagai manusia. Jika salah satu tidak ada, dengan kata lain ia melarat, berarti apa yang menjadi haknya untuk memperoleh keutuhan sebagai manusia telah dirampas. Ia tertindas, diperlakukan tidak adil.

1.2. ALLAH MEMBELA ORANG MELARAT
Allah adalah raja. Seorang raja berkewajiban untuk mempertahankan keadilan dan membela orang melarat terhadap ancaman orang kuat (Ms.72:1-4; Yes.11:4). Keyakinan itu sangat kuat dalam Perjanjian Lama dan bersumber dari refleksi pengalaman umat. Yahweh, yang mewahyukan diri khususnya sebagai "Yang Mengeluarkan UmatNya Dari Penindasan Di Mesir, terus menerus menegaskan kehendakNya untuk membela yatim piatu, janda dan orang asing (Ul.10:17-18; Ms.68:5). Mereka itu adalah kelompok yang sangat membutuhkan bantuan, sebab tidak mungkin membebaskan diri dari penindasan dengan kekuatannya sendiri. Karena itu Yahweh juga sering digelari "Yang Membalaskan Dendam Orang Tertindas" di muka bumi (Ms.76:9; 146:5-9).
Dia sangat prihatin akan keadaan orang tertindas, sehingga Dia menuntut dari umatNya keprihatinan yang sama terhadap orang melarat (Kel.22: 21-24; Ul.24:14-18; Yer.7:5-7; Ms.82:1-4), dan juga menuntut yang sama dari para raja (Yer.22:1-5). Melalui para nabi Dia mengutuk setiap bentuk penindasan dengan ancaman yang mengerikan (Hos.4:1-3 Ams.2:6-8; 4:1-3; 8:4-12; Mik.2:1-5; 3:1-4; 6:9-15 7:1-6; Yes.3:13-15; 5:8-10; 10:1-4; 58:1-12; Yer. 5:26-30; 7:8-15; 22:13-17;Yehez.22:1-16; 34:1-26).

1.3. JESUS MEMIHAK ORANG MELARAT
Jesus adalah pewarta Kerajaan Allah (Mk.1:14-15). Daia sangat terlibat dalam tugas Allah sebagai raja untuk menumpas ketidak-adilan dan membebaskan manusia. Dia mengharamkan setiap penindasan dengan cara memihak orang melarat (tertindas) dan melawan penindas. Maka pewartaanNya menjadi Kabar Baik bagi orang melarat (Lk.4:18; 7:22), sekaligus merupakan kabar buruk bagi penindas (Lk.6:24-27). Kabar baik ini secara radikal mewartakan dunia baru, yang merupakan pembasmian kezaliman, sehingga orang tertindas dibebaskan dan penindas diturunkan dari tahta (Lk.1:52-53).

2. MEMBANGUN DUNIA BARU SECARA RADIKAL
Guna menaggapi penindasan dan pemiskinan Jesus merumuskan tujuan perjuanganNya : membangun dunia baru, yang bebas dari kemelaratan dan keterjajahan. Dunia baru ini dibangun atas dasar hubungan dengan Allah dan dengan manusia secara baru. Jesus mengkomunikasikan pengalaman pribadiNya tentang Allah sebagai Bapa kepada pengikutNya. Allah mengasihi manusia tanpa pamrih (Lk.10:22). Kasih seperti itu akan dialami manusia apabila ia mengasihi sesamanya sebagaimana Allah mengasihi manusia (Lk.6:27-36). Bila kasih Allah itu benar-benar dialami manusia, maka manusia akan didukung untuk melakukan pertobatan atau perubahan secara radikal (Mt.4:17). Pertobatan inilah yang mendasari gerakan pembebasan pribadi maupun masyarakat, sehingga terwujudlah persaudaraan sejati (Mt.23:8-12). Tanda persaudaraan sejati adalah : kebebasan, keadilan dan kesetia-kawanan Kerajaan Allah (Prabhu 1981 b : 601-607).

2.1. KEBEBASAN KERAJAAN ALLAH
Pengalaman akan Allah sebagai Bapa, yang ditawarkan Jesus, mendorong usaha pembebasan pribadi; sehingga orang terbebaskan dari keharusan dan ketakutan. Kedua hal ini berakar pada 'insecure' (rasa-tak-aman), yang lahir karena ketidak-hadiran kasih Allah. Orang yang tak pernah mengalami kasih akan dicengkeram oleh kehampaan dan ia akan mencoba mengisinya. Jalan yang ditempuh lazimnya secara rakus melahap harta, secara serakah merebut pangkat dan secara tamak menumpuk kekuasaan. Ia berbuat demikian karena selalu dikejar rasa takut di tolak dan senantiasa membutuhkan persetujuan orang lain. Orang seperti ini tak pernah mampu bertindak dengan bebas, sebab rasa aman merupakan syarat untuk mengalami kasih yang membebaskan.
Orang yang sakit karena rasa tak aman hanya dapat disembuhkan dengan kerendahan hati dan keterbukaan untuk mengalami kasih Allah yang tanpa pamrih. Kasih Allah ini akan memenuhi segala sudut hatinya, sehingga ia tidak lagi memerlukan kepuasan semu dari harta, pangkat dan kuasa. Dan pengalaman ini juga akan membuat dirinya 'berharga', sehingga ia tidak selalu membutuhkan petunjuk. Jesus merupakan contoh sempurna orang yang benar-benar bebas. Dia bertindak sebagai orang yang bebas. Dia tak pernah terbujuk oleh rayuan roh jahat, sebab Anak Manusia tak punya alas untuk meletakkan kepalaNya (Lk.9:58) dan dengan bebas Dia datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mk.10: 45). Dia tidak menyerah karena tekanan pendapat umum yang keliru (Yoh.8:1-10) atau digelisahkan oleh sikap arogan penguasa yang mabuk kuasa (Lk. 12:31-33). Karena bebas Dia tegar menghadapi lembaga yang dikeramatkan umatNya, jika Dia dituntut berbuat demikian oleh penderitaan rakyat. Dia menggebrak hukum hari Sabat (Lk.6:1-11), mendepak aturan cuci tangan sebelum makan (Mk.7:1-15), menyentuh orang sakit kusta (Lk.5:13), makan bersama orang yang dicap oleh masyarakat sebagai sampah masyarakat (pemungut cukai) dan musrik (pendosa) maupun orang terpinggirkan (Lk.15:1-2; Mk.2:15-17)
Sebagai orang bebas Dia memerdekakan kita. Dia mewariskan tugas luar biasa mengenai kebebasan ini kepada kita. Seluruh karyaNya terutama dimaksudkan untuk membawa kebebasan bagi siapa saja yang tertindas. Dia membebaskan manusia dari rasa salah dan takut (Mt.26:28; Mk.2:1-2), dari beban hukum yang beku (Mt.11:28-30). Dia membebaskan orang yang disingkirkan masyarakat (Lk,19:1-10), membebaskan orang kerasukan roh jahat (Mk.5:1-2), dari rasa takut pada roh jahat (Mk.1:21-28), dari ibadat yang khusuk tetapi 'lamis' (Mt.6:7). Dia mengharuskan setia[p pengikutNya agar melepaskan diri dari kelobaan akan harta (Mk.1:16-18; 10:17-23; Mt.6:24), membebaskan diri dari sistem kekerabatan (Lk.9:16). Dia meneguhkan orang yang mengasihi dalam kebebasan (Lk.7:36-40). Madah kebebasan, yang dilagukan oleh hati yang percaya pada Allah, membuat seseorang tidak lagi memerlukan rasa aman bagi hidupnya (Mt.6:25-34). Itulah pilar pertama dalam dunia baru yang diwartakan Jesus.

2.2. KESETIA - KAWANAN KERAJAAN ALLAH
Kebebasan yang diberikan Jesus akan membuahkan persaudaraan sejati. Kebebasan Kerajaan Allah lahir dari pengalaman mengenai kasih Allah tanpa pamrih. Karena kebebasan inilah orang yang sudah bebas didorong untuk memasrahkan diri seutuhnya ada Kebebasan Sejati dan Kasih tanpa syarat. Hal ini menjadi sempurna tidak karena memenuhi keinginan pribadi, melainkan karena keterlibatan. Dengan kata lain kebebasan ini mendorong seseorang yang terlibat dalam pelayanan membangun dunia baru. Kebebasan Jesus sendiri menemukan kepenuhannya dalam pelaksanaan kasihNya yang tanpa pamrih kepada kita. Maka guna menemukan kepenuhan pribadi seseorang wajib melaksanakan kasih kepada sesama. Ia secara bebas menyerahkan hidupnya demi memenuhi tuntutan persaudaraan (Mk.8:35). Hanya dengan menyerahkan diri dengan bebas orang akan memperoleh kasih sejati, sebab tujuan dan kesempurnaan kebebasan manusia adalah kasih.
Kesetia-kawanan Kerajaan Allah ini menjadi tanggapan radikal terhadap keprihatinan universal pada orang yang membutuhkan (Lk.6:27-36; 10:25-37) Perintah untuk mengasihi menjelaskan mengapa mengasihi Allah hanya akan dibenarkan bila dibarengi dengan mengasihi sesama. Kecuali pada Injil Mateus 22:34-40 dan paralelnya, Perjanjian Baru tidak pernah mengatakan perintah untuk mengasihi Allah. Sebaliknya Perjanjian Baru sangat menegaskan norma dasar Kerajaan Allah, yakni keharusan kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri (Yak.2:8; Rom.13:8; Gal.5:14; IPt.4:8; Ibr.13:1) atau sebagaimana Dia mengasihi kita (Yoh.13:34; 15:2; IYoh.3:24; 4:7; IIYoh.5). Didalam sesama kita akan menemukan Allah (Mt.25:31-46) Dengan kata lain kesetia-kawanan (solidaritas) adalah keterlibatan radikal pada nasib sesama. Solidaritas 'kedalam' hanya akan melahirkan pengecut dan rasa minder. Kesetia-kawanan atau solidaritas adalah pilar kedua dalam dunia baru yang diwartakan Jesus.

2.3. KEADILAN KERAJAAN ALLAH
Keadilan akan tumbuh subur bila ada persaudaraan sejati. Kasih yang diperintahkan Jesus adalah kasih yang harus diwujudkan dalam perbuatan, tidak dalam slogan di spanduk (IYoh.3:18), dan harus memenuhi kebutuhan sesama yang tertindas. Dalam konteks di atas (nomor 1), maka tidak dibenarkan bila kasih hanya untuk memenuhi kebutuhan rohani saja. Walaupun tak dapat diingkari bahwa kasih itu juga berisikan pengampunan dan rekonsiliasi (Mt. 18:15-35), kebesaran hati dan baik budi (IKor.13:47). Pengikut Jesus yang menolak dan menghambat atau mempermainkan rekonsiliasi, berkhianat terhadap cita-cita Kerajaan Allah. Hal itu harus diutuhkan dengan menanggapi kebutuhan orang melarat, lapar, haus, sakit, tahanan dan tersingkir (Mt.25:31-46); IYoh.3:17; Yak.2:14-16).
Kasih sejati tidak mungkin bungkam terhadap struktur ekonomi, sosial, dan politik yang melecehkan martabat manusia dan merampas hak dasar manusia. Maka perwujudan kasih sejati bagi orang Kristiani dewasa ini tidak sekedar untuk menyelamatkan korban-korban struktur sosial dengan aksi karitatif (mengumpulkan pakaian pantas pakai dari orang lain dan diberikan kepada orang melarat, atau meminta obat dari perusahaan untuk mengadakan pengobatan gratis), melainkan terutama untuk merombak struktur penindas manusia. Inilah pilar ketiga dalam dunia baru yang dimaklumkan oleh Jesus.


3. MENGACU PADA SANG PEMBEBAS

Titik acuan utama dalam pembangunan dunia baru ialah Jesus sendiri. Kerajaan Allah tidak dapat dibangun di awang-awang dengan ibadat yang sakral saja, atau dengan kelompok doa yang hangat, atau dengan ziarah yang disponsori lembaga pembodohan masyarakat atau dengan persekutuan arisan yang dibungkus dalam kemasan doa dan lagu rohani. Kerajaan Allah harus dibangun dengan perayaan iman sekaligus keterlibatan sosial.

3.1. MELUMERKAN KEMAPANAN
Jesus memberikan contoh: menolak dengan tegas akal-akalan politis (Mt.4:1-11; Mk.12:13-17; Lk.4: 1-13;Yoh.6:15), meskipun tanpa tedheng aling-aling melawan tekanan dari sikap legalistis Ahli Taurat (Mk.2:23; 3:6), mengutuk setiap perbuatan yang tak memberi tempat pada belas kasih (Mk.7:9-13), mem-boikot sistem kasta (Mk.2:15-17) dan menentang pemerasan oleh kaum Farisi (Mk.11:15-19). Apa yang dilakukanNya memperlihatkan bahwa Dia melumerkan kekuatan kelompok mapan dengan aparatnya. Maka Dia tidak hanya berusaha mempertobatkan individu-individu, melainkan lebih-lebih menentang status-quo.

3.2. MENELANJANGI STRUKTUR KEKUASAAN
Selain yang digelar di atas, Jesus juga membuat mukjijat. Mukjijat ini tidak pertama-tama karya karitatif untuk meringankan penderitaan beberapa orang, namun lebih merupakan serangan frontal terhadap kuasa roh jahat yang menjadi sumber malapetaka umat manusia (Mk.3:27). Jesus membuatanalogi tentang penyembuhan dan pengusiran setan sebagai "mengikat orang kuat". Artinya : tindakan untuk mengakhiri kuasa roh jahat. Roh jahat beserta struktur yang dipergunakan untuk menindas rakyat dihancurkan dengan penyembuhan dan pengusiran roh jahat.
Manusia modern akan sukar memahami keyakinan tersebut, yang meyakini bahwa begitu banyak roh jahat mempengaruhi alas dan peristiwa historis. Meskipun demikian hal itu tidak boleh membutakan mata akan kenyataan bahwa Jesus melaksanakan penyelamatan total : baik mengalahkan roh jahat maupun merombak struktur yang dikuasai roh jahat. Maka mukjijat Jesus lebih merupakan paradigma perjuangan menegakkan keadilan daripada petunjuk praktis untuk melakukan aksi karitatif musiman (Prabhu 1985 b: 24-29), misalkan : pada hari Natal menjual bingkisan Natal dan hasilnya dibagikan pada gelandangan atau pergi ke desa dan memutar film gratis, merayakan Natal bersama tukang becak dlsb. Komitmen Jesus untuk menegakkan keadilan sosial terungkap jelas dalam pemahamanNya terhadap makna perutusanNya : Kabar-Baik-Bagi-Orang-Melarat (Lk.4: 18-19). Maklumat di awal karyaNya ini masih diperkuat dengan khotbah khusus di bukit (Lk.6:20-27).

3.3. KABAR BAIK BAGI ORANG MELARAT
Jesus membuka dengan resmi karyaNya di dunia dengan 'pidato'. Dan hal itu terjadi ketika Dia memberi khotbah di sinagoge di Nazaret. Bahan khotbah diambil dari kitab nabi Yesaya dengan sedikit modifikasi. Jesus membuang anak kalimat dalam teks Yesaya, yang berbunyi : merawat orang-orang yang remuk hati. Satu-satunya alasan untuk menghilangkannya ialah kemungkinan ditafsirkannya secara rohani, sehingga akan dipakai untuk pembenaran diri oleh orang-orang takut resiko. Sebaliknya Dia menambahkan anak kalimat : untuk membebaskan orang-orang tertindas, yang diambil dari kitab Yesaya 58:6. Maksud penambahan itu tidak lain kecuali menggaris-bawahi bahwa pembebasan orang tertindas harus ditujukan kepada mereka yang melarat, tahanan, orang-orang buta. Dia mendefinisikan dari segala bentuk keterjajahan.
Membebaskan orang tertindas hanya mempunyai tujuan tunggal; membangun dunia baru. Gambaran mengenai dunia baru dilukiskan dengan : penghapusan hutang, budak dimerdekakan, warisan yang digadai dikembalikan (Im.25:8-17; 25-28), yang juga dikutip Jesus pada bagian akhir khotbahNya. Maka sema kin jelas bahwa karyaNya sangat erat melekat pada permasalahan 'duniawi', dan bukan hanya soal rohani. Dengan kata lain, Kabar Baik Bagi Orang-Melarat itu baru akan benar-benar menjadi kabar baik apabila mengenai orang melarat, yakni membebaskan bukan menghibur orang melarat (Prabhu 1981 b: 616-620).

3.4. BERBAHAGIALAH KAMU YANG MELARAT
Dimensi sosial karya Jesus juga dijelaskan dalam khotbah di bukit. Injil Mateus memuat sembilan pokok khotbah (Mt.5:3-12) sedangkan Injil Lukas memuat empat ucapan bahagia dan empat kutukan (Lk.6:20-26). Melihat Injil Lukas maka yang menyengat perhatian kita adalah kuatnya ciri kenabian. Ucapan yang sangat tajam ini hanya mungkin keluar dari mulut Jesus sendiri. Penambahan kata pada Mateus: miskin dalam roh, lapar dan haus akan keadilan, akan sangat mudah membelokkan penafsiran seakan-akan tugas kita hanya dalam kerohanian saja.
Ucapan bahagia dan kutukan pada Injil Lukas sebenarnya merupakan satu pokok saja dengan variasi ungkapan. Mereka yang melarat, lapar dan menangis bukan tiga kelompok anggota masyarakat yang berbeda. Mereka semua identik satu sama lain, yakni kelompok yang dikorbankan. Satu hal yang diucapkan secara berbeda berulang kali menunjukkan bahwa hal itu penting. Pendek kata Jesus mengucapkan berkat bagi mereka yang dipaksa orang lain untuk melarat, dan mengutuk mereka yang memaksa orang lain menjadi melarat.
Ucapan bahagia ini tidak boleh ditafsirkan sebagai janji Allah bagi orang yang tertindas agar 'nrimo', pasrah dan tawakal dalam penderitaan, sebab yang penting kelak akan masuk sorga. Tafsiran ini subversif terhadap cita-cita Kerajaan Allah dan hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang mapan atau yang memperoleh keuntungan dari sistem yang menindas rakyat. Tafsiran itu juga berbahaya bagi rakyat yang tertindas, sebab akan mematikan 'semangat pemoeda' dalam diri mereka untuk mengadakan perubahan radikal demi terwujudnya dunia baru (Prabhu 1981 b : 625-626).


WASANA KATA

Jesus telah memprakarsai gerakan pembaharuan yang berlandaskan kasih tanpa pamrih. Gerakan ini dimaksudkan untuk membangun dunia baru (bdk. Kis. 4:32-35) melalui perubahan hati (bebas dari rasa takut dan rasa salah, bebas dari kerakusan dan bebas dalam persaudaraan) dan melalui perubahan struktur (bebas ekonomi, sosial, politik yang melecehkan martabat manusia). Gambaran dunia baru di atas harus menjadi sumber inspirasi, strategi dan tujuan setiap karya Gereja dan setiap orang Katolik. Dunia baru ini harus menjadi alternatif terhadap dunia sekarang, yang dipenuhi dengan kekerasan, kebisuan dan pragmatisme-opportunistis.
Tugas membangun dunia baru tidak ditawarkan oleh Jesus kepada pengikutNya, melainkan merupakan keharusan yang tak bisa ditawar-tawar. Jesus tidak pernah memberikan sesuatu yang siap-pakai. Ia memberikan secara cuma-cuma tetapi harus diolah dengan keringat dan airmata (sering lebih dari itu).
Seorang wanita bermimpi masuk ke sebuah toko baru di pasar. Di bagian belakang dari toko itu ia melihat Jesus. "Engkau menjual apa di sini?" ia bertanya kepada Jesus. JawabNya:"Aku menjual apa saja yang menjadi keinginan hatimu". Wanita terbelalak hampir tak percaya akan apa yang didengarnya. Kemudian ia memutuskan untuk membeli hal-hal yang paling baik, yang dapat diinginkan manusia. "Aku minta ketentraman hati, cinta, kebahagiaan, kebijaksanaan dan bebas dari sakit," katanya. Tiba-tiba terlintas di benaknya, katanya: "Ah itu tidak hanya untuk saya sendiri saja. Untuk semua orang di dunia." Jesus tersenyum, kataNya:"Kukira engkau salah tafsir, nak. Di sini aku tidak menjual buah. Aku hanya menjual benih." (de Mello 1990,152).
Yang disediakan Tuhan bagi kita ialah benih kebebasan, kesetia-kawanan dan keadilan. Benih-benih itu masih harus disemaikan, dipelihara, dipupuk, dijaga agar dapat tumbuh dan berbuah banyak. Tuhan tidak dapat disogok dengan ziarah atau doa agar memberikan buah.

PERTANYAAN STUDY :
1. Bagaimana kaitan pewartaan Kerajaan Allah oleh Jesus dengan penegakan keadilan ?
2. a.Siapa yang masuk kelas pinggiran dalam Injil?
b.Siapa kelas pinggiran dalam masyarakat kita ?
3. Bagaimana hubungan 'tiga pilar dunia baru' yang diperjuangkan Jesus ?
4. Bagaimana seharusnya pengikut Jesus setia padaNya di jaman sekarang ?

JAWSJ


KEPUSTAKAAN
de Mello, Anthony
1990. DOA SANG KATAK (1). Yogyakarta : Kanisius
Houtart, Francois
1976. PALESTINE IN JESUS' TIME. Dalam Social Scientist 42:14-23
Soares-Prabhu, George
1981a. THE KINGDOM OF GOD. Dalam Amalorpavadass (ed)
THE INDIAN CHURCH IN THE STRUGGLE FOR
A NEW SOCIETY. Bengalore : NBCLC, 579-608.
1981b. GOOD NEWS TO THE POOR. Bengalore : NBCLC, 609-629
1985a. CLASS IN THE BIBLE. Dalam Vidyajyoti XLIX/7 : 322-346
1985b. THE MIRACLE OF JESUS. Dalam S. Kappen (ed)
JESUS TODAY. Madras : AICUF, 21 -29.