Wednesday, January 23, 2008

Pope: Pain Endured With Faith Leads to Peace Releases Message for World Day of the Sick

VATICAN CITY, JAN. 22, 2008 (Zenit.org). - Pain is the door by which the faithful can enter into the mystery of redemption, and reach with Christ peace and happiness, says Benedict XVI.

The Pope said this in his message for the 16th World Day of the Sick, to be celebrated on the diocesan level Feb. 11, which has as its theme "The Eucharist, Lourdes and Pastoral Care for the Sick" The Holy Father said the theme connects three events of the Church –The World Day of the Sick, the 150th anniversary of the Marian apparitions at Lourdes, and the celebration of the International Eucharistic Congress, to be held Jun 15-22 in Quebec City.

By contemplating the mystery of the Eucharist in connection with the World Day of the Sick, said the Pontiff, "not only will the actual participation of human suffering in the salvific work of God be celebrated, but the valuable fruits promised to those who believe can in a certain sense be enjoyed."

"Thus pain," he added, "received with faith, becomes the door by which to enter the mystery of the redemptive suffering of Jesus and to reach with him the peace and the happiness of his resurrection. "

He also said that reflecting on the three events is "a remarkable opportunity to consider the close connection that exists between the mystery of the Eucharist, the role of Mary in the project of salvation and the reality of human pain and suffering.”

Fiat

"Mary is a model of total self-abandonment to the will of God," he said. "To reflect upon the Immaculate Conception of Mary is thus to allow oneself to be attracted by the 'yes' that joined her wonderfully to the mission of Christ, the redeemer of humanity.

"It is to allow oneself to be taken and led by her hand to pronounce in one's turn 'fiat' to the will of God, with all one's existence interwoven with joys and sadness, hopes and disappointments, in the awareness that tribulations, pain and suffering make rich the meaning of our pilgrimage on earth.

"One cannot contemplate Mary without being attracted by Christ," continued Benedict XVI, "and one cannot look at Christ without immediately perceiving the presence of Mary. There is an indissoluble link between the Mother and the Son, generated in her womb by work of the Holy Spirit, and this link we perceive, in a mysterious way, in the sacrament of the Eucharist."

Mary is a "woman of the Eucharist," noted the Pope, explaining that this why at Lourdes the devotion to the Virgin Mother "is joined to a strong and constant reference" to the sacrament.

The Pontiff continued: "The presence of many sick pilgrims in Lourdes, and of the volunteers who accompany them, helps us to reflect on the maternal and tender care that the Virgin expresses toward human pain and suffering.

"Mary suffers with those who are in affliction, with them she hopes, and she is their comfort, supporting them with her maternal help."


Gift

Speaking of the International Eucharistic Congress in Canada, the Holy Father said the event "will be an opportunity to worship Jesus Christ present in the sacrament of the altar, to entrust ourselves to him as hope that does not disappoint, to receive him as that medicine of immortality which heals the body and the spirit."

He said the theme of the congress -- "The Eucharist, Gift of God for the Life of the World" -- emphasizes how the Eucharist is the gift that the Father makes to the world of His only Son, incarnated and crucified."

Benedict XVI continued: "It is specifically from the Eucharist that pastoral care in health must draw the necessary spiritual strength to come effectively to man's aid and to help him to understand the salvific value of his own suffering.

"Mysteriously united to Christ, the man who suffers with love and meek self-abandonment to the will of God becomes a living offering for the salvation of the world."

POLIGAMI OH POLIGAMI

Prof. Dr. Siti Musdah Mulia


Fenomena poligami semakin marak akhir-akhir ini, terutama karena dipertontonkan secara vulgar oleh para tokoh panutan di kalangan birokrasi, politisi, seniman, dan bahkan agamawan. Poligami sesungguhnya merupakan akumulasi dari sedikitnya tiga faktor: Pertama, lumpuhnya sistem hukum kita, khususnya Undang-undang Perkawinan. Kedua, masih kentalnya budaya patriarki di masyarakat yang memandang isteri hanyalah konco wingking, harus ikut apa mau suami dan tidak boleh menolak; dan ketiga, kuatnya interpretasi agama yang bias jender dan tidak akomodatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Interpretasi agama yang memposisikan isteri hanya sebagai obyek seksual, tidak memiliki kemandirian sebagai manusia utuh.

Realitas sosiologis di masyarakat menjelaskan bahwa poligami selalu dikaitkan dengan ajaran Islam. Sejumlah pertanyaan muncul: Apakah betul Islam mengajarkan poligami? Apakah benar Rasul mempraktekkan poligami? Dan bagaimana seharusnya kita membaca teks-teks agama yang secara tekstual bicara tentang poligami?

Data-data historis secara jelas menginformasikan bahwa ribuan tahun sebelum Islam turun di Jazirah Arab, masyarakat di berbagai belahan dunia telah mengenal dan bahkan secara luas mempraktekkan poligami sehingga ketika itu sulit sekali menemukan bentuk perkawinan monogami, termasuk pada masyarakat Arab yang terkenal jahiliyah. Poligami yang berlangsung saat itu tidak mengenal batas, baik dalam hal jumlah isteri maupun syarat moralitas keadilan. Lalu Islam datang melakukan koreksi total secara radikal terhadap perilaku poligami yang tidak manusiawi itu. Koreksi Islam menyangkut dua hal: Pertama, membatasi jumlah isteri hanya empat, dan kedua, ini yang paling radikal bahwa poligami hanya dibolehkan bagi suami yang menjamin keadilan untuk para isteri. Perubahan drastis inilah yang diapresiasi Robert Bellah, sosiolog terkenal asal Amerika sehingga menyebut Islam sebagai agama yang sangat modern untuk ukuran masa itu, "it was too modern to succed" komentarnya.

Pembatasan poligami yang sangat ketat dalam ajaran Islam seharusnya dibaca sebagai suatu cita-cita luhur dan ideal Islam untuk menghapuskan poligami secara gradual dalam kehidupan masyarakat. Layaknya kasus khamer (minuman memabukkan), larangan khamer tidak diturunkan sekaligus, demikian pula larangan terhadap perbudakan, melainkan dilarang secara bertahap sehingga terbangun kesiapan masyarakat untuk menerimanya secara mental dan sosial. Sebab, tradisi minum khamer begitu juga perbudakan sudah demikian berakar dalam tradisi masyarakat sehingga mustahil rasanya melarang mereka minum atau membasmi perbudakan secara total. Semua ayat Al-Qur`an menggunakan ungkapan sesuai dengan keadaan masa turunnya, tetapi pesan moral Al-Qur`an tidaklah dibatasi oleh waktu yang bersifat historis itu. Pesan moral keagamaan dibalik ayat-ayat poligami, perbudakan, dan larangan minuman keras adalah menyadarkan manusia akan martabat kemanusiaannya, bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang paling bermartabat. Manusis harus menghormati sesamanya tanpa perbedaan apa pun, jangan menganiaya diri sendiri, apalagi menganiaya orang lain.

Muhammad Rasulullah pembawa risalah Islam hidup dan tumbuh di lingkungan tradisi poligami, tetapi justru memilih monogami. Rasul menikahi Siti Khadijah ketika berusia 25 tahun dan umat Islam perlu menyadari bahwa perkawinan Rasul yang monogami dan penuh kebahagiaan itu berlangsung selama 28 tahun: 17 tahun dijalani sebelum kerasulan (qabla bi`tsah) dan 11 tahun sesudahnya (ba`da bi`tsah). Kebahagiaan pasangan ini menjadi inspirasi dalam banyak doa pengantin yang dilantunkan pada jutaan prosesi perkawinan umat Islam.

Kalau poligami adalah mulia, mengapa Rasul tidak melakukannya sejak awal? Di mata masyarakat Arab ketika itu, Rasul sangat pantas berpoligami. Semua persyaratan poligami dimilikinya: mampu berbuat adil; keturunan tokoh Quraisy terkemuka; simpatik dan berwajah rupawan; tokoh masyarakat yang disegani; pemimpin agama yang kharismatik; dan terlebih lagi karena Khadijah tidak memberikan anak laki-laki yang hidup sampai dewasa. Namun, Rasul tidak bergeming, tetap pada pilihannya untuk monogami. Bagi Rasul, Khadijah bukan semata isteri teman tidur, melainkan lebih sebagai mitra kerja, teman dialog, tempat curhat, sahabat sejati dan yang pasti adalah belahan jiwa.

Khadijah wafat, Rasul mengalami guncangan hebat, dan begitu dalamnya kepedihan Rasul sehingga tahun kematian Khadijah diabadikan dalam sejarah Islam sebagai "amul azmi" (tahun kepedihan). Sepanjang hayatnya Rasul selalu membicarakan kebaikan dan keluhuran budi perempuan yang amat dicintainya itu. Tiga tahun berlalu dari wafatnya Khadijah, Rasul dihadapkan pada tanggung jawab besar mengembangkan syiar Islam ke Yastrib dan juga ke luar Jazirah Arab. Kondisi masyarakat yang bersuku-suku di kala itu memaksa Rasul harus menjalin komunikasi yang luas dengan berbagai suku agar dapat mendukung perjuangannya, dan perkawinan menjadi alat komunikasi yang strategis. Demikianlah Rasul kemudian menikahi beberapa perempuan demi terlaksananya syiar Islam.

Patut direnungkan bahwa perempuan pertama yang dinikahi Rasul setelah Khadijah bernama Saudah bint Zam`ah berumur 65 tahun, sebagian riwayat menyebutkan 72 tahun, dan yang pasti sudah menopause, sedangkan Rasul berusia 54 tahun. Rasul mengawini Saudah demi melindungi perempuan tua itu dari keterlantaran dan tekanan keluarganya yang masih musyrik. Atau mungkin juga sebagai balas budi atas jasa suaminya, Sakran ibn Amar, sahabat yang menyertai Rasul dalam perjalanan hijrah ke Abessinia. Setelah Saudah, Rasul menikahi Aisyah bint Abu Bakar, satu-satunya istri yang perawan dan masih muda, bahkan terlalu muda. Pada masa itu mengawini anak-anak belum dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar hak anak (child abuse). Selanjutnya, Rasul berturut-turut mengawini Hafsah bint Umar ibn al-Khattab, Ummu Salamah, Ummu Habibah, Zainab bint Jahsy, Zainab bint Khuzaimah, Juwayriyah bint Haris, Safiyyah bint Huyay, Rayhanah bint Zaid, dan yang terakhir dengan Maimunah bint Harits terjadi pada tahun ke-7 Hijriyah. Semua perkawinan Rasul ini berlangsung di Madinah dan terjadi dalam rentang waktu yang relatif pendek, yakni dalam 5 tahun. Jarak antara satu perkawinan dan perkawinan lainnya sangat pendek. Rasul wafat pada 632 M. atau tiga tahun setelah perkawinannya yang terakhir. Menarik bahwa tidak satupun dari para isteri itu yang pernah diceraikan. Memang pernah ada gosip Rasul menceraikan Hafsah, tetapi setelah diklarifikasi oleh Umar ibn Khattab ternyata gosip itu tidak benar.

Rasul memperlakukan para isterinya secara adil dan bijaksana. Jika Rasul akan mengikutkan salah seorang di antara mereka dalam perjalanan maka mereka diundi dengan maksud menghindari kecemburuan dan iri hati di antara mereka. Kendati Rasul telah berupaya melakukan yang terbaik bagi para isterinya, namun kecemburuan, konflik, dan ketidakakuran di antara mereka tetap saja terjadi dan ini diabadikan dalam kitab-kitab sirah Rasul. Sebagian isteri Rasul telah berumur, punya banyak anak, dan janda para sahabat yang gugur dalam membela Islam. Dari kesebelas istrinya itu Rasul tidak dikaruniai anak. Data-data ini cukup menjelaskan bahwa alasan Rasul menikahi perempuan lebih dari satu sangat jauh dari tuntutan memenuhi kepuasan biologis sebagaimana dituduhkan.

Kesalehan dan kemuliaan akhlak Rasul dalam memilih isteri digambarkan dalam banyak hadis, di antaranya hadis Amrah bint Abdurrahman: "Rasulullah ditanyai, Ya Rasul mengapa engkau tidak menikahi perempuan dari kalangan Anshar yang sangat terkenal kecantikannya? Rasul menjawab: "Mereka adalah para perempuan yang sangat pencemburu dan tidak akan bersabar dimadu", sementara Aku mempunyai beberapa istri, dan aku tidak suka menyakiti kaum perempuan berkenaan dengan hal itu." Jawaban Rasul mempertegas kebenaran bahwa poligami dapat menyakiti hati perempuan. Rasul terlalu mulia untuk menyakiti hati perempuan, bahkan beliau diutus demi mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan yang sudah sangat terpuruk. Terbukti Rasul tidak memilih perempuan muda dan cantik sebagaimana lazim dilakukan laki-laki. Tujuan perkawinan Rasul bukan untuk memenuhi hasrat biologisnya, melainkan untuk kepentingan yang lebih mulia, yaitu menjaga keselamatan umat menuju tegaknya masyarakat Madinah yang didambakan.

Sekarang, jika umat Islam ingin mengikuti sunah Rasul dalam perkawinan, pilihan bijak tentulah mengikuti perkawinan monogami Rasul yang penuh kebahagiaan dan berlangsung sekitar 28 tahun, bukan perkawinan dengan banyak isteri yang hanya berlangsung kurang-lebih 6 tahun.

Perlu pula dicatat, meskipun Rasul menikahi lebih dari satu perempuan, namun tetap saja beliau tidak setuju anak perempuannya, Fatimah az-Zahra dimadu. Rasul marah dan mengecam menantunya, Ali ibn Abi Thalib yang berniat poligami. Sejumlah hadis sahih, diantaranya dari al-Miswar ibn Makhramah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasul berpidato di atas mimbar: "Sesungguhnya keluarga Hisyam ibn Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan putrinya dengan Ali. Dengarlah bahwa aku tidak mengizinkannya, aku tidak mengizinkannya, aku tidak mengizinkannya, kecuali jika Ali bersedia menceraikan putriku baru menikahi anak mereka. Ketahuilah, Fatimah adalah belaian jiwaku. Barangsiapa membahagiakan Fatimah berarti membahagiakanku. Sebaliknya, barangsiapa menyakitinya berarti ia menyakitiku. "

Sejumlah kitab hadis terkenal. seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmizi, Musnad Ahmad, dan Sunan Ibnu Majah meriwayatkan hadis tersebut dengan redaksi yang persis sama. Dari perspektif ilmu hadis mengindikasikan hadis itu diriwayatkan secara lafzi. Artinya, sangat terjamin kesahihannya. Hadis itu membuktikan betapa Rasul tidak setuju poligami. Beliau bahkan mengulangi sampai tiga kali pernyataan ketidaksetujuannya terhadap niat Ali berpoligami. Sejarah pun mencatat, Ali baru menikah lagi setelah Fatimah wafat. Sebagai Rasul, tentu saja beliau sadar bahwa pembelaan terhadap anak perempuan dan penolakannya yang keras terhadap poligami akan diteladani para ayah dari umatnya. Keberatan Rasul sangat logis dan bahkan sangat manusiawi. Ayah siapa yang rela melihat anak perempuannya dimadu? Sebab, hanya perkawinan monogami yang menjanjikan terwujudnya mawaddah wa rahmah (cinta kasih yang tak bertepi), mu'asyarah bi al-ma'ruf (kesantunan dan kesopanan), sa'adah (kebahagiaan) dan sakinah (ketenteraman dan kedamaian).

Hadis tersebut bisa juga mengandung makna betapa beratnya tanggung jawab suami dalam poligami sehingga hanya manusia setingkat Rasul yang mampu melakukannya secara adil sesuai ketentuan syari`ah. Pandangan seperti inilah yang melatarbelakangi lahirnya ketentuan hukum mengenai keharaman poligami dalam Undang-Undang Keluarga di Tunisia. Tunisia merupakan negara kedua di Dunia Islam yang mengharamkan poligami setelah Turki. Tunisia adalah negara Islam yang konstitusinya berbasiskan Syari'at Islam, tetapi mengharamkan poligami dengan alasan poligami yang dipraktekkan umat Islam sekarang bertentangan dengan perilaku Rasul. Poligami umat Islam sudah mencapai tahap crime against humanity (pelanggaran terhadap kemanusiaan) . Undang-undang Keluarga negara Islam lainnya, seperti Mesir, Syria, dan Marokko meskipun tidak seketat Tunisia juga sangat membatasi poligami sebagai bentuk proteksi negara terhadap warganya yang rentan, yakni para anak dan isteri. Sebagian ulama, seperti Mahmud Muhammad Thaha, Abdullahi an-Na'im berpendapat poligami hanya dibolehkan pada masa-masa awal Islam dan dilarang ketika umat Islam sudah menjadi masyarakat yang beradab. Ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang poligami lebih bernuansa pelarangan ketimbang pembolehan.

Sesungguhnya, Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim sudah menerapkan aturan yang ketat dalam poligami, hanya saja dalam implementasinya sangat lemah. Inilah masalahnya!! !. Menurut Undang-undang Perkawinan, suami boleh poligami kalau mampu berlaku adil dan ada izin dari isteri, dan izin itu bisa diperoleh dengan tiga syarat: kalau isteri mandul, isteri sakit berkepanjangan, isteri tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai isteri. Sayangnya, peraturan ini tidak berjalan efektif, mungkin karena tidak ada polisi yang mengawasi suami poligami. Kebanyakan suami poligami tidak mampu berlaku adil. Kebanyakan mereka melakukannya tanpa izin isteri sehingga poligaminya dilakukan secara sirri, tanpa pencatatan resmi. Kebanyakan suami berpoligami bukan karena isterinya tidak punya anak, atau sakit atau tidak melakukan kewajiban, melainkan semata karena tidak mampu mengekang keinginan syahwatnya. Lagi-lagi soal biologis!!! Karena itu, menejemen qalbu saja ternyata tidak cukup, harus diiringi dengan menejemen syahwat.

Mengapa semua alasan yang membolehkan suami berpoligami hanya dilihat dari perspektif kepentingan suami, tidak sedikit pun mempertimbangkan perasaan dan kepentingan perempuan? Bagaimana jika suami tidak mampu menjalankan kewajibannya? Bagaimana jika suami cacat atau ditimpa penyakit? Bagaimana jika suami mandul? Apakah Pengadilan Agama juga akan memberi izin kepada istri menikah lagi? Ketentuan tentang poligami dalam UUP jelas menunjukkan posisi inferior dan subordinat perempuan di hadapan laki-laki. Dan ini sungguh bertentangan dengan esensi Islam yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dan kemaslahatan.

Alasan pembolehan poligami itu pun menyalahi tuntunan Allah dalam Q.S. an-Nisa, 4:19: "...Dan perlakukanlah isterimu dengan cara-cara sopan lagi santun. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." Pesan moral ayat ini justru meminta suami bersabar atau tabah menghadapi kekurangan isteri karena mungkin itu ada hikmahnya, bukan lalu mencari isteri lain.
Sebaliknya, kalau suami punya kekurangan, maka isteri pun harus bisa menerima itu sebagai kenyataan. Dja'far al-Shadiq, ulama besar pada periode awal Islam menjelaskan bahwa dalam perkawinan Islam hanya ada dua pilihan bagi suami: hidup bersama isteri dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan atau berpisah dengan cara yang santun (Q.S. an-Nisa, 4: 21). Tidak ada pilihan ketiga. Bukankah inti dari perkawinan Islam adalah komitmen untuk hidup bersama dalam suka dan duka menuju keridhaan Tuhan. Indah sekali !

Agama sejatinya membuat hidup manusia lebih bermakna: bermakna bagi dirinya sendiri, bagi pasangannya, bagi sesama manusia, dan bagi alam semesta. Islam adalah agama yang ramah terhadap perempuan, sekaligus rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi alam semesta). In urîdu illa al-ishlâh mastatha'tu. Wa mâ tawfîqiy illâ billâh.
Wa Allah a'lam bi al-shawab.

Asal Mula Perayaan & Penggunaan Abu

oleh: Romo William P. Saunders *



Seorang teman Protestan bertanya mengapa orang Katolik mengenakan abu pada hari Rabu Abu. Bagaimanakah asal mula perayaan dan penggunaan abu?


Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal / tobat. Sebagai contoh, dalam Buku Ester, Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika ia mendengar perintah Raja Ahasyweros (485-464 SM) dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi dalam kerajaan Persia (Est 4:1). Ayub (yang kisahnya ditulis antara abad ketujuh dan abad kelima SM) menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayb 42:6). Dalam nubuatnya tentang penawanan Yerusalem ke Babel, Daniel (sekitar 550 SM) menulis, "Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu." (Dan 9:3). Dalam abad kelima SM, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung, dan raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yun 3:5-6). Contoh-contoh dari Perjanjian Lama di atas merupakan bukti atas praktek penggunaan abu dan pengertian umum akan makna yang dilambangkannya.


Yesus Sendiri juga menyinggung soal penggunaan abu: kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka meskipun mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat dan mendengar kabar gembira, Kristus berkata, "Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu." (Mat 11:21)*

Gereja Perdana mewariskan penggunaan abu untuk alasan simbolik yang sama. Dalam bukunya "De Poenitentia" , Tertulianus (sekitar 160-220) menulis bahwa pendosa yang bertobat haruslah "hidup tanpa bersenang-senang dengan mengenakan kain kabung dan abu." Eusebius (260-340), sejarahwan Gereja perdana yang terkenal, menceritakan dalam bukunya "Sejarah Gereja" bagaimana seorang murtad bernama Natalis datang kepada Paus Zephyrinus dengan mengenakan kain kabung dan abu untuk memohon pengampunan. Juga, dalam masa yang sama, bagi mereka yang diwajibkan untuk menyatakan tobat di hadapan umum, imam akan mengenakan abu ke kepala mereka setelah pengakuan.


Dalam abad pertengahan (setidak-tidaknya abad kedelapan), mereka yang menghadapi ajal dibaringkan di tanah di atas kain kabung dan diperciki abu. Imam akan memberkati orang yang menjelang ajal tersebut dengan air suci, sambil mengatakan "Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu." Setelah memercikkan air suci, imam bertanya, "Puaskah engkau dengan kain kabung dan abu sebagai pernyataan tobatmu di hadapan Tuhan pada hari penghakiman? " Yang mana akan dijawab orang tersebut dengan, "Saya puas." Dalam contoh-contoh di atas, tampak jelas makna abu sebagai lambang perkabungan, ketidakabadian dan tobat.


Akhirnya, abu dipergunakan untuk menandai permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa persiapan selama 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menyambut Paskah. Ritual perayaan "Rabu Abu" ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary yang diterbitkan sekitar abad kedelapan. Sekitar tahun 1000, seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelfric menyampaikan khotbahnya, "Kita membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung. Sekarang, marilah kita melakukannya sedikit pada awal Masa Prapaskah kita, kita menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda bahwa kita wajib menyesali dosa-dosa kita terutama selama Masa Prapaskah." Setidak-tidaknya sejak abad pertengahan, Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah, kita ingat akan ketidakabadian kita dan menyesali dosa-dosa kita.


Dalam liturgi kita sekarang, dalam perayaan Rabu Abu, kita mempergunakan abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Imam memberkati abu dan mengenakannya pada dahi umat beriman dengan membuat tanda salib dan berkata, "Ingat, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu," atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil." Sementara kita memasuki Masa Prapaskah yang kudus ini guna menyambut Paskah, patutlah kita ingat akan makna abu yang telah kita terima: kita menyesali dosa dan melakukan silih bagi dosa-dosa kita. Kita mengarahkan hati kepada Kristus, yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Kita memperbaharui janji-janji yang kita ucapkan dalam pembaptisan, yaitu ketika kita mati atas hidup kita yang lama dan bangkit kembali dalam hidup yang baru bersama Kristus. Dan yang terakhir, kita menyadari bahwa kerajaan dunia ini segera berlalu, kita berjuang untuk hidup dalam kerajaan Allah sekarang ini serta merindukan kepenuhannya di surga kelak. Pada intinya, kita mati bagi diri kita sendiri, dan bangkit kembali dalam hidup yang baru dalam Kristus.

Sementara kita mencamkan makna abu ini dan berjuang untuk menghayatinya terutama sepanjang Masa Prapaskah, patutlah kita mempersilakan Roh Kudus untuk menggerakkan kita dalam karya dan amal belas kasihan terhadap sesama. Bapa Suci dalam pesan Masa Prapaskah tahun 2003 mengatakan, "Merupakan harapan saya yang terdalam bahwa umat beriman akan mendapati Masa Prapaskah ini sebagai masa yang menyenangkan untuk menjadi saksi belas kasih Injil di segala tempat, karena panggilan untuk berbelas kasihan merupakan inti dari segala pewartaan Injil yang sejati." Beliau juga menyesali bahwa "abad kita, sungguh sangat disayangkan, terutama rentan terhadap godaan akan kepentingan diri sendiri yang senantiasa berkeriapan dalam hati manusia . Suatu hasrat berlebihan untuk memiliki akan menghambat manusia dalam membuka diri terhadap Pencipta mereka dan terhadap saudara-saudari mereka."

Dalam Masa Prapaskah ini, tindakan belas kasihan yang tulus, yang dinyatakan kepada mereka yang berkekurangan, haruslah menjadi bagian dari silih kita, tobat kita, dan pembaharuan hidup kita, karena tindakan-tindakan belas kasihan semacam itu mencerminkan kesetiakawanan dan keadilan yang teramat penting bagi datangnya Kerajaan Allah di dunia ini.



* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.



sumber : "Straight Answers: The Ashen Cross" by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald. Com



* ayat dikutip dari Kitab Suci Komunitas Kristiani, Edisi Pastoral Katolik

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: "diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell. net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald."

Monday, January 21, 2008

UNTUK APAKAH AKU DICIPTAKAN?

Seorang anggota MAVI saudari Kristien Yuliarti, S.si memberikan kesaksian pengalaman hidupnya tinggal di Dayak pedalaman Kalimantan Barat, ”Orang-orang yang punya kuasa terus berupaya menguasai tanah penduduk asli untuk bisa mengeruk hasil alam seperti kayu dan emas. Mereka tidak peduli pada dampak negatif yang akan dialami orang Dayak. Ketidaktahuan masyarakat Dayak tentang potensi alam yang amat berharga justru dijadikan sasaran empuk untuk mengelabui mereka. Mereka ditawari sejumlah uang ganti tanah yang bisa menjadikan hidup mereka lebih baik, lebih modern. Masyarakat Dayak diiming-imingi kenikmatan hidup yang bisa dimiliki lewat perangkat TV, parabola, karaoke dan VCD player, ataupun HP. Kenikmatan yang hanya sesaat , yang tanpa disadari telah membuka pintu untuk masuknya pengaruh negatif yang belum siap diantisipasi. Kenikmatan yang dirasakan beberapa saat itu harus dibayar mahal. Masyarakat Dayak pada akhirnya menjadi penonton pasif yang melihat lingkungannya semakin rusak. Alam mereka diperkosa habis-habisan, tanpa sisa. Hutan sudah tidak bisa lagi dijadikan sumber penghidupan. Air sungai semakin tercemar oleh limbah perusahaan kayu dan emas. Tanah untuk sekedar berladang pun musnah. Mereka jadi tidak berdaya untuk hidup di tanah mereka sendiri. Perangkat teknologi yang dimilikipun sudah tidak ada artinya. Aliran listrik di beberapa kampung diputus ketika perusahaan kayu menyudahi penjarahannya.”

Realitas di atas hanyalah sebagian kecil dari dampak negatif keserakahan orang-orang yang punya kuasa dan arogan terhadap karya ciptaan Allah. Injil Lukas mengungkapkan bagaimana salah seorang penjahat yang digantung berani berbicara dan menegur si penghujat, ”Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah? Padahal engkau menerima hukuman yang sama! Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (Luk 23:40-41). Penjahat itu menyadari kesalahannya di akhir hidupnya bahkan mengakui Yesus. Ia minta kepada Yesus, agar mengingatnya nanti bila datang sebagai Raja.

Sudahkah kita memutuskan apa bentuk pilihan hidup kita? Menjadi si penghujat yang tidak takut akan Tuhan yang hanya memikirkan keselamatan diri sendiri saja, sehingga tidak mampu ”melihat” siapa yang ada di samping kita? Atau beranikah bersikap kritis dengan menolak dampak negatif globalisasi, yang berarti ambil peran aktif untuk membangun kehidupan yang lebih baik, yang manusiawi, yang menghargai keluruhan martabat manusia, dan mengambil bagian konkret dalam misi Gereja mewartakan keselamatan dari Allah bagi dunia?

Kiranya karya besar buah dari pergulatan batin dan pengalaman Santo Ignatius dari Loyola akan Allah dapat membantu mengungkapkan pentingnya manusia memahami tujuan penciptaan Allah dalam dirinya.

Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati,
dan mengabdi Allah di dalam dan melalui ciptaanNya.
Semua yang ada di bumi ini dicipta untuk membantu manusia
agar membantunya mencapai tujuan itu.
Maka dalam segala hal, manusia perlu memanfaatkan sejauh membantunya
mencapai tujuan, dan melepaskannya sejauh menghambat.
Oleh karena itu kita mesti punya sikap indiferentes
sehingga kita tidak melekat pada suatu ciptaan seakan
ciptaan itu merupakan tujuan akhir hidup kita
Satu-satunya yang harus menjadi kerinduan dan pilihan kita ialah
apa yang lebih menuntun kita pada tujuan kita diciptakan.


(Sumber: Kiriman dari C2Mel si Pi2 Nyempluk)




LITURGI EKARISTI KATOLIK KERING???


LITURGI EKARISTI KATOLIK KERING?

Sering kali ada anggapan bahwa Liturgi Ekaristi Katolik kering dan tidak Biblis. Umat Katolik kalau ditanya soal ayat-ayat Kitab suci tidak bisa menjawab. Atau bahkan ada yang beranggapan umat Katolik ke gereja cukup membawa Puji Syukur. Sampai-sampai gejala ini menimbulkan kesan bahwa Gereja Katolik tidak akrab dengan Kitab Suci. Yang tentu saja membuat sebagian besar umat non-Katolik dan umat Katolik tidak paham bahwa Gereja Katolik menyelenggarakan perayaan liturgi setiap hari sepanjang tahun. Mereka juga tidak paham bahwa Gereja Katolik mempunyai kalender liturgi yang menentukan bacaan-bacaan mana dari Kitab Suci yang harus diwartakan setiap hari sepanjang tahun. Bacaan-bacaan hari Minggu dibagi dalam tiga Lingkaran Tahun Gereja (Tahun A, Tahun B dan Tahun C). Setiap lingkaran tahunan dipusatkan pada salah satu dari ketiga Injil sinoptik (Tahun A : Matius, Tahun B: Markus atau Tahun C : Lukas). Injil Yohanes digunakan pada setiap lingkaran tahunan pada masa Paskah dan pada tahun B karena Injil Markus lebih pendek dibandingkan Injil sinoptik lainnya. Tahun Baru Gereja dimulai pada Minggu Pertama Masa Adven dan berakhir pada Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Bacaan dari Perjanjian Lama dan Mazmur Tanggapan dipilih yang sesuai dengan bacaan Injil. Bacaan kedua diambil dari Surat-surat para Rasul dari Perjanjian Baru dan diwartakan mulai dari awal hingga akhir. Selama Masa Paskah, bacaan dari Kisah Para Rasul menggantikan bacaan dari Perjanjian Lama. Kalender liturgi dan lingkaran tahun gereja telah dipergunakan, dengan sedikit perubahan, baik oleh gereja-gereja Lutheran maupun Episcopal. Misa harian mempunyai satu lingkaran pewartaan Injil. Keempat Injil digunakan dalam Misa harian sepanjang tahun. Bacaan pertama dalam Misa harian menggunakan Tahun I (untuk tahun ganjil) atau Tahun II (untuk tahun genap). Bacaan Misa harian pada Masa Adven dan Masa Paskah selalu sama setiap tahun. Kapan saja kita dapat pergi ke sebuah Gereja Katolik di mana saja di seluruh dunia dan kita akan mendengarkan bacaan-bacaan yang sama diwartakan pada hari yang sama. Jika kita ikut Misa harian setiap hari selama tiga tahun, maka kita akan mendengarkan kurang lebih 98% Perjanjian Baru dan lebih dari 85% Perjanjian Lama diwartakan dari ambo (=tempat pewartaan).


MISA MEWARTAKAN KITAB SUCI, BUKAN MEMBICARAKANNYA......

Di samping itu, Perayaan Misa banyak sekali menggunakan kutipan-kutipan yang diambil dari Kitab Suci. Maka dari itu, kalau seseorang mempergunakan stopwatch atau arlojinya untuk menghitung banyaknya waktu yang dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci selama Perayaan Ekaristi berlangsung, ia akan mendapati bahwa mulai dari Salam pembuka hingga Pengutusan, lebih dari 25% waktu yang dipergunakan untuk merayakan Misa dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci, bukan membicarakannya. Memang sungguh agung bahwa Liturgi Ekaristi Katolik memberikan pewartaan Injil yang hidup.


Beberapa contoh yang patut kita renungkan bersama:

  1. Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kita. (2 Kor 13:13)
  2. Tuhan kasihanilah kami (Mzm 123:3, Yes 33:2)
  3. Kristus Kasihanilah kami (Mat 20:30-31, Luk 17:13)
  4. Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi bagi orang yang berkenan kepada-Nya. (Luk 2:14)
  5. Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa (Why 4:8)
  6. Inilah tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu (Luk 22:19)
  7. Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa (Mat 26:28)
  8. Bapa Kami yang ada di surga ... (Mat 6:9-13)
  9. Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita (1Pet 5:14)
  10. Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia (Yoh 1:29)
  11. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya (Why 19:9)
  12. Ya, Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh (Mat 8:8)
  13. Syukur kepada Allah (2 Kor 9:15)

Sebuah kesaksian nyata.....

Sebagai bahan permenungan bahwa Liturgi Ekaristi tidak kering dan sungguh nyata dalam kehidupan umat beriman. Saya share-kan juga pengalaman seorang umat beriman menikmati Anugerah Ekaristi dalam kebersamaan dengan Bunda Maria.

Saya bukan Katolik dari lahir, saya menjadi Katolik karena menikah dengan suami saya. Jadi sangat susah untuk saya kalau saya disuruh berdoa Rosario atau pun Salam Maria. Karena saya tidak mengimaninya, buat saya figur Maria, adalah figur Maria, ibu Tuhan Yesus. Dia bukan apa-apa, tidak ada artinya dalam kehidupan saya. Saya menikah di usia yang sangat muda, jadi sering terjadi konflik diantara suami/istri. Tetapi Puji Tuhan, saya memiliki anak pertama, wanita, yang sangat lembut hatinya. Dia bagaikan malaikat pelindung saya. Dia selalu menjadi penengah diantara kami. Saya dan anak saya sangat erat hubungannya, bahkan kami bersahabat. Dia adalah anak saya dan sahabat saya. Di buku hariannya dia menulis bahwa ibuku adalah idolaku. Saya memberikan perhatian dan kasih sayang kepada dia secara istimewa, tapi dia tidak manja. Karena pada waktu itu saya seorang wanita karir maka pada waktu dia masuk SMA saya masukkan dia ke Asrama Putri Gembala Baik di Bogor, maksud saya supaya dia aman dari pergaulan yang jahat di Jakata. Pada tgl 12 Jan 1995 siang, saya di telepon anak saya dari Asrama Bogor bahwa dia sakit. Lalu segera saya jemput anak saya dan saya masukkan ke RS. Karena tidak ada kamar VIP saya masukkan di kamar bangsal, saya berjanji besok pagi akan saya pindahkan ke kamar VIP jadi saya bisa menunggu. Dia tersenyum dan berkata:"Nggak apa-apa, mama pulang aja, kan mama capek kerja, nggak usah ditunggu". Dan keadaannya bagus, dokter juga berkata tidak ada yg dikuatirkan. Tapi ternyata, jam 22:00 saya dapat telepon dari RS anak saya koma, dan ANAK SAYA MENINGGAL DUNIA subuh jam 4, diusianya yang ke 16 tahun 5 bln. HATI SAYA HANCUR! SAYA KEHILANGAN KEHIDUPAN SAYA!!! Saya membenci semua orang ... juga termasuk Tuhan! Saya tidak terima keadaan ini ... DAN SAYA MENJADI GILA ... Secara phisik saya tidak terlihat gila, tapi kalau saya kumat, saya mengamuk, mencoba bunuh diri, memaki2 dan menangis .... keadaan itu saya alami selama 2 thn. Saya kehilangan pekerjaan saya, anak saya nomor 2 tidak mau tinggal dengan saya karena malu, untung suami saya tabah. Mula2 dengan sabar dia mengajak saya ke gereja, walaupun kalau mendengar lagu2 gereja dan saya ingat anak saya, maka saya mengamuk dan menangis dengan teriak2 .... tapi lama2 suami saya juga malu. Dia menjual rumah dan mobil kemudian mengajak pindah rumah. Setelah pindah rumah keadaan tidak membaik, saya tetap GILA! Suatu ketika, Paskah th 1997, suami saya tergerak untuk mengajak saya ke gereja mengikuti misa Jumat Agung. Suami saya sudah pasrah dan siap menerima keadaan saya jika saya kumat, tapi tiba2 pada waktu jalan salib berlangsung dan Yesus jatuh ke tiga kalinya, badan saya terasa hangat dan saya merasa Tuhan Yesus berkata:"Inilah ibumu", dan saya waktu itu seolah secara rohani disadarkan bahwa ibu Maria pun sudah terlebih dahulu mengalami hal yg sama dengan saya, yaitu kehilangan Anak yg dikasihinya, tapi ibu Maria menerimanya dengan tabah karena kehendak Bapa. Saya jatuh terduduk dan menangis, suami saya sudah siap2 mengangkat saya keluar gereja takut saya mengamuk, tapi saya berkata tidak biarkan saya sendiri. Saya menangis sampai selesai jalan salib bahkan sampai pulang ke rumah dan tidak mengamuk. Pada saat itu juga, depresi saya hilang dan saya sadar dari gila saya. Saya memperoleh kehidupan saya lagi, saya kuat menerima kenyataan. Saya mau berkata seperti Bunda Maria: "Terjadilah menurut kehendakMu". Saat itu devosi saya kepada Bunda Maria sangat kuat, saya berdoa Rosario setiap pagi dengan rajin. Saya mengasihi dia. Bunda Maria adalah figur yg bisa mengembalikan kehidupan saya ... Kini saya adalah seorang ibu yg berbahagia, krn Tuhan mengaruniai saya 2 anak, Puji Tuhan. Dan saya berbahagia karena saya memiliki seorang ibu yg selalu mendoakan saya agar saya selalu dekat dengan Sang Terang Yesus Kristus, putranya. Sungguh saya mau berkata: "Bunda Maria, aku mengasihimu ."

(Seorang Ibu, Jakarta)

DOMINUS VOBISCUM!!!

@d@M SoEN, Pr.


(Sumber: Buletin Mingguan Paroki Nuansa Kasih)

AJARAN IMAN KATOLIK: "MONSTRANS, LUNULA dan PIKSIS" & MENGAPA MISA JUMAT PERTAMA?

Top of Form

Bottom of Form

"MONSTRANS, LUNULA dan PIKSIS"

Dalam penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus pada akhir perayaan Ekaristi Jumat Pertama, pada perarakan Sakramen Maha Kudus sesudah MisaKamis Putih, dan pada penghormatan Sakramen Maha Kudus pada perayaan
Salve, serta penghormatan lainnya, kita akan melihat sebuah alat liturgi yang dipakai untuk mentahtakan Sakramen Mahakudus atau Hosti Suci. Alat pentahtaan itu disebut Monstrans.

1. MONSTRANS

Monstrans adalah alat yang dipergunakan untuk mentahtakan Sakramen Mahakudus. Gereja menggunakan pelbagai bentuk Monstrans. Namun bentuk yang umum dipakai adalah montrans dengan bentuk bundar bagian tengahnya, dengan salib di atas bulatan itu, dengan kaki berbentuk kaki piala atau kaki tempat lilin yang bagus. Bagian tengah dari Monstrans berbentuk bundar, karena bagian itu adalah tempat untuk meletakkan Sakramen Maha Kudus. Salib di atasnya menandakan keilahian Sakramen Maha Kudus. Dan kaki atau tungkainya adalah tempat untuk imam memegang alat itu dan mengangkat serta membawanya dalam perarakan Sakramen Maha Kudus.

2. LUNULA

Di bagian dalam bundaran tengah, ada lobang khusus tempat memasukkan Sakramen Maha Kudus. Namun sebelum dimasukkan dalam lobang bundaran tengah, Sakramen Maha Kudus diletakkan pada alat bundar tipis yang menahannya agar tak jatuh. Alat itu disebut Lunula. Lunula mempunyai tangkai kecil, tempat imam memegangnya dan memasukkan pada lobang bundaran tengah Monstrans.

semuanya itu hanyalah devosi yang lebih bersifat pribadi. Kemudian Beato Yohanes Eudes (1602-1680) yang membuat devosi ini menjadi devosi umat, yang dirayakan dalam peribadatan. Ia bahkan menetapkan pesta liturgi khusus untuk devosi kepada Hati Kudus Yesus ini. Pada tanggal 31 Agustus 1670, pesta liturgis pertama untuk menghormati Hati Kudus Yesus dirayakan dengan begitu agung di Seminari Tinggi Rennes, Perancis.

3. PIKSIS

Setelah upacara selesai, imam membuka katup penutup Monstrans, kemudian mengeluarkan Lunula dari Monstrans. Imam lalu membuka Lunula dan mengambil Sakramen Maha Kudus. Sakramen Maha Kudus lalu ditaruh pada Piksis. Piksis adalah tempat kecil berbentuk tabung pendek sekali. Piksis juga selalu dipakai untuk tempat hosti suci yang dibawa untuk keperluan khusus, misalnya untuk komuni orang sakit. Bentuknya ada yang besar dan ada yang amat kecil.


"MENGAPA MISA JUMAT PERTAMA?"


1. PERAYAAN JUMAT PERTAMA

Di pelbagai macam paroki di Indonesia, gereja-gereja dipadati oleh umat tatkala merayakan misa Jumat Pertama. Berbeda dengan hari-hari Jumat lain, kendati pun ada perayaan Ekaristi, umat tidak mempunyai tradisi untuk menghadiri perayaan hari Jumat yang lain. Hari Jumat Pertama begitu berurat-akar dalam diri umat. Banyak umat merasa, bahwa mereka terpanggil untuk menghadiri misa Jumat Pertama sebagai mana mereka merasa wajib untuk menghadiri misa pada hari Minggu. Apakah latar belakang di balik perayaan Jumat Pertama?

2. ASAL-USUL JUMAT PERTAMA.

Perayaan Jumat Pertama menunjuk pada devosi kepada Hati Kudus Yesus. Devosi Hati Kudus Yesus sebenarnya sudah dimulai pada abad 11 dan 12 Masehi di lingkungan biara-biara Benediktin dan Sistersian. Pada abad 13 sampai 16 Masehi, devosi ini menurun. Paruhan terakhir abad 16, devosi ini mulai hidup lagi. Yohanes dari Avila (1569), adalah salah satu di antaranya.

Pada abad 17, mulai menjamur pelbagai praktek devosi kepada Hati Kudus Yesus dari pelbagai tokoh spiritual di antaranya Santo Fransiskus Borgia, Santo Aloysius Gonzaga dan Beato Petrus Kanisius. Namun semuanya itu hanyalah devosi yang lebih bersifat pribadi. Kemudian Beato Yohanes Eudes (1602-1680) yang membuat devosi ini menjadi devosi umat, yang dirayakan dalam peribadatan. Ia bahkan menetapkan pesta liturgi khusus untuk devosi kepada Hati Kudus Yesus ini. Pada tanggal 31 Agustus 1670, pesta liturgis pertama untuk menghormati Hati Kudus Yesus dirayakan dengan begitu agung di Seminari Tinggi Rennes, Perancis.
Namun pada masa-masa itu perayaan Hati Kudus Yesus ini toh...belum menjadi belum resmi Gereja sedunia. Namun itu semua menjadi pintu masuk untuk devosi kepada Hati Kudus Yesus untuk seluruh Gereja.

3. AWAL JUMAT PERTAMA

Istilah Jumat Pertama sebagai devosi kepada Hati Kudus Yesus, muncul pada penampakan kepada Santa Maria Margaretha Alacoque (1647-1690) di Perancis. Ada beberapa penampakan Yesus kepadanya di mana Yesus mengungkapkan rupa-rupa misteri rohani,dan permintaan untuk penghormatan khusus kepada Allah. Pada penampakan ketiga dari Yesus kepadanya pada tahun 1674, Santa Maria Margaretha, Yesus menampakkan diri dalam kemuliaan dengan kelima luka penderitaannya yang bersinar bagaikan mentari, dan dari Hati Kudus Yesus tampaklah Hati Kudus Yesus yang mencinta. Yesus mengungkapkan, bahwa banyak orang tak menghormati dan menyangkal-Nya. Oleh karena itu, Yesus sebagai silih dan pepulih atas dosa-dosa manusia, Yesus meminta lewat Maria Margaretha untuk menghormatinya secara khusus.

Dalam penampakkan itu, secara khusus Yesus meminta untuk menerima Sakramen Mahakudus sesering mungkin. Secara khusus, Yesus meminta untuk menerima Komuni Kudus pada Hari Jumat Pertama setiap bulan, dan pada setiap Kamis Malam, Yesus membagikan penderitaan yang dirasakan-Nya di Taman Getsemani. Hari Jumat Pertama itulah yang dirayakan oleh segenap umat sampai sekarang ini. Dan Hari Kamis malam itulah yang masih dirayakan sampai sekarang ini di biara-biara dan oleh segelintir umat dengan perayaan devosional yang disebut "Hora Sancta" atau "Jam Suci'.

Kita tidak mengetahui, mengapa Yesus dengan jelas meminta untuk menerima Komuni Kudus pada hari Jumat Pertama. Jika dikaitkan dengan Hari Kamis malam sebagai kenangan akan derita Yesus di Taman Getsemani itu, sudah pasti bahwa Hari Jumat yang dimaksudkan Yesus itu adalah hari wafat-Nya di kayu salib. Mengapa harus hari Jumat Pertama dan bukan setiap hari Jumat? Kita juga tidak menemukan alasannya. Mungkin hari Jumat pada bulan baru menunjuk pada permulaan yang baik untuk kehidupan Kristen sepanjang bulan itu.

Setelah penampakan Yesus pada Maria Margaretha Alacoque, devosi kepada Hati Kudus Yesus berkembang pesat. Pada tahun 1856, Paus Pius IX menetapkan Pesta Hati Kudus Yesus pada Hari Jumat sesudah Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Hal ini secara langsung berkaitan dengan permintaan Yesus pada Maria Margaretha Alacoque pada penampakan keempat pada tahun 1675 untuk menghormati Hati Kudus-Nya secara khusus, pada sebuah pesta liturgis yang khusus yang secara jelas diminta Yesus untuk diadakan pada hari Jumat sesudah Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Itulah pesta liturgis yang sampai sekarang ini dirayakan oleh Gereja kita secara resmi.

4. MAKNA JUMAT PERTAMA

Adalah hal yang baik, bahwa umat meneruskan devosi kepada Hati Kudus Yesus pada hari Jumat Pertama setiap bulan, karena anugerah khusus diberikan pada mereka yang menerima komuni pada sembilan hari Jumat Pertama berturut-turut yakni bahwa sebelum meninggal, orang tak akan mati dalam dosa, karena diberi pengampunan dosa. Orang akan mengalami kebahagiaan dalam keluarga dan penghiburan dalam derita.

Tuhan memberkati!

Sunday, January 20, 2008

N.K.R.I

Sore, sebelum hari keenam habis,
ketika kebanyakan malaikat bersiap-siap
untuk liburan akhir pekan

(sabado plus kebetulan ada cuti bersama),
setelah kerja keras membentuk benua-benua,
dan mengisinya dengan tanaman dan binatang,

(binatang dan tanaman langka saat itu)
menetapkan peraturan agar air tidak membanjiri daratan
dan daratan tidak menjadi terlalu kering.
Dan semua itu baik adanya untuk siapa saja.
Di pinggiran salah satu benua baru itu
ada seorang malaikat kecil (sedang lucu-lucunya)
bermain-main dengan sisa-sisa tanah
”Awas, jangan sampai merusak benua yang kami bentuk,”
kata seorang malaikat senior yang kebetulan lewat.
Malaikat kecil itu mengangguk sambil terus bermain.
Tanah-tanah itu dibasahi, dikepal-kepal menjadi pulau
ada yang berbentuk besar memanjang,
ada yang seperti kepala burung
ada juga yang gemuk tambun dengan hutan lebat,
dan ada yang seperti gadis kurus langsing
Tapi malaikat kecil itu kesulitan untuk menaruh hasil karyanya.
Kalau terlalu utara atau selatan akan sangat dingin,
kalau terlalu ke barat lautnya terlalu dalam dan ganas (atlantik)
yang akan merusak kecantikan pulau-pulai yang dibuatnya.

Akhirnya ia menemukan lautan yang teduh (pasifik);
di sisi tenggara benua Asia.
Di sana dia menata rapi 16.000 pulau-pulau itu

(tapi nanti akan berkurang karena
ada yang dijual, tenggelam dan ada yang dirampas tetangganya).

Saking anehnya bentuk pulau-pulau itu, ia menamainya
CEMB EROET KALOETISTIWA.
Lalu ia mengahadap Tuhan, dan dengan bangga memohon
agar hanya yang aneh-aneh boleh menghuni negeri itu.

Maka negeri itu kelak bernama
NEGERI KALOETISTIWA REKIBLIK INDONESIA ( NKRI )
Dan memang di mana saja dan kapan saja,
selalu ada kelucuan-kelucuan,
ada yang sengaja dibuat untuk dijual ke TV,
ada yang tersebar karena kebodohan para petinggi,
ada yang lahir secara natural –biasanya di kalangan bawah-
karena itulah salah satu siasat rakyat untuk bertahan hidup.

(setelah harga kebutuhan pokok naik terus).

Kelak akan ada kelucuan demi kelucuan
yang terus menerus bermunculan
sehingga menutupi kepahitan hidup.
Suatu waktu negeri agraris ini
akan mengimport beras, kedelai, jagung
Karena untuk menjadi petani di sini
bukan alang kepalang susahnya
tanah tak punya, bibit harus beli, pupuk mahal harganya.

Di lain waktu rakyat dipaksa antre minyak tanah
karena para pejabat sedang mengembangkan
proyek briket batu bara dan kompor gas.
Akan ada masanya negeri ini tertimpa
bencana alam :
-gempa, tsunami, gelombang pasang, puting beliung, banjir,
longsor, gizi buruk, flu burung, demam berdarah-darah dlsb-
dan bencana buatan manusia :
-rekayasa kerusuhan, pembalakan hutan, kereta api anjlok,
kapal terbakar dan tenggelam, pesawat ambyur ke laut,
sepeda motor lewat trotoar, dlsb-
Anehnya : rakyat kecil makin sengsara dan menderita
sedangkani yang bukan rakyat makin damai dan sejahtera.

Saking banyaknya pulau-pulau –tak terhitung jumlahnya
ada yang dijual untuk dijadikan Pembuangan sampah

(terakhir untuk membuang kondom dari Jerman).

Saking pinternya para penguasa untuk melucu
maka kapal terbang produksi dalam negeri
dijual dan dihargai beras ketan
Saking lihainya pada petinggi negeri itu
untuk menutupi jumlah kamu miskin
barang dan mobil mewah bebas masuk untuk si kaya;
Dan segala barang bekas (mobil, pakaian, ban) diimport untuk rakyat
Yang paling lucu adalah kegemaran mencampur-aduk.

Mencampur yang mistik dan yang ilmiah
yakni antara ”aji-aji” dan penyakit
terutama kalau itu menyangkut orang besar.
Mencampur hal bernegara dan hal kemanusiaan
bernegara adalah soal hukum, soal proses hukum
yang harus berlaku pada siapa saja
warganegara, mantan pejabat ataupun tentara.

Sedangkan kemanusiaan adalah sikap kita
yang harus welas asih kepada ”bahkan” musuh,
hukum harus diperlakukan secara adil pada siapapun,
meski kemungkinan terdakwa diampuni
-kalau dia mengakui kesalahan dan meminta pengampunan.
Yang paling memelas
saking banyaknya lelucon (green or red joke)
dan apa saja dibuat dagelan (yang lucu dan tidak)
maka ada orang yang kehabisan suara
untuk bisa tertawa.

”Berbahagialah yang bisa tertawa
sebab baginya disebut orang waras.”


Jakarta,

Pada hari tahu-tempe langka di Jakarta, 2008

(Sumber: kiriman rm. adi w)

Tuhan Pernah Berbisik


Ketika aku kirimkan padamu seorang teman, Aku tidak memberikan sesorang yang sempurna karena engkaupun tak sempurna. Aku mempertemukanmu dengan teman teman yang sama dengan mu, sehingga kalian dapat saling mengisi, berbagi dan bertumbuh bersama.

Jika kamu memancing ikan, ketika ikan itu terikat di mata kail, hendaklah angkat dan jagalah ia dengan baik. Janganlah sesekali kamu lepaskan ia begitu saja.... Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu.

Begitulah juga dalam kehidupan. Janganlah kamu banyak memberi banyak pengharapan kepada seseorang, bila memang rasa itu tak pernah ada.

Ketika kamu menyukai seseorang dan ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu bisa menjaga hatinya. Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja. Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat....

Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh, tapi cukupkan sebatas apa yang kamu perlukan. Karena bila sekali ia retak, akan sukar bagimu untuk menjadikannya kembali seperti semula. Akhirnya kamu akan kecewa dan ia akan dibuang.

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya. Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa. Anggaplah ia manusia biasa. Sehingga apabila sekali ia melakukan kesilapan maka akan lebih mudah bagi kamu untuk menerima ketidak sempurnaannya dan memaafkannya.

Berbagilah kasih, berusahalah saling menerima dan peliharalah sifat mudah memaafkan, dengan demikian persahabatan menjadi lebih indah. Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi yang pasti baik, putih dan sehat untuk dirimu, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba mencari makanan yang lain?

Begitu juga ketika kamu bertemu dengan seorang yang membawa kebaikan kepada dirimu, menyayangimu, mengasihimu dengan tulus dan sepenuh hati, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba membandingkannya dengan yang lain?

Ingatlah, jangan pernah mengejar kesempurnaan, karena kelak, kamu akan kehilangan yang terbaik yang sudah kau raih dan kamu akan menyesal.

Ya Tuhan, terima kasih bisikan indah-Mu. Aku mohon ya Tuhan, ketika aku menyukai seorang teman, tolong ingatkanlah aku bahwa di dunia ini tak akan pernah ada sesuatu yang abadi. Pada masanya, segala sesuatu itu pasti akan berakhir. Sehingga ketika seseorang meninggalkanku, aku akan tetap kuat dan tegar karena aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, yaitu cinta-Mu ya Tuhan...

Orang bijak berucap,
Mencintai seseorang adalah keharusan
Dicintai seseorang adalah kebahagiaan
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya


(Sumber: kiriman teman)

Fenome na Pertobatan Pindah Agama: Antara Bisnis dan Popularitas?

Fenomena pindah agama dengan berbagai alasan tidak menjadi sesuatu hal yang baru dalam kekristenan. Begitu juga sebaliknya, agama-agama lain. Meskipun semua itu dimengerti sebagai pilihan keyakinan seseorang yang asasi. Sebuah kasus menarik yang terjadi akhir-akhir ini, terkait perpindahan agama salah satu mantan pengikut organisasi agama tertentu di negeri ini. Sebut saja inisial M. Sejak berita perpindahan keyakinan itu bak jamur tumbuh di musim hujan gereja-gereja begitu antusias mengundang tokoh tersebut. Meski kesaksian dan pertobatannya terkesan sangat fundamentalis, militan dan menyentuh dogma kelompok agama tertentu. Rupanya kisah pertobatan semacam ini menjadi pilihan tersendiri di tengah kejenuhan rutinitas keagamaan.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika pertobatan Moh. Filemon, Ki Gendeng Pamungkas si raja santet bertobat. Tak ayal umat Kristen merasa mendapat angin baru dalam isu kekristenan. Seolah keberadaan figur-figur itu memperkuat iman kristen. Tapi ending-nya mengecewakan ketika motivasi pertobatan itu tidak murni. Belajar dari pengalaman ini, rasanya umat Kristen mau tidak mau lebih waspada karena gaya pertobatan semacam ini bukan baru pertama kali, tapi sering terjadi apalagi terkait seorang figur, artis, politisi atau pemuka agama.

PETOBAT YANG MERAGUKAN

Seperti halnya, kasus M bagi kalangan kristiani sosok pria ini tidak asing di telinga, khususnya kalangan umat dari gereja, seolah nama M patut diperhitungkan menjadi daftar pengkhotbah baru yang dicari. Meskipun jabatannya bukan pendeta, tapi dengan kemampuan dan pemahaman dua agama seolah menggugah sanubari setiap mendengarnya. Dengan kepiawaiannya memaparkan dogma agama M memiliki daya pikat tersendiri. Namun, menurut sumber M memang suka berpindah-pindah agama, bahkan ditengarai asal agama M adalah Kristen yang kemudian mengaku non-kristen. Isu M semakin berkembang, satu pihak ia menyatakan dirinya bertobat menjadi Kristen, pihak lain ia mengingkari kekristenan. Anehnya sejak masuk agama non-Kristen ia kerap kali mendatangi pemuka agama tersebut untuk mengucapkan syahadat (kepercayaan) . Begitu sebaliknya dalam menyatakan niatnya meyakini agamanya, M tidak hanya mendatangi para pemuka agama lain namun juga ke pendeta-pendeta. Bedanya, saat bertemu pendeta-pendeta, M menyatakan ingin masuk Kristen. Sayangnya, hingga kini belum ada satu pun lembaga antar gereja mengklarifikasi isu tersebut. Masuknya M yang mengaku sebagai keturunan Arab ini, kini kian menguat lantaran menjadi Kristen. Respon positif terus berdatangan. Apalagi M mengaku sebagai mantan komandan organisasi tertentu. Tentu siapa yang mengetahui sosok M? Dalam waktu relatif singkat M menjadi popular di kalangan umat Kristen. Di tengah kepopularitasnya M pun melangkah lebih jauh bukan hanya memberikan kesaksian namun juga mengajar Islamologi, karena pernah belajar ilmu agama ini empat tahun di Universitas Medinah-Saudi Arabia. Benarkah demikian? Dalam pengajaran-pengajar annya di lingkungan Kristen, M selalu tampil berapi-api dan berani dengan keras menolak 'ajarannya dahulu'. Dengan lantang M pernah berkata "Saya akan membuat jihad Kristen" begitu ucapnya.

KEBOHONGAN TERUNGKAP

Akhirnya kebohongan M terungkap melalui beberapa VCD khotbahnya yang beredar di Gereja GKJW Kebon Agung, Malang, yang sarat menyudutkan agama tertentu. Anehnya M sering menyebut sosok Ja'far Umar Thalib mantan panglima yang diaku M sebagai temannya, yang memberikan teguran dan reaksi yang keras. Kebohongan yang diungkap pertama kali adalah kesalahan dalam melafalkan ayat-ayat al-Quran. Bagi orang Kristen yang tidak pernah belajar bahasa Arab, apapun yang dikatakan M dalam bahasa yang berbunyi seperti bahasa Arab akan diterima apa adanya. Namun, hal ini berbeda bagi orang Muslim yang lebih peka dalam mendengarkan lafal arab yang benar. Kelemahan mencolok M yang dimaksud adalah masalah tajwid. Tajwid adalah cara pelafalan vokal "a, i, u" dalam bacaan arab. Apakah vokal dalam kata tersebut seharusnya dibunyikan panjang atau pendek. Kemudian cara pengucapan beberapa konsonan khas Arab yang dibedakan bunyinya antara k dengan kh, s dengan sy, t dengan th dan d dengan dh terbukti salah. Dari sini dipastikan M bukan muslim dari kecil dan pernyataannya pernah belajar ilmu agama 4 tahun di Medinah adalah bohong. Kebohongan berikutnya adalah pengakuan sebagai keluarga Habib. Marga Arab dari bani Tamim bukan keturunan Muhammad karena Muhammad (dan keturunannya) adalah bani Hasyim. Kebohongan berikutnya adalah saat menjelaskan gelar Isa Almasih AS. Gelar AS (Allaihi Salam) diartikan M sebagai pemberi keselamatan. Disebutkan: "Yesus sebagai Firman Allah/Kalimatullah yang turun ke dunia adalah Juru Selamat, selain Yesus semua nabi gelarnya bukan AS (Pemberi Keselamatan) . Semua orang Kristen yang tidak tahu bahasa Arab akan terkesima serta mengangguk-angguk mendengarkan celotehan M yang mirip keyakinan iman kristiani. Penerjemahan yang ngawur semacam ini bukan hanya ditentang umat Islam namun juga datang dari kelompok kristen Arab yakni Bambang Noorsena (ketua sekaligus pendiri Kelompok Studi Kristen Syria).
Menurut Bambang "gelar AS" (Allaihi Salam) yang diterjemahkan Pemberi Keselamatan tidak pernah ditemui dalam bahasa Arab dialek manapun yang dipakai umat Islam maupun Kristen di Timur Tengah. Pengajaran semacam ini sangat berbahaya. Terjemahan bebas untuk AS adalah "atasmu (diberi/disampaikan ) salam". Umat Kristen yang mempercayai khotbah-khotbah yang tidak mendasar M rawan menimbulkan konflik antar umat bila mengartikan Isa Almasih semacam itu.

KEMBALI KE AGAMA SEMULA.

Atas teguran dan reaksi keras dari Ja'far, M menyatakan minta maaf dan menarik semua kata-katanya dan mengaku kembali ke agama yang benar. Bukan hanya itu saja, M mengutarakan tidak ingin menanggung akibat khotbahnya yang ngawur, dengan menyangkutkan kesalahan yang dibuatnya dengan mengkambinghitamkan gereja-gereja, pendeta-pendeta yang mengedarkan VCD-nya seperti pernyataannya pada track film ketiga VCD-nya. Kemudian tanggal 27 Oktober 2007, M mengucapkan syahadat (laporan Sabili edisi 29 Nopember 2007) dalam pengajian di rumahnya. Sebagai bukti keseriusannya dalam agamanya sekarang, M dengan lantang mengulangi janji di hadapan jamaah untuk mengembalikan orang-orang yang sudah di-Kristen-kan.

IMAN TIDAK MENGAKAR

Uniknya dalam pengakuan yang terekam pada VCD, M mengakui menjadi pendeta hanya untuk cari makan, namun, iman sejatinya tetap pada agamanya terdahulu. Tetapi anehnya, setelah pengajian di rumahnya akhir Oktober lalu, ternyata M masih terus berkeliling berkhotbah di gereja-gereja. Ada indikasi kesaksian M di dua wilayah agama mengarah pada adu domba antar agama ini. Hal ini diperkuat, seruan Ketua BAMAG Surabaya Edi Pattinasarane saat "doa pagi dan makan pagi bersama" mengatakan secara tegas kepada seluruh hamba-hamba Tuhan di Surabaya (Senin 3 Desember 2007) di GKI Sulung Surabaya agar semua gereja tidak lagi mengundang M yang notabene "mendua iman." Bahkan media ini meminta komentar Tim Kontra Bidat Paguyuban Amin menyatakan keberadaan M harus segera diklarifikasi, baik status agamanya dan bila perlu mendukung upaya-upaya hukum atas dasar upaya adu domba dan penodaan agama seperti yang sudah dilakukan M.


(Sumber: kiriman dari teman)

Reinkarnasi dan Pantheisme bukanlah ajaran Yesus dan Gereja-Nya


Untuk semua teman2 di sini yang sedang berusaha memperdalam iman Katolik:

Pada kesempatan ini saya ingin menuliskan beberapa hal yang krusial untuk membantu teman2 di sini agar tidak terjebak pada pemahaman yang salah.

Seperti yang kita tahu, ada beberapa topik di sini yang membahas mengenai Reinkarnasi, Meditasi, dan hal-hal mistik.

Dalam tulisan ini saya mau menekankan , bahwa ajaran mengenai Reinkarnasi, Meditasi, Prana dan lain-lain adalah bagian dari ajaran Budha yang merupakan dasar dari paham Phanteisme.

Phanteisme adalah paham yang mengajarkan :
1. Allah adalah energi murni yang ada di mana-mana dan tidak memiliki Kepribadian
2. Manusia mengalami reinkarnasi sampai mencapai titik pencerahan.
3. Manusia yang mencapai tahap pencerahan akan bersatu dengan Tuhan sebagai Tuhan/makhluk sempurna.
4. Di surga/Nirwana, manusia tidak memiliki tubuh, dan tidak memiliki keinginan. Nirwana adalah keadaan tanpa hasrat tanpa kegembiraan.
5. Manusia harus bermeditasi sampai tahap tertentu(tebukanya cakra dan lain2) untuk mampu terhubung dengan Tuhan.

Sedangkan Yesus mengajarkan melalui Gereja-Nya

1. Allah adalah Bapa yang memiliki kehendak dan Pribadi.

KGK 51 : "Dalam kebaikan dan kebijaksanaan- Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya; berkat rahasia itu manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat ilahi" (DV 2).

KGK 52 : Allah "yang bersemayam dalam terang yang tak terhampiri" (1 Tim 6:16) hendak menyampaikan kepada manusia, yang Ia ciptakan dalam kebebasan, kehidupan ilahi-Nya sendiri, supaya melalui Putera-Nya yang tunggal Ia mengangkat mereka menjadi anak-anak-Nya. Dengan mewahyukan Diri, Allah hendak menyanggupkan manusia untuk memberi jawaban kepada-Nya, mengakui-Nya dan mencintai-Nya atas cara yang jauh melampaui kemampuan manusia itu sendiri.

KGK 54 : "Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui Sabda-Nya (lih. Yoh 1:3) serta melestarikannya dalam makhluk-makhluk, senantiasa memberikan kesaksian tentang diri-Nya kepada manusia (lih. Rm 1:19-20).

2. Manusia tidak mengalami Reinkarnasi.
Ibr 9:27
Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,

KGK 1021 : Death puts an end to human life as the time open to either accepting or rejecting the divine grace manifested in Christ.

3. Manusia bersatu dengan Tuhan sebagai umat kepunyaan Tuhan, bukan sebagai Tuhan sendiri.
KGK 802 : Yesus Kristus "telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik" (Tit 2:14).

KGK 803 : "Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri " (I j'tr 2:9).

KGK 804 : Langkah masuk ke dalam Umat Allah terjadi oleh iman dan Pembaptisan. "Semua manusia dipanggil kepada Umat Allah yang baru " (L G 13), supaya "menjadikan manusia satu keluarga dan satu bangsa dalam Kristus " (A G 1).

KGK 810 : "Demikianlah seluruh Gereja tampak sebagai `umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus' (Siprianus) " (LG 4).

4. Di Surga, manusia akan mencapai kebahagiaan dan kemuliaan karena sudah menemukan tujuan hidupnya yaitu Allah Bapa dan manusia akan memiliki tubuh nyatanya pada hari Penghakiman Terakhir

KGK 1 : Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa Batas. Berdasarkan keputusan-Nya yang dibuat Karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya yang bahagia. Karena itu, pada setup saat dan di mana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencari-Nya, untuk mengenal-Nya, dan untuk mencintai-Nya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan Putera-Nya, yang telah Ia utus sebagai Penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia.

KGK 1053 "We believe that the multitude of those gathered around Jesus and Mary in Paradise forms the Church of heaven, where in eternal blessedness they see God as he is and where they are also, to various degrees, associated with the holy angels in the divine governance exercised by Christ in glory, by interceding for us and helping our weakness by their fraternal concern" (Paul VI, CPG § 29).

1059 "The holy Roman Church firmly believes and confesses that on the Day of Judgment all men will appear in their own bodies before Christ's tribunal to render an account of their own deeds" (Council of Lyons II [1274]:DS 859; cf. DS 1549).

1060 At the end of time, the Kingdom of God will come in its fullness. Then the just will reign with Christ for ever, glorified in body and soul, and the material universe itself will be transformed. God will then be "all in all" (1 Cor 15:28), in eternal life.

"Barangsiapa makan Daging-Ku & Minum Darah-Ku, ia mempunyai Hidup yang Kekal & Aku akan Membangkitkan dia pada akhir Zaman",

5. Manusia bisa berjumpa dengan Tuhan melalui bentuk Komunikasi Doa dan juga secara NYATA dalam EKARISTI KUDUS....!

Yoh 6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Yoh 6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Yoh 6:48 Akulah roti hidup.

Yoh 6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Yoh 6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

Yoh 6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Yoh 6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Yoh 6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Yoh 6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. "

Mat 26:26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."

Mat 26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.

Mat 26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

Semoga dengan acuan ajaran Gereja yang sudah didirikan Yesus di atas Petrus - Paus I- (mat 16:18-19) kita semakin mengerti dan bisa membedakan, mana ajaran yang berasal dari wahyu Allah dan mana yang berasal dari pemikiran/pengalama n Pribadi manusia.

Dengan begitu kita tidak mudah tersesat.

GBU