Hanya Sebuah Cerita Kecil…..
Hari Jumat pagi bagi saya adalah hari penyegaran. Bangun pagi terus jalan-jalan liat situasi dunia. Yahh...kadang-kadang ke pasar, kunjungan ke umat mampir sebentar saja, menyusuri gang-gang atau sekedar jalan-jalan. Yang jelas pasti jalan kaki. Beberapa hari yang lalu, ketika saya berjalan menyusuri rel kereta api jalur Blimbing arah ke Singosari. Saya mendengar seorang anak kecil menyanyikan sebuah lagu. Entah siapa yang menyanyikan lagu itu, saya juga tidak tahu persis. Apakah dia sudah sekolah atau belum.Apakah dia orang Katolik atau tidak tidak juga tidak tahu. Tetapi yang penting bagi saya lagu itu pasti berarti. Pada saat itu juga saya berhenti sejenak di pinggir rel menikmati lagu itu. Lagu itu kira-kira begini:
Ketika ku hadapi kehidupan ini
jalan mana yang harus ku pilih
ku tahu ku tak sanggup
ku tahu ku tak mampu
hanya Kau TUHAN tempat jawaban ku...
Akupun tahu ku tak pernah sendiri
sebab Kau ALLAH yang menggendong ku
tangan-MU membelai ku
cinta-MU memuaskan ku
Kau mengangkat ku ketempat yang tinggi
Janji-MU sperti fajar pagi hari
dan tiada pernah terlambat bersinar
cinta-MU sperti sungai yang mengalir
dan ku tahu betapa dalam kasih-MU
Tidak sekedar lagu.....
Bisa jadi kita sudah sering mendengarkan lagu ini, tetapi masihkan ada arti dan makna? Kalau boleh jujur: tidak bisa dipungkiri, kita sering mengeluh, meskipun tidak berani terang-terangan. Tuhan kok tidak adil atas kehidupanku? Aku kok hidup dalam penderitaan, sedangkan orang lain tidak. Tuhan kok tidak memberiku otak cemerlang, sedangkan orang lain ada yang diberi otak cemerlang. Aku kok tidak diberi bakat dan talenta kayak orang lain? Tuhan kok tidak adil soal harta atau rejeki? Orang itu kok bisa kaya-raya, sedangkan aku miskin. Orang itu punya ini-itu, sedangkan aku kok tidak. Orang itu bisa mujur bisa gini-gitu (bisa apa saja), sedangkan aku tidak. Mungkin kita perlu merenungkan hal yang paling berharga baru kita sadar akan keadilan Tuhan: "waktu". Setiap orang di dunia diberikan waktu yang sama: 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Persis dalam lagu yang dinyanyikan anak kecil itu; Tuhan adil dan murah hati; betapa dalam kasih-Nya. Sekarang tergantung bagaimana kita menggunakan, mengisi dan memaknai setiap perjalanan waktu dengan aneka pergumulan hidup.
Menggunakan, Mengisi dan Memaknai Waktu....
Tidak bisa dipungkiri dalam hidup kita saat ini, seringkali yang terjadi adalah kita tidak berani menghadapi setiap resiko kehidupan yang butuh waktu. Maunya sich instant (serba cepat), segala-segalanya serba beres, enak, tidak perlu berjuang; tidak perlu membuang banyak waktu, tetapi berhasil dengan baik dan sukses.
Kalau saya boleh merenung dan berbagi (namanya juga merenung dan mengolahnya; bisa diterima, bisa tidak. Kalau bahasanya televisi JTV: ”yo sumonggo”). Setelah melalui suatu pergumulan kehidupan setiap saat, saya semakin yakin bahwa komoditas yang paling bernilai adalah waktu. Segala sesuatu yang hilang bisa kembali, kecuali waktu. Tanpa waktu yang cukup orang tidak berani memaknai dan menjalani kehidupan dengan syukur dan gembira. Mungkin ada contoh sederhana: ketika orang cerita mengenai bunga bank, saham, atau deposito. Orang yang berhasil berinvestasi di sini adalah orang yang berpikir jangka panjang. Orang yang mau sabar, membiarkan waktu yang menumbuhkan uangnya. Atau mungkin kita boleh merenungkan kembali berjalannya waktu kita bertumbuh. Misalnya setelah tiga tahun lulus SMA, terus empat tahun berikutnya kuliah bisa menjadi seorang sarjana. Setelah dia menjadi sarjana, lalu bekerja dapat gaji. Dan ternyata gaji PNS setiap dua tahun naik. Setelah beberapa tahun sempat untuk menabung bisa membuka usaha selain tetap sebagai PNS. Dengan ketekunan menjalani hidup, bisa bertumbuh dan berkembang secara maksimal. Dalam kisah ini mau diungkapkan apa? Diungkapkan bahwa waktu adalah penting dalam kehidupan. Seorang peternak ayam atau petani di sawah, butuh waktu untuk bisa memanen. Seorang yang ujian butuh waktu untuk mengerjakannya. Seorang yang sakit butuh waktu penyembuhan. Belajar butuh waktu. Latihan apapun sampai berhasil butuh waktu. Orang main sepak bola atau catur juga butuh waktu. Dan tentu saja masih banyak contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Yahh...memang penting sekali waktu itu, tetapi jauh lebih penting yakni apa yang kita lakukan dengan waktu. Maka tampak jelas, bahwa persoalannya bukan hanya soalnya waktunya tetapi bagaimana orang menggunakan, mengisi dan memaknai waktu itu. Kalau waktu habis untuk meratapi nasib, yah pasti orang tidak akan bisa tumbuh dan berkembang. Akan tetapi sebaliknya kalau orang berani ambil resiko menggunakan, mengisi dan memaknai waktu dengan baik; buah-buahnya juga akan berlimpah. Ada pepatah: ”Kesuksesan hidup seseorang ditentukan bagaimana dia mengisi dan memanfaatkan waktunya”. Ada juga seorang teman yang kirim SMS komentar: ”Hidup kita, Taking the initiative. Daripada memfokuskan pikiran kita worrying things, lebih baik kita berbicara dan memfokuskan pikiran kita kepada apa yang kita bisa lakukan.Worrying about something that we don't like doesn't change anything, but doing something may be change something”.
Pesan Injil Tuhan hari ini (Matius 20:1-16a) ..
Setelah kita menyadari betapa pentingnya waktu, maka masihkah kita berpikir Tuhan tidak adil dan murah hati dalam kehidupanku? Adalah suatu kenyataan hidup. Kita semua: baik yang berkulit hitam-putih, kaya-miskin, laki-perempuan, pribumi-asing, dengan segala aneka keragaman: kita mendapat anugerah yang sama, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, serta mengalami siang-malam. TUHAN sungguh adil dan murah hati.
Yesus dalam Injil hari ini: mengingatkan kepada kita, bahwa dalam hidup kita selalu diberi peluang waktu sesuai dengan kemampuan kita. Tinggal sekarang bagaimana kita mengisi waktu. Entah itu satu jam, dua jam, atau berjam-jam, sesuai kemampuan kita. Segala keberhasilan, kesuksesan, kedamaian, ketenangan tidak tergantung satu-satunya pada uang dan materi (benda). Semua itu akan semakin berarti, ketika kita mau menggunakan, mengisi dan memaknai waktu dengan baik. Tuhan selalu memberi peluang dan kesempatan. Tuhan sangat adil dan murah hati dalam kehidupan kita.
Bagaimana dengan kehidupan kita? Sudahkah kita menggunakan, mengisi dan memaknai ”waktu” hidup kita; entah dengan orang-orang yang menjadi bagian kehidupan kita: waktu bersama keluarga, waktu dalam pekerjaan kita, waktu untuk istirahat, waktu untuk bersyukur, dan masih banyak waktu dalam kehidupan kita. Bersama Yesus, aku sanggup. Bersama Yesus, aku mampu.
(Sumber: RD. @daM Soen, di Buletin Mingguan Paroki St. Albertus de Trapani; Minggu 21 September 2008)